If I Hope•29

1.4K 71 5
                                    

"Karena selalu sakitku, selalu bukan urusanmu."

***

Belum sehari sejak dibawa ke rumah sakit ini, Arsy dan Aurell dipindahkan ke RS. Hestia, yaitu rumah sakit dimana tempat Fesya bekerja.

Arsy dioperasi atas peluru yang menancap di sela sela tulang dadanya dan Aurell juga dioperasi atas peluru yang menancap di tulang belakang dan peluru dibagian bahunya.

Arsy dalam keadaan koma, Arsy kehilangan banyak darah ditambah penyakit leukimia yang dideritanya. Sedangkan Aurell sedang dalam masa pemulihan pasca operasi.

Setelah lebih dari seminggu perawatan intensif, Arsy telah siuman begitupula Aurell, namun mereka belum diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.

Minuman yang dikira Arsy adalah racun, itu tidaklah benar. Minuman itu hanya berisi vitamin. Arsy merasakan sakit, bukan karena setelah meminum itu, namun memang berdasarkan rasa sakit penyakit yang dideritanya.

Saat pemilihan kotak hitam itu, sejujurnya Arsy berada di dalam masa beruntung. Jika Arsy memilih pistol, maka Arsy benar-benar akan mati, karena pistol itu memiliki peluru. Dan untung saja Arsy memilih minuman.

Kamar rawat inap Arsy bersebelahan dengan Aurell. Banyak teman sekolahnya yang berlalu lalang menjenguk Aurell sedangkan Arsy satupun tidak ada.

Arsy menghidupkan televisi. Berita tentang keluarganya yang berbuat keonaran terpampang didepan matanya. Melihat itu, Arsy menjadi muak dan malas menonton tv.

Arsy bosan. Biasanya Fesya ataupun Dinda datang menghiburnya saat sakit. Tetapi sepertinya mereka sedang sibuk. Arsy hanya bisa menunggu sampai ia diperbolehkan untuk pulang.

Revan datang menjenguknya. Membawa sebuket bunga tulip dan beberapa buah. "Hai." ucapnya dan Arsy pun tersenyum.

"Udah baikan?" tanya Revan.

"Bagaimana keadaan Jassmine?" tanya Arsy.

"Khawatirkan diri sendiri dulu, baru khawatirkan orang lain." jawab Revan.

Kini mereka dalam keadaan terdiam. Hanyut dalam pikiran masing-masing

"Sebentar lagi gue mau kembali ke US." ujar Revan.

"Kapan?"

"Mungkin setelah acara prom night, gue langsung berangkat ke bandara." prom night diadakan sekitar dua minggu lagi.

"Kenapa begitu cepat?"

"Bahkan ketika lo disini, gue pun jarang ketemu sama lo." ujar Arsy sendu.

Mungkin perasaan Arsy terhadap Revan telah berubah. Bukan perasaan cinta yang ia rasakan dulu, tetapi sebagai teman yang dapat membantunya ketika kesulitan.

Revan memeluk Arsy. "Jaga diri lo. Hati-hati atas segala tindakan, dan lakukan hal yang lo suka karena lo berhak bahagia." Arsy tersenyum. "Gue sayang lo Ra, "

"Gue juga." jawab Arsy.

"Gue pamit, cowok lo udah nunggu di depan dari tadi," ujar Revan sembari menatap Devan dari kaca. "Jangan genit ya dek," ucap Revan mengacak rambut Arsy.

Dek? Authornya yang typo atau Arsy yang salah dengar? Batin Arsy. *ABAIKAN*

Arsy menepis tangan Revan yang mengacak rambutnya. "Apaan sih lo! Cepet pergi sana lo!" ucap Arsy malu membuat Revan tersenyum.

"Mau berduaan bisa banget ngusir gue hm?" ujar Revan.

"Pergi atau gue lempar pake bantal?" ancam Arsy.

If I Hope ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang