Ada bagian-bagian yang aku suka dari alam semesta. Pertama, saat matahari sore merendah dan menciptakan bayangan merah. Kedua, saat hujan turun diam-diam di penghujung malam. Ketiga, saat ombak mencoba menggulung tepian panti. Lalu ada yang keempat, yaitu saat aku bertemu denganmu. Dan ada sekarang yang kelima, saat aku berbicara dengannya.
Walaupun yang dibicarakan tentang seseorang yang bersamanya, tapi aku tak merasa cemburu karenanya. Aku tahu, dia takkan mungkin jadi milikku. Seseorang telah memilikinya terlebih dahulu, dan aku tahu diri untuk tidak membodohi diri sendiri. Biarkan dia berbahagia bersama seseorang telah memberinya hati.
Jika ada yang namanya jatuh hati tanpa sakit hati, mungkin itu sekarang yang aku alami. Aku merasa bahagia ketika dia membalas pesanku dengan wajah ceria. Hanya saja, pesan yang dikirimkannya selalu tentang patah hati. Selalu tentang orang yang bersamanya yang kurasa tak ingin lagi bersama.
Aku ingin sekali mengatakan agar bersiap-siap untuk skenario terburuk. Hanya saja aku tak tega untuk memperingatinya. Sudah berat untuknya menahan perasaan sendiri, ditambah lagi dengan perasaan dari kata pergi.
Dia dan orang yang bersamanya semakin hari semakin tak bisa bersama. Aku hanya mendengarkan dan sesekali menasehati. Jika sanggup, maka bertahan. Jika tidak, lepaskan. Buat apa bertahan terhadap sesuatu yang tak pernah mempertahankan. Buat apa mengasih hati kepada seseorang yang tak bisa menjaga hati.
Tangisannya selalu membuatku terpaku. Diam selama beberapa saat sambil menghela napas berat. Mungkinkah kamu juga menangis seperti ini terhadap kisah kita? Kemudian ada seseorang yang duduk di sisimu untuk mengelap air matamu. Sakit saat tahu ada seseorang yang mengelap air matamu yang terluka karena aku. Aku tak sanggup membayangkan itu.
Dia selalu datang kepadaku disaat air matanya jatuh. Disaat kesedihan begitu angkuh. Saat hujan yang selalu membuat air matanya luruh. Aku hanya terdiam tanpa tahu pasti bagaimana cara untuk menenangkan. Aku hanya terpaku saat tangisannya begitu pilu. Sering kubertanya kenapa selalu terjadi seperti ini. Tapi dia tak pernah mengatakannya. Hingga detik ini pun aku tak pernah tahu alasan pasti jatuh air matanya. Hanya saja, aku tahu apa penyebabnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Lama dari Selamanya
PoetrySEGERA BEREDAR DI GRAMEDIA Kukira kita lebih lama dari selamanya. Ternyata kita lebih cepat dari kecepatan. #1 Senandika (Desember 2019) #1 Senandika (Januari 2020) #1 Senandika (Februari 2020)