18 - Kantin

2.8K 199 0
                                    

Saat pacarnya itu menjemputnya dikelas untuk mengajaknya ke kantin, Vany tersenyum terpaksa, dan mengikuti pacarnya dengan langkah berat.

Sangat berat untuk melakukan hal yang tidak diinginkan, namun mengharuskannya untuk menuruti.

Vany terjebak.

Ia terjebak dalam perasaannya sendiri. Berkali-kali ia merutuki nasibnya sendiri, dan juga takdir yang membuatnya tersiksa sampai saat ini.

Vany menyalahkan dirinya karna sekolah di SMU Flashood, dan bertemu dengan Jo.

Vany menyalahkan dirinya sendiri karna ia merelakan hidup mewahnya di Semarang, dan harus mengalami hidup mandiri di Jakarta demi menjaga Fares agar tidak berselingkuh, dan mengakibatkannya bertemu Jo disekolah yang sama.

Vany menyalahkan dirinya sendiri karna mau-mau saja pacaran dengan berandal seperti Fares, dan membuat mahkotanya hilang, lalu mengharuskannya untuk bertahan bersama Fares sampai-sampai ia harus pindah ke Jakarta dan bertemu Jo.

Dan Vany, merutuki dirinya dalam hati saat ia melihat Jo yang berjalan berlawanan arah dengannya saat ini. Cowok itu sempat melirik Vany --lebih tepatnya, dirinya dan pacarnya dengan sinis.

Vany menahan napas saat di detik-detik berikutnya, Jo berjalan mendekat ke samping Vany. Mata mereka bertemu. Waktu seolah berjalan lambat bagi Vany. Entah karna ia berjalan lelet, atau karna Vany menahan napasnya sehingga waktu terasa berhenti. Namun, Vany sadar kalau waktu masih berjalan. Karna setelahnya, Jo melewatinya dan menghilang dari pandangan Vany.

Cewek itu menunduk dan menggingit bibir bawahnya. Antara menahan sesak dalam dada, dan menahan diri untuk menengok ke belakang.

"... kamu mau makan apa?"

Pertanyaan itu membuat Vany mendongak menatap Fares yang menatapnya dengan tatapan bertanya. Vany melirik sekitaran sekejap, kemudian menyadari bahwa mereka sudah berada diarea kantin. Ia kembali menatap pacarnya, dan tersenyum. "Samain aja deh kayak kamu."

Fares mengangguk dan tersenyum. "Yaudah. Kamu cari tempat duduk, aku beli makanannya ya?"

Sekarang bagian Vany yang tersenyum dan mengangguk. Cewek itu kemudian berjalan untuk menempati salah satu meja dikantin setelah Fares berjalan membeli makanan. Ia mengetuk-ngetuk kelima jarinya di pemukaan meja sambil menunggu pacarnya serta makanannya datang. Fokus Vany teralihkan saat ada yang menempati kursi dihadapannya. Cewek itu sontak membeku dengan mata melotot kaget.

Dihadapannya, cowok itu tersenyum miring dan mengetuk puncak kepala Vany dengan telunjuk, membuat Vany tertegun. "Biasa aja kali liatnya. Kayak yang liat setan aja, lo."

Dengan susah payah, Vany meneguk ludahnya dengan otomatis karna gugup yang berlebihan. "J-Jo?"

Jo malah tersenyum lebar. "Kenapa? Kaget ya?"

Ini pasti mimpi. Vany pasti bermimpi. Tidak mungkin kan kalau Jo benar-benar ada dihadapannya setelah kemarin cowok itu selalu menatap sinis padanya?

Vany jadi ingin memastikan apa ini mimpi atau bukan. Sekali lagi, Vany menelan ludahnya. Dengan rasa takut yang melingkupi dadanya, ia menutup mata perlahan, dengan sekaligus menajamkan pendengarannya. Namun, Vany tak dapat mendengar apapun. Jadi, apakah ini sungguhan mimpi?

Rasa takut itu kembali membuncah dalam diri Vany. Perlahan, cewek itu membuka matanya. Dan saat itulah, jantung Vany serasa diremas saat dilihatnya kursi tersebut kosong.

Vany tersenyum kecut menyadari ia hanya berhalusinasi tadi. Ia pasti sangat merindukan Jo. Cowok itu, dengan mudahnya membuat Vany jatuh cinta dalam hitungan hari, dan juga membuat Vany tersakiti dalam hitungan hari.

Wow, betapa hebatnya Stevan Jonathan. Bagaimana bisa ia mendapatkan hati seorang Vany dalam waktu begitu singkat? Apa mungkin Vany memang cewek baperan?

Tidak juga. Kalau Vany memang cewek baperan, ia mungkin sudah jatuh pada pesona Fares.

"Ini makanan sama minuman kamu."

Panjang umur. Fares datang dengan nampan berisi dua mangkuk bakso, dan juga dua gelas jus alpukat.

Vany tersenyum lemah, namun dengan cepat ia lebarkan senyumnya karna takut jika nanti Fares curiga. "Makasih."

Fares tersenyum, dan mengangguk. Ia pun duduk tepat disamping Vany. Bersamaan dengan itu, Vany melihat dua tangan dihadapannya menyimpan mangkuk dan jus, setelah itu, kursi --yang tadinya ditempati oleh Jo dikhayalannya-- diduduki.

Respon Vany sama saat ia berhalusinasi tentang Jo. Yaitu, membeku, dan melotot kaget. Apa ini khayalannya lagi?

"Lo ngapain disini?!"

Nada ketus itu membuat Vany mengalihkan pandangannya pada Fares. Mata Fares juga melotot menatap orang dihadapannya. Berarti, itu beneran Jo? Bukan hayalan Vany lagi? Vany menelan ludahnya, dan kembali menatap lurus kedepan.

Jo sepertinya tidak mengindahkan pertanyaan ketus Fares. Cowok itu malah memakan makanan dengan tanpa beban sambil matanya yang terfokus menatap Vany. "Eh, sori tadi gue gak bilang dulu kalo gue mau beli makanan."

Tadi? Maksudnya, apa yang tadi dilihat Vany tentang Jo itu bukan hayalan? Ya ampun! Berarti, Jo melihatnya menutup mata?

"Heh, gue nanya sama lo!" kata Fares, memutuskan kontak mata yang dibuat oleh Jo.

Jo melirik Fares dengan kesal. Namun kemudian, cowok itu malah memperlihatkan seringainya pada Fares. "Lo yakin mau tau?"

Oow, firasat Vany tidak enak.

"Apa yang harus gue tau?" tanya Fares, "Gue nanya kayak gitu tuh bukan buat ngizinin lo duduk disini, tapi, gue nyuruh lo buat minggat dari sini!"

"Gue suka sama Vany."

Vany melotot pada Jo. Namun, --entah memang Jo sengaja menghindari pelototannya, atau memang cowok itu tidak melihatnya-- Jo masih saja menyeringai pada Fares. Dan Vany hanya diam dengan kebingungan dan kegelisahan.

"Apa?" tanya Fares dengan alis yang mengerenyit bingung.

"Gue sayang sama Vany."

Vany mengigit bibir bawahnya dengan tegang. Apa-apaan Jo ini? Kenapa dia malah berkata seperti itu pada pacar Vany?

Fares balas menggunjingkan seringai. "Lo ngomong apaan, sih?"

"Gue cinta sama Vany."

Vany meneguk ludahnya. Rasa bahagia serta rasa takut bercampur menjadi satu, membuat jantungnya berdentum-dentum dengan keras. Bahagia karna Jo berkata demikian, juga takut kalau apa yang dikatakan Jo adalah suatu kebohongan.

Fares tersenyum miring pada Jo. Tatapan mereka bertemu dengan binar tajam dan mengancam. "Walaupun lo ngomong kayak gitu, Vany tetep bakal jadi cewek gue."

"Oh ya?" tanya Jo, membuat Vany makin melotot kaget. Cowok itu malah tersenyum sinis. "Vany juga cinta sama gue." katanya, membuat senyum Fares memudar. Jo menyeringai lebar. "Dan lo inget kan waktu gue bilang 'gue bakal rebut Vany dari lo'?"

Fares terdiam. Tentunya, bukan diam yang tenang. Namun, diamnya Fares adalah diam yang dihiasi dengan kemarahan. Rahang Fares mengeras, dan tangannya memegang sendok dengan sangat erat, sarat akan emosi.

JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang