Vany terdiam memperhatikan Jo yang malah menerawang ke langit-langit ruangan. Vany berharap Jo tidak akan meminta macam-macam padanya. Apalagi, kalau Jo meminta tubuhnya.
"Gue minta lo izinin gue tinggal bareng lo."
Vany mengerjap dan mendongak menatap Jo. "Ap-APA?!"
Dan Jo, hanya tersenyum miring. "Mau batalin permintaan?"
Ah, sial.
***
Sesuatu yang menggelegarkan sekolah terjadi pada pagi hari ini. Semua orang dibuat kaget serta terheran-heran karna hal tersebut. Bahkan, hal tersebut menjadi bahan perbincangan terhangat pada hari ini.
Jo dan Vany berangkat bersama ke sekolah.
Dua orang yang tidak pernah akur itu berangkat bersama ke sekolah menggunakan motor milik Jo.
"... dan kawan!" seru Roy heboh kepada kedua sahabatnya, "For the first time in forever gue liat si Jo seragamnya dimasukin! Gile! Gile! Apa jangan-jangan, dia bawa buku juga?! Oh, apa dia nyisir ya tadi? Ah, gue kagak liat. Oh, apa--"
Pletak!
"--anjing!"
"Berisik!" tegur Jo yang sedari tadi malas mendengar laporan sahabatnya yang satu itu pada kedua sahabatnya yang lain.
Roy cemberut, menatap Jo yang tadi memukulknya menggunakan sendok dengan tatapan 'menjijikan'nya. "Lo kok jahat banget sih sama gue ...? Sakit tau ..."
"Drama banget, dah!"
"Jadi," kata Red, membuat semua mata dimeja tersebut menoleh ke arahnya. "Lo kenapa bisa bareng sama Vany? Bukannya kalian musuhan?"
Jo memutar kedua bola matanya, malas. Sebenarnya, tadi pagi Jo disuruh Vany membawa tas beserta isinya dan seragam beserta atributnya dulu dirumah orangtua Vio--sepupunya-- yang selama ini ia tempati. Jika tidak, Jo tidak boleh mandi dirumah milik Vany.
Dan karna jarak dari rumah Vio ke rumah Vany lebih dekat, Jo akhirnya mengalah daripada harus menghabiskan bensin untuk ke base camp, dan melanjutkan ke sekolah. Jo bisa saja sih mandi dirumah Vio, tapi, rumah milik tantenya itu memang kamar mandinya selalu mengantre karna hanya ada satu.
Dan Jo bisa saja sih berangkat siang. Namun, Vany tetep ngotot. Vany mengancam Jo kalau Jo tidak berangkat tepat waktu, Vany juga akan berangkat kesiangan sama seperti dirinya.
Dan entah kesurupan oleh setan mana, Jo akhirnya menurut.
Jo, sedari dulu memiliki prinsip agar orang-orang yang dekat dengannya tidak mengikuti kebiasaan buruk Jo. Seperti kawannya yang ia larang untuk bolos jam pelajaran.
Dan untuk Vany? Apakah Jo sudah merasa dekat dengan cewek itu?
Entahlah.
"Heh!" panggil Roy, membuyarkan lamunannya. Jo menatap Roy dengan tatapan bertanya. "Malah ngelamun, lagi! Itu si Red tadi nanya."
"Nanya apaan?" tanya Jo pada Red, "Si Vio ada dikelas, kok. Tadi gue ketemu dia. Dia gak nanyain lo, sibuk kepoin gue."
"Etdah," kata Ali, "Lo kalo salting lucu juga ye?"
"Gue tau abang, gue emang emeshin."
"Eh setan, lo ikutan Roy manggil-manggil pake 'abang'."
"Biarin dong, bang."
"Iya, biarkan kami berimajinasi, bang." kata Roy, kemudian menoleh pada Red yang terdiam. "Atau biarkan Mz Led berimajinasi."
Dan pembicaraan pun, sukses teralihkan.
***
Cewek itu tersenyum canggung saat ketiga sahabatnya saat ini menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi. "Maaf? Ada apa ya? Saya baru bangun tidur."
Jess memincingkan matanya. "Kenapa. Lo. Bisa. Bareng. Sama. Jo. ?"
Vany mengangkat sebelah alisnya, pura-pura heran. "Siapa yang bareng Jo? Bukannya gue lagi bareng kalian, ya?"
"Maksud Jessie," kata Prilly, "Lo tadi pagi kenapa bisa bareng sama Jo?"
"Hah?" tanya Vany masih pura-pura, "Kalian tau gosip itu dari siapa?"
"Ya ampun!" seru Anggi heboh, "Lo ngeselin banget, sumpah! Berita ini udah kesebar luas! Masyarakat SMU Flashood udah pada tau! Dan lo masih mau memungkiri hal itu??"
"Lebay banget, lo!" cibir Jess.
"Tau! Drama, emang!" tambah Prilly.
Anggi hanya mencibir balik dan membela dirinya.
Vany akhirnya mengembuskan napas panjang. "Oke," katanya, membuat ketiga temannya menoleh. "Gue bakal kasih tau kalian keseluruhan cerita yang gue alami beberapa hari ini."
Kata-kata itu sukses membuat ketiganya terdiam mendengarkan Vany dengan seksama. Vany bercerita dari saat Vany mendengar pembicaraan Fares dan Euis bersama Jo --dengan potongan insiden ia berciuman dengan Jo. Kemudian menceritakan tentang Vany yang akan dipakai oleh kawan Jo jika Jo tidak datang, dan karna itulah cowok itu tau rumah Vany. Cewek itu bercerita sampai pada adegan dimana ia meminta permohonan pada Jo untuk jangan melepaskan Euis, dan bagaimana ia menjinakan Jo yang tadinya akan sekolah siang.
Berbagai ekspresi diberikan kawan Vany saat mendengarkan cerita Vany.
Contoh saja Anggi yang mulutnya menganga lebar sekali. "Oh my god!" serunya, kemudian saling lirik dengan kedua sahabat Vany yang lain, membuat Vany mendengus dan memutar kedua bola mataya. Dan akhirnya, ketiga sahabat Vany itu teriak-teriak tidak jelas.
"Ya ampun! Tadi gue diceritain FTV baru sama Vany!"
"Eh astaga! Gak sabar kelanjutannya ih!!!"
"Aaa! Mereka lucu! Gue seneng!"
"Aaaa!!!!"
Vany kemudian memutar kedua bola matanya kembali. Ia menyimpan sikunya diatas meja, dan menyimpan pelipisnya dikepalan tangannya. Saat ia menatap sekitar kantin, matanya bertubrukan dengan lensa mata berwarna hitam milik cowok itu.
Kembali, Vany merasakan keanehan dalam jantungnya saat memperdalam tatapannya. Vany tahu apa yang ia rasakan saat ini. Ini perasaan yang berbahaya untuknya. Tapi, Vany tak bisa mengindari ini. Ditambah~
Ia akan tinggal serumah dengan cowok itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]
Historia Corta[Badass Series] #9 dalam short story, 28 April "Lo bisa gak sih, gak nyusain idup sempurna gue?" "Kagak." "Ngeselin." "Gue denger loh, cantik." "Lo denger gue ngomong 'ngeselin', tapi gak denger gue ngomong 'selesein'." "Denger, kok," kata Jo yang m...