Aku pikir kita saling memahami, nyatanya kita tak tahu apa-apa satu sama lain. Aku hanya sebagai pelengkap hari-harimu. Bahwa kamu bersamaku hanya tak ingin sendiri saja. Jikalau bukan aku pun, sepertinya bukan masalah.
Kamu selalu sibuk dengan duniamu dan aku terabaikan begitu saja. Ketika aku bertanya tentang duniamu, kamu mulai merasa terusik tentang itu. Ketika aku mulai berpendapat tentang duniamu, kamu mulai marah akan hal itu. Kamu mengatakan bahwa aku tak tahu apa-apa. Jika seandainya aku tidak tahu, selayaknya diberi tahu. Aku bukan orang lain lagi di hidupmu. Hanya saja kamu tak pernah membawaku kepada hal-hal itu. kamu seolah memisahkanku dengan duniamu.
Kamu mencoba istimewa dalam banyak hal, tapi tidak pernah istimewa dalam satu hal. Kamu mencoba sempurna dalam berbagai hal, tapi tidak mencoba sempurna untuk satu hal. Kamu mencoba untuk menjadi yang terbaik, tapi kamu tak pernah mencoba memperbaiki keadaan. Kamu mencoba jadi yang paling memahami, tapi kamu tak pernah paham akan perasaan. Kita seolah berada di jalan yang sama, tapi tak pernah bersama-sama. Kita seolah memilih satu tujuan, tapi tidak pernah bersatu.
Hanya saja aku tidak menyalahkanmu tentang itu. Mungkin saja aku yang tidak memahami semua yang kamu lakukan. Mungkin saja kamu pernah mencoba memperbaikinya, tapi aku malah memperkeruhnya. Atau juga sebaliknya. Atau juga tidak. Atau tidak pernah sama sekali.
Hari-hari berat itu mulai terjadi. Kekhawatiran selama ini mulai kurasakan dengan perlahan. Aku mulai merasakan perasaan yang berbeda untuk orang yang sama. Disaat mulai menyadari itu, aku sudah terlambat untuk berhenti. Hatiku mulai terasa beku di hadapan perasaanmu yang dingin. Aku mulai tersentuh akan imaji tak berujung. Mulai terbiasa dalam elegi yang mendera.
Kita sama-sama tersesat di jalan yang kita buat sendiri. Hilang arah dan tujuan adalah akhir dari semuanya. Aku mulai terasa lelah berjalan sendirian. Begitu sepi. Begitu membosankan. Kamu juga merasakan hal yang sama. Kamu mencoba untuk berhenti dan aku teramat bodoh membiarkan itu terjadi. Semua hancur dalam sekejap ketika kita mulai saling melepas tangan dan memilih jalan yang berseberangan.
YיR
![](https://img.wattpad.com/cover/120800536-288-k175557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Lama dari Selamanya
PoetrySEGERA BEREDAR DI GRAMEDIA Kukira kita lebih lama dari selamanya. Ternyata kita lebih cepat dari kecepatan. #1 Senandika (Desember 2019) #1 Senandika (Januari 2020) #1 Senandika (Februari 2020)