Vany menoleh kebelakang. Mendapati Fares yang berdiri diambang pintu, ia menunduk.
Fares melangkah memasuki kelas. Ia berdiri dihadapan Vany, memegang bahunya lembut. "Sayang? Kamu ngapain pake kostum begini?"
Vany mengigit bibir bawahnya, dan melirik pada Jo.
"Heh! Cepet goyangin ekor lo!"
Seruan dari Jo membuat Fares menoleh pada laki-laki itu. Vany menguatkan gigitannya pada bibir bawahnya. Dua orang cowok berkuasa saling berhadapan sekarang.
Salah satu kesempurnaan Vany adalah Fares. Cowok itu salah satu orang yang berkuasa disekolah ini selain Jo dan kawan-kawan, juga Andre dan kawan-kawan. Maka dari itu, ia bertahan bersama dengan Fares.
"Jadi, elo yang nyuruh cewek gue buat pake kostum ginian?" sewot Fares pada Jo yang tidak dihiraukan oleh cowok itu.
Jo malah menatap Vany sambil mengangkat alis. "Kenapa diem, sih? Cepet goyangin lagi ekor lo!"
Fares menatap tajam pada Jo yang sedang menatap Vany dengan tajam juga. Gigi Fares bergemeletuk, rahangnya mengeras, tidak terima pada perlakuan Jo pada gadisnya. "Lo kalo gak suka sama gue, jangan lampiasin ke cewek gue, dong!"
"Heh, Van, cepet goyangin ekornya! Tar gue marah, nih!" perintah Jo masih tidak menghiraukan ucapan Fares.
"Lo kalo dendam sama gue--"
"GUE BILANG GOYANG YA GOYANG?!"
Vany berjengit, ia menatap Jo takut-takut. Jantungnya bergetar, takut kalau-kalau Jo malah berbuat lebih dari sekedar membentak padanya. Perlahan, ia kembali mengangkat bokongnya.
Bugh!
"JANGAN PERNAH LO MACEM-MACEM SAMA VANY?!"
Vany berjengit. Cewek itu menatap Jo yang terpental ke lantai dengan mata berkaca-kaca karna takut. Ia menatap Fares yang rahangnya masih saja mengeras. "Far--"
Bugh!
Vany melotot kaget saat melihat pacarnya yang kali ini terpental ke lantai. Cowok itu meringis, menatap Jo yang membalas pukulannya barusan. Vany menatap Jo murka. "JO! LO TUH APA-APAAN, SIH?!"
Cowok yang tengah terengah karna hatinya diselimuti kemarahan itu menoleh, menatap Vany dengan tatapan yang tak dapat Vany artikan. "Makanya, kalo gue kasih perintah itu ikutin!"
"YA LO GAK HARUS MUKUL COWOK GUE JUGA!"
"Trus? Lo pikir GUE HARUS DIEM SEHABIS DITONJOK?!"
Lagi. Vany berjengit mendapatkan sebuah bentakan untuk kesekian kalinya dari cowok yang sama.
Bugh!
"JANGAN PERNAH BENTAK CEWEK GUE!!"
"FARES, UDAH!!"
Bugh!
"JANGAN SEENAKNYA NYENTUH GUE, BANGSAT!!"
Ketiga kawan Jo yang tadinya diam terpaku, kali ini mulai mencoba meredakan emosi Jo yang masih belum surut. Mereka memegangi Jo agar tidak kembali memukul Fares. Berkali-kali kawannya berseru, "Jo udah!" namun, laki-laki itu seolah tuli dan terus saja memberontak. Kelas pun menjadi ramai dengan suara tarikan napas kaget.
Vany menghampiri Fares yang terkulai lemas, karna tadi, Jo memukul Fares tepat diperutnya. "Res ...," lirih Vany sambil menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah karna Fares membelanya sedemikian rupa.
Fares yang masih lemah ngulurkan tangannya, mengusap kepala Vany lembut.
"Berhenti!" Nizar, dengan telatnya datang sambil berseru demikian. Napasnya terengah. Ia menatap Fares yang tergeletak dilantai, kemudian menatap Jo yang dipegangi kawan-kawannya. "Kalian berdua, ke BK sekarang juga!"
***
"Wow!"
Satu kata dari Anggi membuat Vany cemberut. "Apanya yang 'wow', bego!" sungut Vany, "Gue takut, tau..," katanya dengan wajah cemberut kembali. "Tadi itu ..., live action banget!"
"Ya 'Wow!', Van! Itu tuh 'Wow!' bener gak gengs?!" pekik Anggi terlalu bersemangat, meminta persetujuan kawannya yang lain.
Namun, Jess dan Prilly malah menggeleng, membuat Anggi cemberut. Saat ini, mereka sedang berada di salah satu meja dikantin. Vany baru saja menceritakan semua kejadian dikelasnya saat tadi pagi pada sahabat-sahabatnya.
"Nih yah," kata Vany, "Lu kalo ada disana udah gemeteran kayak gue." lanjutnya dengan tubuh yang bergidik ngeri.
"Tapi ...," kata Jess, "Beruntung juga lo ada yang rebutin."
"Rebutin apaan?!" pekik Vany tidak terima.
Jess mengedikan bahunya. "Ya ..., direbutin."
"Ck, gak jelas banget lo ngomong, Jess."
"Gini nih," kata Prilly, "Maksud si Jessie, lo direbutin sama dua cowok. Yang satu ngerebutin lo karna dia pengen lo goyang-goyang. Dan yang satu lagi pengen lo gak goyang-goyang, gitu!"
Vany menggeleg tak habis pikir. Ia menatap ketiga temannya satu persatu. "Gue gak abis pikir sama kalian," katanya, kemudian berdecak. "Pikiran kalian tuh.., oh my god! Full of drama, tau gak?"
Serentak ketiga sahabatnya mengangguk. "Tau."
Vany cemberut sambil mencibir ketiganya. "Kira-kira.., mereka dihukum apaan ya?" tanyanya, kemudian menerawang.
"Lo kalo gak suka sama gue, jangan lampiasin ke cewek gue, dong!"
Tiba-tiba kata-kata yang diucapkan oleh Fares tengiang-ngiang diingatannya.
"Lo kalo dendam sama gue--"
"GUE BILANG GOYANG YA GOYANG?!"
"Dendam?" tanya Vany lebih kepada dirinya sendiri.
Sontak, ketiga sahabatnya menatap Vany heran.
"Lo dendam sama siapa?" tanya Prilly.
"Dendam apaan?" tanya Anggi.
Vany mengerjap. Ia menatap ketiga temannya dengan gelagapan. "E-enggak. Gue cuma ngomong ama pikiran gue."
"Cewek aneh!"
"Dasar!"
"Full of drama idup lo!"
Vany hanya cengengesan dan kembali terdiam. Yang pasti, saat ini ia mengetahui bahwa Fares berkelahi dengan Jo bukan karna membelanya. Ia menghela napas panjang. Benar. Hidupnya full of drama.

KAMU SEDANG MEMBACA
JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]
Short Story[Badass Series] #9 dalam short story, 28 April "Lo bisa gak sih, gak nyusain idup sempurna gue?" "Kagak." "Ngeselin." "Gue denger loh, cantik." "Lo denger gue ngomong 'ngeselin', tapi gak denger gue ngomong 'selesein'." "Denger, kok," kata Jo yang m...