"Jahat memang, tetapi luka memanglah luka, dan menyesal adalah sebuah karma dari sebuah luka yang membekas"
***
Waktu yang terus berputar, 3 Hari berlalu setelah Arsy kembali bersama dengan ibunya pun telah lewat oleh waktu yg terus berjalan.
Malam menyelimuti bumi, ditambah hawa dingin dan mendung yang sudah terlihat jelas dilangit.
Arsy memejamkan mata diatas balkon kamarnya, menghirup dan menghembuskan nafas dengan tenang, menikmati hawa dingin yang menembus tulang-tulang tubuhnya seolah tak peduli bahwa rintik hujan sudah turun membasahi wajahnya.
Arsy berdiri untuk pergi menuju kamarnya, namun dering ponsel mengurungkan niatnya untuk turun menuju kamar.
"Halo?" tanya Arsy kepada seseorang yang menelponya itu.
"Lo bolos mulu kerjaanya, kerja kelompok kapan? Ntar lagi bakalan wisuda, tapi kita belum ada persiapan? Gimana nih? Kalau gue gak dapat nilai Bahasa Inggris gue minta tanggung jawab lo pokoknya! " ucap orang diseberang telepon sana.
Didalam hati Arsy mengutuk orang yang mengganggunya saat ia merasa tenang seperti ini. Apa-apaan? Bukanya menyapa balik, orang ini malah marah secara tiba-tiba, siapa yang gak kesel coba kalo diginiin?
"Dear kakel songong yang sok belagak cool kalo didepan gue. Bisa gak sih, lo sehari aja gak ganggu gue? Rusuh bat hidup lu! Ganggu hidup orang aja, kerjaannya."
"Gue kasih tau nih ya! Gue gak pernah bolos kerkom apalagi bolos sekolah. Kalau gue gak ada disekolah artinya gue ada keperluan. Jelas?" tutur Arsy.
"Jangan jangan lo nyariin gue mulu ya di sekolah? Bacotnya untuk kerkom, padahal buat modus," Arsy terkekeh.
"Gue nanya kapan kerja kelompok, tapi lo malah ke pd an gini. Nyesel gue nanya. " kata Devan dan membuat Arsy tertawa.
"Besok gue cuman ada perkumpulan jurnalis, tapi setelahnya gue free. Gue tunggu lo di kantin. Sehabis bell pulang. Gausah ngaret kayak banci." jawab Arsy.
"Anjir! Terhina banget batin gue, lo nyamain gue sama banci, " terdengar Devan tertawa, entah apa yang membuat ia tertawa, padahal sama sekali tidak ada hal lucu.
"Lo memang beda Ar, entah lo buta atau emang enggak peka. Lo seolah-olah gak tau kalo sekeliling lo natap gue gimana,"
"Songong banget lu, geli gue dengernya."
"Hahaha" Arsy ujung-ujung nya ikut tertawa juga, sebenarnya tidak ada yang lucu, tetapi karena mendengar Devan tertawa, entah mengapa membuat ia tertawa juga.
Arsy tidak menyadari bahwa sedari tadi ia tak kunjung turun dari balkon kamarnya, jam sudah menunjukan angka 11 malam, dan rintikan hujan pun sudah berhenti. Mungkin ia terlalu menikmati obrolan gajelas nya dengan Devan.
"Udah jam setengah sebelas bego! Lo ngomong gak jelas mulu, "
"Kok gue? Dari tadi yang ngajak ngomong gue kan elo. Serasanya gue mulu yang salah njir,"
"Ah bodoamat, etapi kok lo jadi banyak bacot, biasanya lo datar mulu kek psikopat," tanya Arsy bingung.
"Yaelah si bego, kalo telpon gak ada suara, ya apa faedahnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Hope ✔️
Teen Fiction#Wattys2019 [COMPLETE ] Sudah di Revisi "Where the Heart came and fell while longing and hating to be the one" Mata hazel itu memandang lekat kepada foto gadis manis dihadapannya, mengisnyaratkan sebuah rasa rindu yang telah lama dipendam, berharap...