33 - Maaf

2.3K 153 0
                                    

Cowok itu berdecak saat Vany masih saja cengengesan sambil terus memutar video cover lagu ia, Vany dan kawannya.

Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan pulang. Jo sempat menegur Vany saat cewek itu terus mengulang video yang baru dibuat beberapa jam yang lalu itu. Namun, Vany tetap menolak dengan alasan takut melihat jalanan yang gelap.

Ya, memang mereka main sampai jam 12 malam. Jo sempat ingin menyuruh Vany pulang, namun, melihat Vany yang tertawa lepas membuatnya tidak tega mengajak pulang. Jadi, Jo hanya dapat diam menunggu Vany meminta pulang sendiri.

Dan Jo harus sabar diceng-cengi karna sudah bernyanyi didepan seorang cewek. Secara gitu, saat ia disuruh bernyanyi oleh kawannya, Jo malah menolak dengan beralasan tidak dapat bernyanyi.

Bahu kiri Jo terasa berat saat Vany menyimpan kepalanya di bahu Jo. Sepertinya, Vany sudah selesai menonton video itu.

"Udah selesai nontonnya?" Jo bertanya, namun matanya tetap menatap lurus pada jalanan.

Vany mengangguk. "Ngantuk."

Jo menghentikan motornya saat lampu warna merah mendominasi tiga lampu yang ada di tiang lampu lalu lintas. "Siniin hapenya! Tar jatoh, lagi."

Kepala Vany yang berada di bahu Jo bergerak, menggeleng menolak tawaran Jo. "Enggak usah. Bentar lagi juga nyampe."

Jo hanya mengangguk saja. Tadinya dia berinisiatif untuk menyuruh Vany tetap memberikan ponsel karna Jo ingin dipeluk. Tapi apalah daya Jo? Ia hanyalah seorang cowok yang takut kehilangan pacaranya.

Ekhm. Maafkan Jo yang terlalu alay. Mungkin, ini karna efek ia mengantuk dan bosan.

Lampu lalu lintas berganti menjadi hijau. Jo kembali melajukan motornya. Dan saat itulah, ia merasakan perutnya dilingkari tangan Vany. Jo mengulum senyum senangnya.

"Jo, lo bawa laptop gak?"

Jo mengangguk pelan. "Bawa. Kenapa emang?"

"Gue pengen mindahin video ini ke laptop lo."

Jo berdecak. "Ngapain, sih? Jelek gitu guenya."

Terdengar decakan bibir Vany ditelinga Jo. "Sadar gak sadar, kita gak pernah bikin momen barengan. Foto bareng aja gak pernah. Gue pengen aja gitu kita punya foto atau video SMA waktu kita pacaran. Kan seru kalo diliat anak-cucu kita nanti."

Jo terkekeh kecil. "Iya, iya. Tar pindahin ke laptop gue. Dan nanti, ayo kita foto dan video barengan. Kalo mau, kita bikin vlog sekalian. Kayaknya vlog kita bakal laris, deh. Secara, yang bikin vlog nya juga most wanted SMU Flashood."

"Bagus juga. Nama vlog nya. Bad Boy And Perfect Girl. Cocok kan buat deskripsiin kita berdua?"

Jo terkekeh. "Boleh lah."

Motor masih dinyalakan saat sampai didepan pagar rumah Vany. Cewek itu cepat-cepat turun dari motor milik Jo, kemudian berlari membuka pagar yang hanya sepinggangnya.

Jo kemudian kembali memutar stang gas dan menyimpan motornya dihalaman rumah, sedangkan Vany mengunci kembali pagar rumahnya, kemudian menyusul Jo masuk kedalam rumah.

"Laptop jangan lupa, Jo!"

"Iya, iya, bawel deh. Baru juga dateng," walaupun menggerutu, Jo tetap mengambil laptop miliknya yang berada dikamar Vany. Saat ke ruang tamu, terlihat Vany yang sedang duduk sambil melepas kabel datanya dari kepala cas-an ponsel.

Tangan Vany terangkat, kemudian melambai untuk menyuruh Jo menghampirinya. "Sini cepet!"

Jo tersenyum terpaksa. Bukan, bukan karna ia tidak suka Vany seperti ini. Namun, sesuatu dalam dirinya seolah berfirasat buruk. Jo seperti takut. Entah karna apa. Cowok itu kemudian menghela napas panjang, dan berjalan menuju Vany lalu duduk disamping cewek itu.

JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang