📝Belajar Ikhlas

153 14 0
                                    

Ini baru banget ada kesempatan buat nulis.

Aduh, bukan bukan. Bukan seperti itu. Sebenarnya pasti ada aja waktu buat nulis tapi yang gak ada itu moodnya. Tahu sendiri, kan kalau orang udah mager itu kayak gimana?

Ah, sebenernya bukan karena mager juga. Terus apa, dong?

Mau tahu nggak?

Kayaknya walaupun tahu gak bakal penting-penting banget buat kamu, kok. Duh ribet amat mau ngasih tahu. 😂😂

Oke oke, maafkan!

Jadi tuh, aku itu udah mahasiswa semester akhir, yang artinya bukan saatnya untuk nyantai lagi, udah saatnya fokus sama skripsi. Bahkan, untuk nulis di sini aja itu kayak membutuhkan waktu yang tepat. Ya, karena bukan cuma nulis di sini aja yang penting sekarang. Tapi, juga nulis tugas akhir. Huwaaa...

Pengen tahu, gak rasanya gimana?

Uh, gak bisa dideskripsikan dengan jelas. Yang jelas itu takut, khawatir, nerves dan pusing bersatu menjadi satu. Otak berasa penuh banget pikirannya. Mahasiswa semester akhir pasti sensian banget, lah. I think, you know. Iya, kan?

Ya, contoh kecilnya seperti lihat temen seangkatan yang sudah mulai acc judul dan revisi bab-bab awal.

Duh, you know what i feel?

IRI, COY!

Tapi, ya mau gimana? Waktu itu emang aku belum bimbingan sama sekali. Karena, dosennya belum bisa ditemui dan sebagainya. Tapi, ada faktor takutnya juga. Takut karena aku itu belum nemuin tempat penelitian yang fix. Pasti takut dimarahin lah sama dosennya. Udah gak kebayang gimana kalau dimarahin.

Padahal menurut yang lain dosen pembimbing aku itu enakan banget.

Ya, tapi kan gak boleh ngeremehin juga. Gak boleh gampangin gitu aja. Nanti kalau endingnya gak sesuai ekspetasi gimana, dong? Sakit lah pasti.

Eh tapi tapi ... waktu bimbingan kemarin emang gak dimarahi, kok. Wkwk. Lumayan bisa nambah mood, sih. Beliau malah mengusulkan tempat penelitian ke aku. Otomatis ya aku bersyukur sekali. Alhamdulillah banget gitu.

But, i know. Kemudahan yang diberi oleh dosen aku datangnya tetap dari Allah. Memang boleh, sih terima kasih kepada beliau bentuk tanda penghormatan dan menghargai. Tapi, jangan sampai lupa bahwa itu datangnya dari Allah.

Nah! Tahu sendiri, kan zaman sekarang orang-orangnya kayak gimana? Kalau udah dibantu oleh sesama itu rasanya kayak dia itu orang yang baik banget dan pengertian banget. Padahal, nih padahal nih ya, kalau bukan karena Allah pertolongan itu gak akan datang. Yang membuka hati manusia untuk menolong sesamanya itu karena dorongan dari Allah.

Karena, dia paham bahwa dia adalah makhluk Allah yang harus saling menolong, tanpa membutuhkan imbalan apa pun. Yak, itulah deskripsi ikhlas dalam menolong yang sebenernya.

Jika kamu menolong orang karena ingin ditolong pada saat kamu ada masalah itu bukan menolong yang sesungguhnya. Jelas itu ada unsur manfaat di dalamnya. Kita bisa menilai sendiri, lah, ya?

Honestly, hal itu emang susah sekali buat dihindari. Kebanyakan manusia sekarang menolong tujuannya, ya gitu. Atau hanya ingin dipandang orang yang baik banget dan dermawan?

Wait wait!!!

Ini bukan mau nethink gitu, ya. Kali aja ada yang kayak gitu. Tapi ya, memang ada, kok. I know, kita tetap harus berpikiran positif. Ah, tapi tolong kalau ada yang menolong karena hal itu silahkan diubah.

Tenang! Aku juga masih usaha buat mengubahnya. Terkadang aku juga masih seperti itu. Ya, maaf kalau aku sejenis orang munafik. Thats true. Kalau aku merasa munafik, aku malah ingin berusaha mengubah supaya gak munafik lagi. Gitu. Jadi kayak ada dorongan gak terima dibilang munafik. Akhirnya ngerubah, deh.

Tujuannya ngerubah itu apa?

Biar kalau nolong orang itu ikhlas. Gak memendam sesuatu yang kalau gak sesuai ekspetasi gak kecewa. Supaya jika suatu saat orang yang kita tolong mengecewakan atau bahkan membenci or apa pun itu tapi kita tetap ringan tangan kepada mereka. Bukan malah kayak.... "Ah, males. Dia aja kayak gitu sama gue. Gak ngehargain."

Enggak. Jangan seperti itu. Itu sungguh tidak baik.

Kita wajib banget meniru sifat Rasulullah yang begitu baiknya kepada sesama ciptaan Allah.

Saat Rasul dihina-hina bahkan diludahi sekali pun oleh orang, dia tetap berbuat baik kepada orang itu.

Pasti kamu pernah dengar atau baca kisah Rasul yang ngejenguk orang yang pernah meludahinya dan seorang nenek buta yang suka menghina Rasul tapi beliau selalu memberi makan dan menyuapi nenek tersebut dengan lembut. Penuh kasih sayang. Sampai Rasul wafat dan nenek itu baru tahu kalau selama ini yang menyuapinya adalah baginda Rasul. Sehingga, saat Rasul tiada dan nenek itu tahu dari sahabat nabi, nenek itu menangis.

See?

Rasul sama sekali tidak memendam dendam atau rasa kecewa kepada mereka yang telah membencinya.

Justru Rasul semakin menunjukkan sifat baiknya tanpa nenek itu tahu bahwa yang selama ini yang dihinanya berbuat baik kepadanya.

It so awesome.

Jadi itu yang aku maksud untuk meniru sifat Rasul. Supaya saat tolong menolong tidak menuntut balasan apa pun dari orang lain. Harus ikhlas dan benar yang penting itu mah.

Yaps, i know. Setiap manusia pasti bisa mengecewakan karena mereka sama seperti kita, sama-sama makhluk Allah yang terbatas.

Aku juga.

So, menolonglah dengan sepenuh hati. Menolonglah karena Allah dan hanya ingin mendapat ridha'nya.

Banyak berdoa kepada Allah biar gak tersesat. Selalu minta kuatin hati dalam setiap hal yang akan terjadi dan yang akan dilakukan. Tidak akan ada lagi yang bisa menolong kita selain Allah.

Just Allah.

Only Allah.

Allah first in my and your life. Because Allah, we there here.

Jbr, 04 September 2018.

Coretan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang