If I Hope•23

1.3K 75 1
                                        

Warning!
Terdapat cerita kekerasan 16+

"Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman."

***

Arsy membuka pintu rumah. Sepi. Om Dirga sedang kerja diluar kota bersama Kak Arya sedangkan Kak Fesya dan Tante Dinda sedang mengurus kesibukan masing-masing.

Arsy membuka kamar. Ia merasa menginjak benda dibawah kakinya. Sebuah pecahan kaca cukup besar berada disana. Arsy menginjak kaca itu hingga pecah ke bagian bagian kecil. Arsy memasuki kamar hanya mengenakan kaus kaki. Dan kini, kaus kakinya penuh darah. Arsy tidak merasakan perih. Ia bahkan tertawa.

Arsy meraih bongkahan kaca itu. Arsy menghitung.

Satu untuk keluarga Fernando terhormat. Ia menyayat satu pergelangan tanganya.

Dua untuk Kak Rere, Arsy rindu.

Tiga untuk orang baik tapi pernah Arsy sakitin.

Arsy terus mengiris jarinya. Hingga tidak terasa sudah banyak goresan disetiap pergelangan tanganya.

"Kok gak kerasa sih?" ucap Arsy.

"Apa gue harus ambil pisau dibawah mumpung tidak ada orang dirumah?" ucapnya lagi entah kepada siapa.

Pandangannya mengitari seluruh penjuru kamar. Seingatnya tadi pagi Arsy tidak sempat meminum perasan lemon. Mungkin sekarang masih ada.

Arsy mengambil perasan lemon, lalu menumpahkannya diatas luka sayatannya. "Kenapa semua luka ini gak kerasa sih?! Oh iya mungkin karena luka hati gue lebih sakit dibanding luka di tangan gue Hehehe." Arsy mungkin sudah kehilangan kesadaran sebagai manusia.

Arsy berjalan kebawah, berjalan menyusuri tangga sambil bersenandung dan sesekali terkekeh.

"Where are you knife? I need you." Arsy mengacak acak dapur.

"Akhirnya ketemu! Kamu yang nurut dong kenapa sulit sekali aku menemukan mu?" tanya Arsy kepada pisau itu.

"Yuk kita kekamar, kita akan bersenang senang didalam," Arsy mengasah pisau dengan pergelangan tangannya.

Arsy membalikan badan.

Dug.

Arsy merasa menabrak seseorang. Arsy menatap wajah pria itu lalu ia tersenyum.

"Apa kabar om? Apakah anda sudah puas?" ujar Arsy.

"Mereka sudah membenciku, menghinanku dan menganggapku sampah. Apa kalian sudah puas? Puas untuk membunuhku secara bertahap?" pria itu hanya diam menatap Arsy yang sangat mengenaskan.

Arsy merasakan sakit kepala yang sangat hebat, pandangannya kabur lalu ia pingsan dengan banyak darah bercucuran di tangannya.

"Ugghh, bocah sialan ini menjijikan!" pria itu menendang tubuh Arsy sebelum pergi.

Ting

From Kak Arya : Apakah kamu sudah pulang? Kakak akan pulang lebih cepat. Bersiaplah setelah kakak sampai kita akan pergi makan siang.

Arsy masih sanggup menatap layar ponselnya. "Cepatlah datang," lalu semuanya pun gelap.

***

"Kau sungguh nekat, aku takjub dengan sifatmu." ucap seorang wanita.

"Aku sedikit membenci sifatku yang suka menusuk dari belakang ini. Namun mau bagaimana lagi? Menusuk dari depan bukanlah keahlianku. Mungkin keahlian 'seseorang' "

If I Hope ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang