Situasi ini pasti tidaklah baik. Dengan gugup, Vany melihat sekitaran kantin, dan ternyata, banyak yang menatap penasaran kearah meja yang ia tempati. Ya, ini adalah pemandangan langka dimana dua bad boy yang dikenal memiliki hubungan tidak baik itu, kini sedang duduk dimeja sama dengan tatapan tajam yang ditunjukan pada lawannya masing-masing. Vany menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tak boleh tingal diam. "J-Jo, lo ngomong apaan, sih?" sial, kenapa suara Vany bergetar? "Jo, men-mendingan lo pergi dari--"
"Gue serius tentang itu," kata Jo pada Fares, mengabaikan perkataan Vany. Cowok itu menyeringai senang. "Gue bakal rebut Vany dari lo."
Semuanya berlangsung dengan cepat dan mengagetkan. Fares yang berdiri dan menonjok Jo sampai cowok itu tersungkur kebelakang, dan Fares yang langsung meloncat ke atas meja dan menerjang Jo yang ada dibawah.
Mulut Vany menganga lebar. Ia langsung berdiri dan menghampiri keduanya. Dilihatnya, Fares menindih tubuh Jo dan memukuli wajah cowok itu dengan membabi buta. Anehnya, Jo tidak melawan ataupun melindungi wajahnya. Vany hanya dapat mematung ditempatnya dengan kaki gemetar luar biasa. "RES! FARES, UDAH!!"
Fares mengabaikan Vany. Ia masih saja memukuli wajah tampan Jo tanpa ampun.
Mereka bertiga sudah dikerumuni oleh para murid, namun, tidak ada satupun yang berniat untuk menolong Jo yang terkapar dilantai kantin.
Vany menggigit kuku-kuku jarinya dengan tegang. "RES!! UDAH, DONG!!"
Bukannya berhenti, Fares malah berdiri dan menendang-nendang tubuh Jo dengan sadis.
Mulut Vany menganga lebar melihat kesadisan pacarnya. Ia tak bisa diam saja menonton penderitaan Jo. Untuk itu, Vany mencoba menerjang Fares, namun, Vany malah jatuh terpental kebelakang saat Fares mendorongnya sekuat tenaga. Sial, sikut dan lutut Vany menjadi luka karenanya.
"ANJING!" Jo berseru marah, dan menendang Fares sekuat tenaga sampai tergeser kesamping. Dalam posisi tidur terlentangnya, Jo menatap Vany yang balas menatapnya. Melihat Vany yang terluka, Jo seolah menahan diri untuk memukul Fares, membuat Vany bingung sendiri. Namun, sebagai gantinya, Jo menatap Fares tajam dengan napas terengah marah. "Lo ngelukain cewek lo, goblog."
Fares seolah tersadar. Ia menatap Vany dengan panik, dan berdiri. Niat Fares untuk menghampiri Vany terhenti saat mendengar teriakan dari arah pintu masuk kantin.
"Bubar! Semuanya bubar!"
Secepat datangnya suara itu, secepat itu pula para penonton ngacir dengan panik.
Ternyata, yang menyerukan itu adalah Pak Nizar, sang guru BK. Ia melotot saat melihat Jo yang sudah terkapar, Vany yang duduk dengan luka disikut, dan terakhir, Fares yang berdiri dengan buku jarinya yang memiliki bercak darah. Mulut Nizar menganga dengan mata melotot marah. "Fares ...," geramnya tertahan, "Kamu keruangan saya sekarang juga! Dan Jo, obati luka kamu! Vany, kamu juga obati luka kamu!"
Ketiganya mengangguk. Fares dan Nizar berjalan keluar kantin. Sedangkan Jo berdiri dari posisi terkaparnya, dan langsung menghampiri Vany yang mencoba untuk berdiri.
Vany sedikit berjengit saat pergelangan tangannya ditahan oleh sebuah tangan. Ia menatap pada sang penahan, dan menemukan wajah Jo yang sudah babak belur disana.
"Ikut gue ke uks! Gue obatin lo, dan lo harus obatin gue!"
Belum sempat Vany menjawab, Jo sudah menariknya keluar dari kantin dan pergi ke uks. Dan sampai di uks, ia dibuat kaget karna perilaku kekanakan Jo yang mengusir semua penghuni uks, dan langusng mengunci pintu uks dari dalam. Saat dikomplen oleh para penghuni, Jo berkata. "Lo semua ganggu gue! Kalian yang udah sakit, apa mau gue tambahin sakitnya?" Vany hanya berdecak melihatnya. Sampai didalam, Vany didudukan di salah satu ranjang di uks, sedangkan Jo mengambil peralatan P3K, juga kursi dan membawanya ke hadapan Vany. "Lo mau ngobatin gue?" tanya Vany dengan salah satu alis yang terangkat. "Gak salah?"
Jo tak menghiraukan pertanyaan Vany, dan langsung membuka kotak P3K yang tadi dibawanya, lalu menuangkan alkohol pada kapas.
Vany mendengus. Saat Jo akan menempelkan kapas itu pada luka Vany, cewek itu langsung merebutnya dan mengambil alih kapas tersebut. Ia mencengkram rahang Jo dengan lembut, dan mendekatkan wajah itu kearahnya. Dalam hati, Vany bersorak sorai karna bisa melihat wajah Jo sedekat ini. Walaupun, wajah cowok itu kini memar sana-sini. Perlahan, tangan Vany terulur untuk menempelkan kapas tersebut pada salah satu luka diwajah Jo. Jangan tanyakan berapa banyak lukanya. Karna lukanya tak terhitung. Vany mendengus karnanya. "Ngapain sih lo ngomong gitu sama Fares? Udah tau Fares emosian."
Jo tidak menjawab pertanyaan Vany. Cowok itu malah mengangkat tangannya, dan menyentuh pipi Vany dengan lembut.
Vany menelan ludahnya dengan susah payah. Saking deg-degannya, tangan Vany bergetar saat menyentuhkan kapas pada wajah Jo. Dan akhirnya, tangan Vany lemas dan terkulai dipangkuannya. Ia menatap kedalam mata Jo yang juga menatapnya. "Maksud lo apaan sih Jo? Ngapain lo ngomong gitu sama Fares?"
Jo masih saja tak menghiraukan perkataan Vany, asyik mengusap lembut pipi Vany.
Setengah mati, Vany menahan dirinya untuk berteriak saat Jo menatapnya sedemikian intens. Jantung Vany makin bergemuruh hebat karna jari Jo yang tak henti mengusap pipinya. Mungkin, saat ini, pipi Vany sangat memerah karna perlakuan cowok itu. "Jo! Jawab, ish!"
Jo malah terkekeh sambil masih mengusap pipi Vany dengan lembut. "Gue kangen lo, Van," katanya, dengan suara lembut yang membuat tubuh Vany mati rasa. "Gue kangen lo, Vany," perlahan, Jo mendekatkan wajahnya pada Vany. Namun, sebelum Jo menyapukan bibirnya dibibir Vany, cewek itu tersenyum sinis, membuat Jo menjauhkan wajahnya dan menatap Vany heran. "Kenapa?"
Kembali, Vany tersenyum sinis. Ia sekarang tau apa yang diperbuat oleh Jo dikantin. Dengan mata berkilat kesal, Vany menepis tangan Jo dari pipinya. "Lo sengaja kan gak ngelawan?"
Jo bingung sendiri dengan perlakuan kasar Vany, juga pertanyaan ketus cewek itu. "Iya. Gue emang sengaja gak ngelawan."
Kembali, Vany tersenyum sinis. "Lo kenapa bego banget, sih, Jo? Gue tau, lo sengaja gak ngelawan, karna pasti, Fares yang bakal disuruh ke BK, dan lo bakal disuruh ke uks," ujarnya, kemudian menghela napas panjang. "Lo sengaja pengen berduaan sama gue tanpa ada gangguan dari Fares, kan?"
Ketahuan deh. Jo menghela napas panjang, dan menyandarkan punggungnya disandaran kursi. Ia kemudian mengedikan bahunya sekilas. "Gue gak mikir gitu."
"Bohong!" jerit Vany lirih. "Kenapa, sih, Jo? Kenapa lo pengen banget ngancurin hidup sempurna gue?"
Mendengar pertanyaan Vany, Jo mengembuskan napas panjang. "Gue gak peduli kalo idup sempurna lo ancur. Lagipula, gue cuma pengen sama lo. Dan juga, gue udah janji sama Fares buat ngerebut lo."
"Trus apa?!" jerit Vany frustasi. Dengan alis berkerut dalam akibat marah, cewek itu menatap Jo dengan wajah sayunya. "Lo mau apa kalo gue udah berhasil jadi milik lo? Buang gue? Iya?"
Jo mendelik marah pada Vany. "Lo kenapa sih selalu berpikiran dangkal tentang gue?" tanyanya, kesal sendiri. "Gue jadi ragu kalo lo beneran cinta sama gue."
"Gue cinta sama lo," kata Vany mantap, membuat Jo terdiam ditempatnya. "Tapi gue gak butuh cinta. Selama Fares masih disamping gue dan gue adalah pacarnya sampe nikah, gue gak masalahin cinta."
Jo tertegun ditempatnya. Ia menatap Vany dengan wajah terlukanya, membuat hati Vany seakan diremas dan berdenyut nyeri. "Lo bohong, Van."
"Tetep aja, Jo. Mau gue jujur atau bohong, kita gak akan pernah bisa bersatu," kata Vany, kemudian mengembuskan napas panjang. Ia menundukan kepalanya. "Kita tuh kayak air dan minyak. Mau sebanyak apapun dua cairan itu disatuin, tetep aja gak akan pernah bersatu."
Jo kembali tertegun ditempatnya. Terlihat berpikir. Ia kemudian mengembuskan napas panjang, dan menatap Vany tepat dimanik mata. "Kita emang air dan minyak. Beda. Dan karna kita terlanjur jadi air dan minyak--yang bisa bersama tapi gak bisa bersatu-- kalo gitu, gue yang akan bikin kita untuk jadi air dan minyak yang pertama kali bersatu."
Vany tertegun ditempatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JoVan [BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]
Short Story[Badass Series] #9 dalam short story, 28 April "Lo bisa gak sih, gak nyusain idup sempurna gue?" "Kagak." "Ngeselin." "Gue denger loh, cantik." "Lo denger gue ngomong 'ngeselin', tapi gak denger gue ngomong 'selesein'." "Denger, kok," kata Jo yang m...