2 - Buku Paket

5.4K 325 0
                                    

Kedua insan itu terdiam dibangku barisan terdepan dengan hening dan sepi. Namun, keheningan itu hanya dirasakan oleh Vany saja. Sedangkan Jo dengan tidak dapat diamnya selalu menggerakan kakinya yang mengetuk kayu meja disamping, membuat meja agak bergeser. Jarinya mengetuk meja dengan irama dengan tak beraturan, membuat Vany berkali-kali menghela napas panjang, mencoba bersabar atas teman sebangkunya itu.

Semenjak kejadian beberapa hari lalu itu, Vany dan Jo mulai duduk sebangku. Dan semenjak kejadian hari itu pula, Vany selalu berlarian keluar kelas hanya untuk sekedar mencari Jo yang tidak ada dikelas saat pelajaran akan dimulai.

Dan hari ini adalah free class. Namun, dengan anehnya, cowok itu tidak melangkahkan kaki dari bangkunya. Hanya duduk dengan mengganggu Vany saja.

Dengan geram, Vany berdiri dan menggebrak meja, membuat suasana semakin mencekam. "LO BISA DIEM GAK, SIH?!"

Jo mendongak menatap wajah marah Vany, dan nyengir lebar. "Kagak." jawabnya santai. Karna Jo tahu, Vany tidak akan berani melarangnya. Karna semua larangan yang diberikan Vany akan Jo salah artikan.

Sambil berdecak, Vany memutar kedua bola matanya dengan jengah. Ia mendesah, "Hidup sempurna gue..," lirih cewek itu, kemudian kembali duduk dibangkunya sambil menelungupkan wajahnya.

Dan Jo, hanya menyeringai setan.

***

Vany menatap geram cowok yang saat ini malah menyimpan kakinya yang disilang diatas meja tanpa mempedulikan beberapa buku yang tersimpan dimeja tersebut, juga wajah Vany yang berada tepat dihadapan sepatu cowok itu. "Lo bisa gak sih, gak nyusain idup sempurna gue?"

Jo memiringkan wajahnya, memudahkan dirinya untuk menatap wajah Vany. Cowok itu nyengir lebar, dan dengan cepat mengganti wajahnya menjadi datar. "Kagak."

Vany mengela napas panjang, merasa jawaban Jo malah makin membuatnya ingin mengubur cowok itu hidup-hidup. "Ngeselin."

"Gue denger loh, cantik."

"Lo denger gue ngomong 'ngeselin', tapi gak denger gue ngomong 'selesein'."

"Denger, kok," kata Jo yang membuat Vany melotot pada cowok itu. Sekali lagi, Jo memiringkan kepalanya untuk menatap Vany. "Cuma pura-pura gak denger." lanjutnya, sambil memeletkan lidahnya.

Vany mengembuskan napas kasar dengan tangan yang terkepal diatas meja. Tidak kuat lagi, ia menggebrak meja dan menatap tajam pada Jo yang masih saja santai. "Sialan." setelah umpatan itu, ia mengambil buku paket yang paling tebal dan memberikan serangan bertubi-tubi pada Jo dengan umpatan-umpatan lainnya.

Jo mengaduh, ia beberapa kali terkena serangan dari Vany akibat posisinya yang menyulitkannya bergerak bebas. "Adaw! Wadaw! Aw! Sakit, woy! Itu buku paket MTK setebel itu kena pala gue, bocor, nih! Aw!"

"Bodo amat! Mati aja lo sekalian biar kagak nyusahin gue!!!"

"E-eh--"

Brakk

"--AAA!!"

Bugh

Vany sukses terdiam dengan mata mengerjap menatap Jo yang sudah tergeletak dilantai dengan kursi dan meja yang sudah bergeser dari tempatnya. Namun sedetik kemudian, Vany tertawa kencang karna sadar laki-laki yang tadi tak mengacuhkannya itu terjatuh dari posisi duduknya yang kurang ajar tadi. "Hahahaha! Makanya, jangan sok deh jadi makhluk!"

Sambil mengusap pantatnya, Jo mencoba berdiri dari posisi jatuh tidak elitnya tadi. "Sialan, jir. Lo malah ngetawain gue."

Vany memeletkan lidah, benar-benar tidak peduli dengan kondisi Jo. "Trus, gue harus gimana? Joget-joget pake kostum anjing dan bilang 'GUK!' karna kesenengan?" tanyanya, disusul dengan tawa yang keras.

Tapi, diluar dugaannya, Jo malah menyeringai, membuat tawa Vany terhenti. "Ide yang bagus."

Dan sekarang, Vany benar-benar terdiam dengan mata melotot tak percaya. Apa tadi? Apa Vany tidak salah dengar? "Lo gila."

Jo tersenyum sinis, seolah mengatakan lo-baru-tau-? "Pokoknya, gue gak mau tau." katanya, kemudian menyeringai, membuat bulu kuduk Vany berdiri. "Lo harus pake kostum anjing, dan bilang 'GUK!' kalo ngomong. Kalau enggak...,"

"Kalo enggak?" tanya Vany, penasaran kelanjutan dari perkataan gantung Jo. Dan juga, Vany memiliki firasat buruk dari kelanjutan ucapan Jo.

Kembali, Jo tersenyum sinis. "Gue gak mau belajar sama lo, dan lo dapet nilai D min."

Mulut Vany menganga tak percaya mendengarkan apa yang Jo ucapkan padanya tadi. Ia berkedip sekali, dua kali, dan ketiga kalinya, ia melotot. "APA??!!"

Jo terkekeh, ia mengedipkan sebelah matanya. "Biasa aja dong, sayang." katanya, kemudian mengusap wajah Vany, membuat Vany menormalkan rupa wajahnya. Cowok itu mengambil tas yang terdapat dimejanya, dan menyampirkan tas itu disalah satu pundaknya. "Gue balik hari ini. Besok, gue bawa kostumnya, kok. Jangan khwatir."

Sepeninggal Jo, Vany hanya menatap kosong kedepan. Satu yang ia sesali; keperfectan mulutnya dalam bicara.

JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang