If I Hope•24

1.3K 75 2
                                        

"Beberapa orang hanya ingin medekat tanpa mau memahami, ingin tahu tanpa mau mengerti"

***

"Kak! Ara mau sekolah! Jangan halangi aku!" ucap Arsy marah kepada Fesya.

"Kamu belum sembuh, jika terjadi sesuatu bagaimana?!" tanya Fesya.

"Please kak." Arsy memohon. "Biarkan Ara sekolah. Bawakan saja obat yang banyak. Aku janji akan meminumnya."

"Kamu tidak dapat dipercaya."

"Kak!"

"Enggak!"

"Aku mohon kak," ucap Arsy memohon, bulir air mata jatuh di pipinya.

"Untuk terakhir kalinya, biarkan aku sekolah," Arsy menunduk menangis.

"Untuk apa?" tanya Fesya.

Arsy mengangkat kepalanya. "Aku ingin meminta maaf kepada seluruh temanku. Ingin mengatakan maaf jika selama ini aku menyusahkan. Hidupku udah enggak akan lama lagi. Aku ingin tenang disana, tanpa ada beban disini," Arsy terisak.

Fesya menarik Arsy kepelukannya. "Kamu gak boleh ngomong gitu, kamu bisa sembuh, kamu harus percaya sama diri kamu sendiri."

"Aku percaya aku bisa melawan penyakit ini. Tapi aku gak tau kehendak tuhan? Apa tuhan mau memberi kekuatan untuk bertahan kepada pendosa sepertiku? "

"Enggak ada yang mustahil didunia ini. Tuhan maha pengampun, percayalah." ujar Fesya.

Arsy tertawa didalam hati. Sudah menjadi pendosa sejak masih dalam kandungan? Hebat Arsy!

Fesya melepas pelukannya. "Baiklah. Kamu akan sekolah, namun kakak akan menyuruh Pak Jarwo untuk mengikutimu."

"Jangan kekang aku kak!"

"Baiklah jika kamu tidak ingin sek---"

"Oke! Tapi jika aku sedang bersama dengan teman temanku. Pak Jarwo tidak boleh mengikutiku." Fesya sedikit kurang menyetujui usulan Arsy. Namun Fesya pun akhirnya memperbolehkan.

Arsy datang ke sekolah dengan hoodie hitam panjang untuk menutupi tanganya yang penuh luka. Arsy juga memakai sarung tangan untuk menutupi lukanya.

"Cantik tapi manja!" ucap seorang siswi yang melihat kedatangan Arsy.

"Tau kok kalo lo kaya. Tapi enggak usah sombong sampai bawa bodyguard segala!"

"Oh ini adekel yang kecentilan sama Devan?" tanya seorang cewek kepada temanya

"Bukan hanya Devan! Revan juga dia embat!" jawab temanya.

"Pantas saja banyak yang enggak suka sama dia. Bahkan teman-temanya udah muak sama dia!"

"Untung gue enggak seberapa kenal dekat sama dia! Dia udah nikung Aurell dan nikung Kalya yang notable nya sebagai sahabat dia sendiri. Seharusnya sih dia ngerasa malu, bukan malah sok gak tahu diri kayak gini! "

"Kalau udah muna mah muna aja," orang itu tertawa.

"Lo dengar gosip gak? Dia kan sebenernya bukan anak kandung Kepala Yayasan kita. Mungkin Bu Dinda mungut dia di depan panti kali ya? Atau mungut di jalan? Hahaha"

"Demi apa? Terus kalau gitu, dia anak siapa dong?"

"Siapa tau aja dia anak haram yang enggak punya bokap. Kasihan sih, tapi udah takdir dia. Hahaha"

Sindiran demi sindiran datang menyerang Arsy. Ada apa ini? Tuhan, jangan ulang kejadian waktu itu. Mohon Arsy.

"Mengapa teman sekolah neng Arsy menatap seperti itu?" tanya Pak Jarwo.

If I Hope ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang