Kali ini, aku beneran teler. Yang penting sudah aku post ya. Kalau nemu typo harap maklum. Belum diedit. Tapi kalau masalah ketidakpaduan kata, silakan dikomen bagian yang kalian rasa kurang padu, agar nanti aku bisa mudah edit.
***
"Bapak tanya serius, Ded." Ayah Aura yang tak sabar menanti jawaban Dedi, kembali memperjelas pertanyaannya.
Dedi tertunduk. "Mohon maaf, Pak. Saya belum siap menjadi imam dalam waktu dekat. Tapi, saya sangat serius dengan Aura."
Ekspresi mencelos diterima ayah Aura dan pria itu hanya mengangguk-anggukkan kepala menerima jawaban dari Dedi yang sangat tidak memuaskan hatinya. Hal berbeda ditunjukkan oleh Ardan. Duda muda itu tampak menghela napas lega dan tersenyum tipis. Ia juga tidak henti-hentinya mengucap syukur di dalam hati. Semoga memang kami berjodoh. Semoga aku bisa memberikan kebahagiaan yang lengkap untuk Lilyn.
"Pak, apa saya boleh meminta waktu dan kesempatan?" suara Dedi menghentikan sorak sorai dalam hati Ardan.
Lilyn bergantian memperhatikan ayah dan kedua pria yang tak jauh darinya. Awalnya ia tidak tertarik memperhatikan kedua pria itu, tetapi setelah mendengar keduanya menyebut nama Aura, radar di telinga Lilyn menjadi aktif berkali-kali lipat. Sayang, ia belum paham apa yang tengah dibicarakan oleh kedua orang dewasa itu.
"Semua keputusan kami kembalikan ke Aura. Tolong terima apa pun keputusan Aura, karena kamu belum siap menikah dengannya. Apalagi, sudah ada laki-laki yang melamar Aura dan siap menikahi Aura dalam waktu dekat."
"Siapa, Pak?"
"Sudah, kita tunggu jawaban Aura dulu." Ayah Aura menepuk pundak Dedi sebelum berjalan menuju pintu kamar rawat Aura.
Ardan lega mendengar ayah Aura memberinya kesempatan. Memberikan keputusan seluruhnya pada Aura adalah hal yang menurut Ardan sangat obyektif. Dan saat ia akan melanjutkan langkahnya, karena Lilyn terus saja menarik-narik agar kembali berjalan, tatapan Ardan bertemu dengan Dedi.
"Pa... ayo!" omel Lilyn yang akhirnya memperdengarkan suara kerasnya.
"Sstt... jangan berisik. Ini di rumah sakit, Lyn."
Saat tubuh Ardan dan Dedi berada dalam jarak yang tidak terlalu jauh, tatapan tak suka semakin ditunjukkan oleh Dedi. Untungnya, pria muda itu tidak melakukan hal kekanak-kanakan, seperti; memanggil Ardan dan melempar banyak tanya, menyenggol bahu Ardan, atau malah melakukan aksi jotos.
"Pa, Om itu galak!" ucap Lilyn dengan polosnya. Ia memperhatikan wajah Dedi yang menunjukkan ketidaksukaan pada ayahnya.
"Lilyn nggak boleh bicara seperti itu."
Saat posisi mereka sudah dekat dengan pintu kamar rawat, Ardan segera masuk. Pasalnya, Aura dirawat di kelas dua. Tandanya, ada pasien lain yang kemungkinan tengah dirawat dalam satu ruangan dengan gadis itu. Jadi, selama Ardan mencari sosok Aura, ia terus saja memberi kode pada Lilyn agar tidak membuat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Stepmother ✅
General Fiction"Aura, maukah kau menjadi ibu pengganti untuk Lilyn?" Aura Nerissa Jasmine tertegun mendapati dirinya dilamar oleh seorang duda beranak satu. Hal yang menohok hatinya adalah, lamaran tanpa kata 'cinta' dari pihak laki-laki. Namun, tatapannya berp...