20 - Gue Janji

2.9K 187 0
                                    

"Tenang deh, Van. Gak usah lebay gitu."

Cewek yang sedang meringkuk ketakutan disofa sambil menggigit kuku jarinya dan berkomat-kamit itu, menoleh pada laki-laki yang tadi mengucapkan berentetan kata menyebalkan baginya. Vany mendelik dan berdecak. "Gimana gue bisa tenang, Jo?! Diri gue lagi terancam!!"

Cowok itu menghela napas panjang, dan berdiri dari duduknya, kemudian berjongkok di hadapan Vany. Jo membawa tangan Vany ke genggaman tangannya, dan menatap cewek itu dengan mata tenang dan lembut, membuat Vany tertegun ditempatnya. "Gue yang bakal lindungin lo. Lo tenang aja," katanya, kemudian tersenyum.

Kini, Vany berangsur-angsur tenang karna menatap mata Jo. Mata cowok itu, entah kenapa seolah membuatnya tenggelam, tenang disana, seolah Vany tengah bersemedi didasar laut yang dalam. Ia tak merasakan sesak karna tenggelam. Namun, entah kenapa, ia malah tenang dan berangsur membaik. Tanpa terasa, bibir Vany tertarik keatas, membentuk sebuah lengkungan sampai matanya sedikit menyimpit.

Jo ikut tersenyum pada Vany, membuat cewek itu makin tenang.

Sebenarnya, ketakutan Vany dimulai karna kebodohan Jo. Saat itu, disaat mereka masih di uks, saat keheningan melanda mereka berdua, Jo bersuara, "Kalau gitu, gue pinjem hape lo."

Saat Jo berkata begitu, Vany mengerutkan alisnya. "Hah? Buat apa?" tanyanya.

Jo malah terkekeh, dan mengadahkan tangannya ke hadapan Vany. "Siniin aja, deh. Gak akan gue jual, kok. Gue bakal kasih langsung ke elo kalo udah selesai."

Masih ragu, Vany memasukan tangannya ke saku rok span pendeknya, dan mengeluarkan ponselnya. Saat itu Vany masih ragu untuk memberikannya pada Jo atau tidak. Tapi, Jo langsung saja merebutnya dari tangan Vany.

Sambil duduk diam di bangkar uks, Vany tetap bungkam dan memperhatikan Jo yang tengah mengotak atik ponselnya. Dan tak lama kemudian, Jo mengembalikan ponsel miliknya begitu saja. "Nih."

Vany penasaran, tentu saja. Ia menatap layar ponselnya, dan terbelalak kaget saat melihat pesan yang baru saja Jo kirimkan pada Fares. Ia menatap Jo dengan wajah pucat pasi yang kentara. "Jo, l-lo ngapain?" tanya Vany melirih.

Jo mengerutkan alisnya, masih tidak mengerti dengan reaksi yang Vany berikan saat itu. Ya, benar. Bukankah seharunya Vany senang? "Kenapa? Bukannya bagus kalo lo putus sama Fares?"

Ya. Isi pesan itu adalah permintaan putus dari kontak akun Vany. Oh, Jo membahayakannya. Vany menggigit bibir bawahnya, kencang. Dan perlahan tapi pasti, air matanya turun dari kedua kelopak matanya, membentuk garis bening di pipinya. Vany takut, saat itu. Takut sekali.

Jo malah panik dan mengatakan bahwa hal yang cowok itu lakukan adalah benar. "Gue gak akan ninggalin lo, Van. Gue janji. Tapi, lo juga gak boleh sama Fares. Dia pasti gak akan ngebiarin lo bareng sama gue." katanya saat itu.

Namun, Vany yang takut luar biasa malah terisak kencang dan memeluk dirinya sendiri. Ia menggeleng cepat. "Masalahnya, gue kehilangan mahkota gue waktu gue minta putus sama dia, Jo."

Dan saat itu, yang Jo lakukan adalah terdiam. Sedetik kemudian, Vany melihat rahang Jo yang mengeras dengan mata terpejam rapat, serta gigi yang bergemeletuk kencang. Vany tahu, saat itu mungkin Jo masih tidak terima dengan fakta Vany sudah tidak perawan, dan yang mengambil mahkota orang yang disayanginya itu adalah musuhnya sendiri.

Jadi, Vany lebih memilih izin dan pulang bersama Jo. Dan sekarang, mereka berada didalam rumah Vany dengan kecemasan Vany yang tak pernah hilang.

Vany sudah mulai tenang berada dalam genggaman Jo. Tapi masalahnya, bagaimana jika hal itu terulang kembali?

Vany masih ingat saat ia memutuskan Fares dan laki-laki itu tak terima serta mengatainya 'jalang'.

Vany masih ingat saat tangan Fares melayang dan memukulnya tanpa belas kasih.

Vany masih ingat saat tangan Fares merobek bajunya sampai ia telanjang bulat.

Vany masih ingat Fares menghancurkan mahkotanya dengan kasar dan tak manusiawi.

Vany masih ingat kenangan kelam itu. Kenangan yang tak akan pernah ia lupakan sampai ia mati nanti.

Vany masih ingat bagaimana dirinya merasa kotor dan tak lagi menjadi seorang gadis.

Vany ingat saat ia begitu kehilangan mahkotanya.

Vany ingat saat ia memilih tidak makan dan mengurung diri dikamar, memilih untuk mati saja.

Vany ingat saat dimana Fares mengancamnya bahwa; jika ia bunuh diri, cowok brengsek itu pasti akan membeberkan berita kalau Vany meninggal bunuh diri karna hamil di luar nikah.

Vany ingat saat ia melihat wajah bercahaya keluarganya. Dan jika ia bunuh diri dengan berita yang Fares sebar, apakah wajah itu tak lagi bercahaya?

Vany ingat saat dimana ia memilih menjauhi keluarganya karna rasa bersalah Vany, sehingga, disinilah ia, disebuah rumah sederhana dimana ia hanya sendiri.

Vany ingat semuanya. Ingat bagaimana pedihnya kehidupan tanpa keluarga. Mengasingkan diri sendiri karna rasa bersalahnya. Rasa bersalah karna membiarkan mahkotanya hilang.

Rasa sesak itu datang kembali. Menghampiri relung hatinya dan membuat matanya memanas. Perlahan, penglihatan Vany berembun, kemudian kembali menjadi jelas disaat bersamaan dengan rasa hangat dari air matanya terjun menuju pipinya. Kembali berembun, dan kembali jelas. Begitu seterusnya sampai air matanya mengalir dengan derasnya.

Wajah Jo yang berada dihadapannya kini sarat akan rasa khawatir.

Vany melepas genggaman tangan mereka, dan membawa kedua tangannya untuk menutupi wajahnya. Ia menangis disana. Terisak dengan keras sehingga membuat bahunya bergetar.

Sebenarnya, Vany tidak ingin menangis. Ia tak ingin menjadi perempuan lemah lagi. Tapi, yang Vany bisa hanya ini. Menangis untuk menghilangkan rasa sesak didadanya.

Namun, rasa sesak itu seolah kebal. Ia tak bisa menghentikan tangisnya. Ia terisak keras disana, mencoba menghilangkan beban yang seolah tak pernah usai itu.

Entah sejak kapan, namun, Vany kini merasakan kehangatan saat rengkuhan tangan mendekap dirinya.

Rasa tenang itu hadir kembali saat Jo memeluknya. Perlahan, Vany merasakan tangan kasar cowok itu terasa lembut saat mengusap punggugnya. "Nangis aja ..., keluarin semuanya."

Kata-kata Jo seolah mantra di telinga Vany. Cewek itu terisak makin keras, makin kencang, membawa diri sendiri untuk tenang. Ia melepaskan tangannya diwajah, dan membawa tangannya untuk membalas pelukan Jo. Mendekap erat tubuh cowok itu, menyembunyikan wajahnya didada Jo. Terisak dengan kencang disana.

"Ssttt, everything it's oke. I'm here. For you. Ssttt, everything it's oke, Van. You safe with me. I will protect you. I'm promise."

JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang