DUA

479 26 0
                                        

Waktu itu, saat pertamakali kita memutuskan untuk saling berbicara, aku belum tahu namamu sedangkan kau sudah tahu namaku. Kamu tersenyum padaku dan aku membalas dengan senyum terpaksa. Sedikit berpura-pura seperti biasanya. Karena apa? Aku orang yang gampang lupa. Jika tak terlalu penting maka akan hilang begitu saja.

Setelah aku tahu namamu, barulah aku sadar siapa orang yang sering dibicarakan oleh temanku. Ternyata kamu. Orang yang berdiri tersenyum malu-malu di depanku. Kamu menarik, tapi aku tidak tertarik. Meskipun kamu bukan tipe orang yang gampang dilupakan. Nyatanya aku melupakanmu.

Tak disangka, kita bertemu lagi untuk yang kedua. Dan kurasa ini hanyalah kebetulan semata. Dunia ini selalu terbentuk dari hal-hal kebetulan. Aku tak terlalu memikirkannya, karena aku tidak memikirkan apa-apa untuk urusan rasa. Untuk saat itu, perihal rasa bukan hal prioritas bagiku. Tanpa atau dengannya, aku bisa menjalani hari-hari yang menyenangkan.

Kita bertemu lagi untuk yang ketiga dan kurasa kali ini berbeda. Kamu mulai memasuki pikiranku entah bagaimana caranya. Aku pun tak tahu. Aku mulai merasa tak nyaman. Aku seharusnya menjauh waktu itu, nyatanya malah semakin membuat tertarik untuk mengenalmu. Seharusnya aku pergi saja waktu itu, tapi nyatanya kata-katamu seakan membisikkan jangan berlalu.

Ingatan tentangmu mulai terbentuk dalam pikiranku. Wajahmu secara perlahan mulai terbayang dalam hari-hariku. Itu menyebalkan. Aku tak suka. Aku tak suka ada yang mengganggu hari-hari tenangku. Aku tak suka ada orang yang mulai mengusik kehidupanku. Aku mengusirmu. Tapi kamu kembali. Aku bilang menghilang, tapi kamu kembali datang. Aku berteriak pergi, tapi kamu malah membuat tempat semakin nyaman dalam hati. Aku bilang menjauh, tapi kamu malah semakin menyentuh.

Aku marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Aku gila, tapi tak tahu harus bagaimana. Aku terpuruk, tapi terlalu takut untuk mengaku. Mengakui bahwa aku memiliki rasa itu. Tak menyenangkan, ketika seseorang dengan mudah memasuki pikiranmu yang paling rentan dan berbuat seenaknya. Tak menyenangkan ketika seseorang bisa memberi luka tanpa harus melakukan apa-apa.

Lebih Lama dari SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang