Maaf kalau nanti banyak nemu typo atau kalimat kurang pas. Aku ngetik sama ngedit sambil nangis. Pokoknya bab ini, perasaanku benar-benar teriris. Ceritanya nggak sedih kok. Nggak bikin kalian nangis juga. Cuma, aku sedih aja pas memosisikan diri sebagai Aura saat menatap kehidupan Lilyn.
***
Ardan memandang Aura dan dibalas oleh Aura dengan tatapan bersalah. Ada gurat lelah di air wajah Ardan dan hal itu membuat Aura semakin tidak enak hati. Sejujurnya, ia merasa sedih saat mengatakan itu semua. Bohong jika ia tidak ingin memiliki anak semenggemaskan dan seimut Lilyn. Hanya saja, banyak pemikiran individual yang membuatnya tidak bisa dengan mudah menerima ini semua.
"Maaf, Pak. Saya tidak yakin dapat menjadi ibu pengganti yang baik untuk Lilyn." Mata Aura mulai berkaca-kaca. Entahlah, mendadak ia memiliki keinginan lebih untuk menjadi ibu bagi anak manis itu. "Juga, saya tidak yakin dapat menjadi pengganti mendiang istri Pak Ardan."
Akhirnya, air mata Aura menetes. Hatinya sakit dan tidak tenang. Aneh. Selama ini ia mampu mengendalikan diri, menjunjung ego dan gengsinya tinggi-tinggi. Namun, kali ini ia benar-benar menjadi gadis yang lemah dan menyedihkan.
Di sisi lain, Ardan meyakini air mata Aura itu adalah petunjuk agar dirinya tetap berusaha. Ia yakin, Aura sebenarnya mempertimbangkan semuanya. Ya, aku akan terus mencoba mendekatimu, Aura. Kebahagiaan Lilyn itu nomor satu. Cuma kamu yang bisa menyentuh hati Lilyn sedalam ini.
"Mari kita coba dulu, Mbak."
Aura menatap wajah Ardan di sela genangan air matanya. Ia pikir, semuanya akan berakhir setelah penolakan yang ia berikan.
"Tidak ada yang berhasil sebelum berani mencoba," lanjut Ardan saat menemukan kebimbangan di bola mata Aura.
"Saya punya banyak kekurangan dan sifat buruk."
"Terlebih saya," balas Ardan dengan santai dan yakin. "Saya juga duda."
"Saya memiliki tanggung jawab pada masa depan adik perempuan saya. Menikah dengan saya, tandanya harus menerima saya dan adik saya dalam satu paket."
"Saya siap. Berarti kita anggap, kita memiliki dua anak saat menikah nanti."
Aura tercengang. Selama ini ia tidak pernah bertemu dengan sosok setangguh dan berani mengambil tanggung jawab seperti Ardan. Sebenarnya, alasan 'menerima satu paket' inilah yang menjadi salah satu sebab Aura tak kunjung memiliki kekasih.
"Saya tidak siap menerima kebaikan orang lain."
Ardan terdiam. Ia bingung dengan jalan pikiran Aura yang rumit. Dengan jelas ia melihat harapan baru yang disorotkan oleh sepasang mata indah Aura. Sayangnya, gadis itu terus mencari alasan dan berbelit-belit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Stepmother ✅
General Fiction"Aura, maukah kau menjadi ibu pengganti untuk Lilyn?" Aura Nerissa Jasmine tertegun mendapati dirinya dilamar oleh seorang duda beranak satu. Hal yang menohok hatinya adalah, lamaran tanpa kata 'cinta' dari pihak laki-laki. Namun, tatapannya berp...