Katanya, rindu itu berat, tapi kataku yang paling berat adalah pura-pura tidak merindukannya. Pura-pura tidak ada apa-apa, padahal hati meronta-ronta. Pura-pura baik-baik saja, padahal perasaan berkecamuk seperti badai melanda. Pura-pura bersikap biasa, tapi hati di dalam sudah setengah gila.
Aku rindu saat-saat menatap dirinya. Saat kita pergi berdua untuk yang pertama. Saat dia memanggil namaku dengan suara khasnya. Saat senyumannya yang membuatku lupa hendak mengatakan apa. Saat dia tertawa yang membuatku terserang amnesia. Atau saat dia terlihat bingung dengan apa yang kukata.
Apalah daya rindu, hanya menjadi sebuah kata yang tak berani terucap. Sebuah perasaan yang tak sanggup diungkapkan. Terlalu pengecut mengakui bahwa sekarang benar-benar merindui. Padahal, setiap tarikan napas meneriakkan kata-kata rindu. Meneriakkan kata-kata yang berusaha disangkal dan dilupakan.
Aku seperti membisukan diri dari segala kata rindu. Pura-pura tuli pada kenyataan yang hilir mudik kian-kemari. Padahal, semakin lama ditahan semakin memberatkan. Semakin lama disimpan semakin menyesakkan. Semakin pura-pura lupa, malah semakin jelas kehadirannya. Aku bisa gila, jika terlalu lama seperti ini.
Rindu itu menyebalkan, mengikuti kemana saja. Membuatku seperti paranoid. Ia bisa hadir di lampu jalanan yang berembun, di air hujan yang jatuh sore ini, di malam sunyi yang tak berbintang, di udara dingin yang menusuk tulang, atau di pantulan cahaya lampu di genangan air hujan. Rinduku berada di mana saja. Di tempat-tempat yang tak biasa. Dan sepertinya aku mulai stress setengah gila karenanya.
Pada akhirnya kata itu terucap juga. Setelah bersusah payah ditahan dan dilupakan. Sekarang biarkan saja reaksinya bagaimana. Peduli apa yang dia pikiranku terhadapku. Yang penting, rindu ini harus tuntas tanpa ada lagi yang mengganjal. Yang penting, rindu ini lunas tanpa ada yang menagih. Lebih penting lagi, rindu ini sampai kepada yang membuatku merindu.
Jika dirasa pantas, biarkan rindu menjadi sesuatu yang berbalas. Jika rasanya tidak, biarkan rindu hilang tak berbekas. Aku siap menerima apapun yang dikatakannya. Siap saat rindu dibalas dengan kata rindu juga, atau saat rinduku dibalas dengan pura-pura lupa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Lama dari Selamanya
PoetrySEGERA BEREDAR DI GRAMEDIA Kukira kita lebih lama dari selamanya. Ternyata kita lebih cepat dari kecepatan. #1 Senandika (Desember 2019) #1 Senandika (Januari 2020) #1 Senandika (Februari 2020)