📝Rasa dan Harapan

104 9 0
                                    

Hallo!

Aku gak tau mau bahas apa? Wkwk

Tapi, kalo sesekali bahas tentang perasaan gimana, ya? Boleh lah, ya? Gak sering juga. Haha. Walau kayak yang sensitif banget gitu.

Setiap orang pasti mempunyai rasa, terhadap orang tua, sahabat mau pun lawan jenis. Begitu pun aku. Paling yang disembunyikan itu rasa terhadap lawan jenis. Ya, kan?

Hmm, jadi mikir... wanita yang taat sama agamanya tuh bisa gak, ya suka sama lawan jenis atau mempunyai rasa kagum kepadanya?

Aku juga bingung, sih dengan jawabannya. Karna kayak orang itu sangat bisa menutupi rasanya tanpa ada orang yang tahu. Tapi kalo aku kok gak bisa, ya? Jujur aja, sih. Ya, aku emang bukan wanita yang sempurna yang gak melakukan dosa.

Kalo aku pribadi, sih aku emang masih sering atau terkadang bisa kagum sama lawan jenis, tapi masih bisa kontrol hati buat gak lebih dari sekadar kagum. Karna ya tau sendirilah nanti jatuhnya malah zina dan dosa. Kagum pun kalo disalahgunakan juga bakal timbul dosa.

Susah, ya?

But, sebenarnya juga gak susah-susah banget, sih. Kita bisa belajar dari kisah cinta Ali dan Fatimah. Pasti tahu, kan gimana cerita mereka?

Yaps, singkatnya... Fatimah mempunyai rasa sama Ali tapi rasa itu benar-benar gak diketahui oleh manusia bahkan setan pun gak tau. But, zaman sekarang? Haduh, jangankan setan, ya? Muka bumi aja bisa tahu kalo kita kagum terhadap seseorang.

Kira-kira, ya itulah kelemahan wanita zaman sekarang. Benar-benar gak bisa menyimpan rahasianya sendiri.

Namun, aku juga gak menyalahkan wanita yang mempunyai rasa terhadap lawan jenis, rasa apa pun itu. Karena rasa adalah naluri yang dimiliki oleh manusia. Rasa itu fitrah. Selama bisa mengontrolnya gak masalah rasa itu ada.

Masalahnya, kembali lagi ke awal... sekarang banyak sekali manusia yang gak bisa mengontrol rasanya. Karena cenderung mereka ingin rasanya diketahui oleh orang yang dimaksud. Sehingga, menimbulkan banyak pengharapan di sana. Itu yang buat susah.

Padahal sudah paham, bahwasanya berharap hanya pada Allah. Selain pada Allah harapan itu hanya mengecewakan. Manusia jelas makhluk yang lemah dan terbatas. Tidak selalu bisa menuruti apa yang dimau manusia yang lain. Lalu, pantaskah kita menyalahkan manusia yang lain?

Tidak. Harusnya bisa intropeksi diri. Supaya gak mengulangi lagi kesalahan yang sama, yaitu berharap selain kepada Allah.

Kalo sekarang mending rasa yang dipunya disimpan saja dalam hati. Usahakan hanya dirimu dan Allah yang tahu, yang lain gak usah lah, ya. Tahu pun buat apa? Buat mendukung rasa yang salah?

Coba pikirkan saja sebelum bicara. Takutnya nanti kalo gak dipikir malah timbul sesuatu yang lain.

Memendam gak ada salahnya, kok. Percaya atau tidak? Rasa yang abadi akan datang suatu saat nanti. InsyaAllah. Pasti. Jadi, gak perlu khawatir dan tergesa-gesa dengan rasa.

Nikmati saja dulu masa-masa dimana kita mencari ilmu dan jati diri yang sesungguhnya. Ya, tujuannya buat bekal di masa depan. Banyak-banyakin belajar. Ikut komunitas, organisasi dan kajian-kajian Islam.

Intinya, jangan menyia-nyiakan hidup kita hanya untuk hal yang sia-sia. Hidup kita tidak hanya berputar pada satu titik saja, misalnya rasa. Gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Lebih utamanya perbanyaklah ibadah. Mendekat pada Sang Pencipta. InsyaAllah harapan gak akan muncul pada manusia.

Yuk!!! Kita sama-sama belajar untuk hanya berharap pada Allah. Semua yang aku tulis ini bentuk nasihat pada diriku. 🙂

"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."
-Ali bin Abi Thalib-

Unicorn,
Jbr, 03 Juni 2019.

Coretan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang