"Kenangan yang selalu membuatku ingat tentang apa arti kebahagian dan kesedihan"
***
Arsy membuka matanya. Pertama kali yang dilihat Arsy adalah foto saat masih ia kecil yang berada di kamarnya. Ia bersyukur bahwa Devan mempercayainya.
Sekarang kamarnya sudah disulap seperti rumah sakit mini, tabung oksigen berada di samping ranjangnya dan infus pun sudah berada di sampingnya.
Dinda dan Fesya masuk ke dalam kamar Arsy untuk memeriksa keadaan Arsy saat ini.
"Ada apa?" tanya Fesya.
"Mama.. Mama! "Arsy menangis, ia merindukan mama nya.
Kini Arsy berteriak memanggil mamanya. "MAMA!! " Arsy menangis, Fesya dan Dinda ikut menangis terharu.
Arsy sudah lama tidak bertemu dengan ibunya. Ayahnya--Ferro melarang Darra--ibunya untuk bertemu Arsy. Dengan tidak bertemu dengan Arsy, beginilah cara agar ayah dan ibunya Arsy tidak bercerai.
Disuatu tempat lain, Darra juga memohon kepada Ferro untuk memperbolehkanya untuk bertemu dengan Arsy.
"Ferro, dia anakku, aku ingin bertemu denganya, aku sudah mengabulkan keinginanmu agar tidak keluar rumah barang satu langkah saja, tetapi untuk kali ini bolehkan aku untuk menghubungi Ara, aku sangat merindukanya. "
"Bisakah kamu diam sebentar? Berhentilah merengek seperti ini! Jika identitas Ara tersebar, keluarga kita akan hancur, bukan hanya hubungan kita saja yang hancur, namun perusahaan Fernando juga akan hancur! Dia perusak nama baik keluarga ini! "
"Aku hanya sekedar ingin menghubunginya walaupun hanya menggunakan telepon, izinkan aku Ferro!" mohon Darra.
"Dengan ini aku menyimpulkan bahwa kamu ingin selesai dengan semua ini?" tanya Ferro.
"Tidak!! Bukan seperti itu maksudku, Ferro." jawab Darra.
Terjadi perdebatan di rumah besar Fernando. Aurell yang sedang menginap dirumah ini pun menangis didalam kamar, ia sedih mendengarkan semua ini. Bisakah ibu dan ayahnya sehari saja tidak bertengkar? Telinganya sangat panas mendengar semua ini.
"Puas kan lo? Semua lo ambil, kebahagiaan yang menjadi kesedihan, kegembiraan yang berubah menjadi luka." Aurell terus mendengar percakapan kedua orang tua nya, ia terus meneteskan air mata.
Ini bukan keinginanya untuk terus mendengar percakapan kedua orang tua nya. Tetapi karena pembicaraan kedua orangtua nya yang begitu keras hingga terdengar sampai kamar Aurell yang berada di atas.
"Setiap Ara kesini, aku selalu mengurung diri di kamar, aku hanya menangis sambil melihat Ara lewat jendela. Kau bilang identitas Ara tidak boleh tersebar bukan? Namun ini hanya dirumah, rumah yang kita tinggali sebelum adanya masalah ini, rumah yang menjadi saksi bisu perdebatan keluarga ini! "
"DIAM!! ---"
Aurell berlari menuju bawah saat melihat ibu nya ditampar oleh ayahnya, namun ia telat, karna Arsy terlebih dahulu memeluk ibunya.
"Mama... Ara kangen," ucap Arsy sambil menangis.
"Mama juga kangen kamu sayang." mereka berpelukan sambil menangis, mungkin orang yang melihat kejadian ini akan menangis mengharukan.
Aurell menangis, namun bukan karena terharu. Ia menyadari bahwa disaat seperti ini ibunya lebih memilih Arsy dibanding dirinya.
"Kenapa situasi seperti ini selalu menyakitkan?" tanya Aurell. Ia lelah dengan semua kenyataan pahit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Hope ✔️
Teen Fiction#Wattys2019 [COMPLETE ] Sudah di Revisi "Where the Heart came and fell while longing and hating to be the one" Mata hazel itu memandang lekat kepada foto gadis manis dihadapannya, mengisnyaratkan sebuah rasa rindu yang telah lama dipendam, berharap...