13 - Berantem

3.1K 211 1
                                    

Langkah Vany terhenti saat ia akan melewati gerbang. Telinganya mendengar suara hantaman juga suara ringisan orang. Vany kemudian berbalik, dan berjalan dengan pelan dan hati-hati ke arah parkiran. Sampai diparkiran, ia bersembunyi di salah satu mobil yang terparkir, dan mengintip perkelahian itu dengan tegang.

Tangan Vany menggenggam tali tasnya dengan erat, takut-takut kalau ada pembunuhan disekolahnya. Karna disana, ada tiga orang yang sedang memukuli dan menendang satu orang yang sudah tergeletak ditanah. Vany menduga bahwa cowok yang berada ditanah itu masih hidup. Karna Vany dapat melihat pergerakan melindungi dari cowok itu.

Vany menatap sekitaran dengan gelisah. Ia berharap ada murid atau satpam yang melihat kejadian ini, dan membantu cowok yang tergeletak ditanah itu. Namun nihil. Sekolah sudah sepi, dan entah mengapa, satpam tidak ada dimana-mana. Hal ini semakin membuat Vany mengerenyit ngeri karna merasa kejadian ini sudah direncanakan.

Vany kembali menatap kedepan dengan gugup. Ia tidak dapat melihat keempat orang itu karna 3 orang yang sedang memukuli cowok itu membelakanginya. Dan cowok yang dipukuli itu membentengi wajahnya dengan kedua lengannya, sehingga Vany tidak dapat melihatnya.

Dan saat wajah cowok yang tergeletak itu menghadapnya karena dipukul di pipi--dan menyebabkan wajah cowok itu bergeser--Vany melotot kaget. Disana, cowok yang sedang dipukuli habis-habisan itu adalah Jo?!

Tanpa pikir panjang, Vany menghampiri mereka sambil berteriak. "JO!" disela pelariannya. Sampai disana, Vany mendorong cowok yang memukuli Jo habis-habisan. Dan Vany tersentak kaget karna melihat wajah pacarnya yang penuh emosi itu terengah menatap Vany. "Fares! Lo tuh apa-apaan sih?!"

Napas Fares yang terengah tergantikan dengan dengusan emosi dari diri Fares. Ia menatap Vany dengan tajam. "Lo belain dia?!"

"Lo ngapain mukulin anak orang?!"

"Siapa yang nyuruh lo untuk berangkat bareng dia?!"

"Astaga, Res! Lo jangan kekanak-kanakan, deh?! Gue cuma dibonceng dia sekali?!"

"Kenapa harus dia? KENAPA?!"

"APA MASALAH LO?!" dengan berani, Vany melangkah mendekati Fares, dan menatap laki-laki itu tajam. "Apa masalah lo?" ya, apa masalah pacarnya dengan Jo? Perasaan, Vany biasa dibonceng oleh teman sekelasnya dan kawan Fares. Tapi, kenapa cowok itu begitu emosi sampai memukuli Jo saat cowok itu memboncengnya?

"Masalahnya, lo cewek gue?! Lo sadar gak sih?! LO ITU CEWEK GUE, DAN LO NGEBELAIN COWOK LAIN?!"

Vany terdiam. Rahangnya mengeras saat menatap wajah tanpa dosa milik Fares. Vany dapat merasakan pergerakan dibelakangnya, membuat Vany melirik dari ujung matanya, melihat pergerakan Jo yang mencoba berdiri. Ia kemudian menatap Fares dengan tajam tepat dimanik mata. "Heh! Apa lo gak nyadar?! Lo gak nyadar setelah lo jalan sama cewek lain?!"

"Euis maksud lo?! Cewek kampungan itu?! Iya?!" bentak Fares, membuat Vany mengangguk. Fares tersenyum sinis. "Lo emang cewek gak tau diri!"

Setelah seruan tajam itu, tangan Vany dicengkram, dan ia diseret oleh Fares untuk mengikuti langkah cowok itu. Vany memberontak. "LEPAS!! LEPASIN TANGAN GUE!!"

"Lo harus ikut gue!!"

"Enggak! Gue gak mau!!"

"Vany!!"

Vany melirik kebelakang, menemukan Jo yang menghajar dua orang teman Fares itu. Vany yang masih diseret dan memberontak, mengerenyit saat melihat kejadian tersebut. "Jo tolongin gue!!"

"VANY!! NURUT SAMA GUE!!"

"Gamau!!"

Seketika, sekelebat bayangan dimana masa kelamnya bersama Fares terputar kembali. Vany menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak menangis karna ketegangan yang membuatnya muak ini.

"Fares! Lepas!" seruannya mulai bergetar. Vany kali ini tidak akan menyerah. Ia terus memberontak dari seretan Fares.

"DIEM!!"

Tanpa diduga Vany, Fares malah berbalik dan mengangkat tubuhnya. Cowok brengsek itu menyimpan Vany dipundaknya, membuat kepala Vany terbalik dan pening mulai ia rasakan.

"Fares ..." Vany melirih, menyerah pada air matanya yang sudah mengalir melalui pipinya.

Fares berhenti di depan mobilnya. Ia menurunkan Vany, dan membiarkan cewek itu menangis sambil menunduk. Fares mendengus kasar. "Lo itu cewek gue, Van! Elo, gak sepantesnya kayak cewek macem Euis yang malah mengkhianati pacarnya dengan gampang!"

Vany menunduk dalam. Isakannya makin keras dan membuat Vany tak berhenti sesegukan. "Maaf ..." dan biasanya, kata-kata itu membuat Fares luluh.

Seperti dugaannya, Fares menghela napas panjang dan menarik Vany ke dalam pelukannya. Dengan lembut, cowok itu mengusap punggung Vany. "Jangan diulangi lagi, ya!"

Dalam dekapan Fares, Vany mengangguk. "Iya," katanya, kemudian melepaskan pelukan Fares. Vany kemudian menatap pacarnya dengan lembut. "Jangan bentak aku lagi, ya!" dan biasanya, setelah Vany mengucapkan kata 'aku' setelah bertengkar hebat, Fares pasti akan tersenyum.

Seperti perkiraannya, Fares tersenyum menawan. Kali ini, cowok itu memajukan wajahnya dan mengecup lembut bibir mungil milik Vany.

Kecupan itu menjadi ciuman, membuat Vany membuka matanya dan menerawang apapun yang ada dihadapannya. Kecupan dan ciuman ini, tidak memberikan kesan bagi Vany. Bahkan, setelah cewek itu membalas ciuman Fares dan membiarkan dirinya didekap oleh Fares, Vany tetap tidak merasakan jantungnya yang berdegup kencang, atau rasa geli pada perutnya seperti saat ia dikecup oleh Jo.

Ini berbeda, dan Vany seolah ingin menjauhkan cowok yang saat ini melumat bibirnya.

Karna entah mengapa, walaupun Vany tidak tahu bagaimana perasaan Jo padanya, Vany tetap ingin menjaga dirinya demi cowok itu.

♬ ♬ ♬

Vany menghela napas panjang, dan membanting tubuhnya disofa sambil melihat langit-langit ruangan tv. Kembali, ia menghela napas panjang saat mengingat harinya yang kosong ini.

Ya. Entah kenapa, harinya menjadi kosong tanpa kehadiran Jo disisinya. Padahal, sahabatnya dan juga pacarnya selalu ada di setiap hari disisi cewek itu, mengisi harinya. Namun, tanpa Jo, Vany merasa ada yang kurang.

Setelah hari dimana Jo dipukuli oleh Fares dan teman-temannya, cowok itu jadi tidak pernah menyapanya disekolah. Bahkan, rencananya untuk tinggal dirumah ini pun tidak Jo laksanakan. Cowok itu bahkan tidak ingin bimbingan disekolah. Pernah sekali saat ulangan, Jo mendapatkan nilai sempurna, dan Vany dipanggil oleh wali kelas karna hal tersebut. Mereka pikir, Jo menjadi pintar karna Vany, namun, cowok itu bahkan tidak pernah ingin membuka buku tulis saat bimbingan bersama Vany.

Lalu, Jo akhir-akhir ini sering berdiam diri dikelas dan tidak pernah mencoba untuk membolos di jam pelajaran lagi, membuat Vany tidak bisa mengejarnya keluar dan tidak bisa menanyakan apa yang terjadi dengan permintaan Jo untuk tinggal dirumah Vany. Cowok itu selalu saja menyibukan dirinya dengan bercanda bersama Roy, dan tak pernah mau meliriknya sama sekali.

Ngomong-ngomong soal 'melirik', Vany pernah sekali mendapati Jo menatapnya. Dan saat Vany membalas tatapan Jo, cowok itu malah membuang muka dan mengalihkan pandangannya. Sempat Vany ingin bertanya pada cowok itu, namun, tetap saja Jo memberikan aura sibuk-bercanda-nih-!

Vany mengembuskan napas panjang, rasa sesak seolah hadir saat ia melakukan hal tersebut. "Apa salah gue sih, Jo? Kenapa lo gak pulang?" tanyanya pada diri sendiri.

Vany sendiri sadar akan dirinya. Bahwa cewek itu, sudah menyukai Jo.

JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang