"Ini mamanya Lilyn ya?" tanya anak itu dengan sangat polos.
"Bukan, ini Kak Aura. Kakak perinya Lilyn," aku Lilyn dengan bangga.
Teman Lilyn itu memperhatikan Aura dengan saksama. Tak lama, sang ibu segera pamit dan meninggalkan mereka. Teman Lilyn yang sangat ceria tadi melambaikan tangannya dan dibalas oleh Lilyn.
"Teman Lilyn tadi namanya siapa?" tanya Aura yang berusaha memecah suasana kaku setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh anak Playgroup tadi.
"Manda, Kak."
"Mbak, maaf ya jadi ada kesalahpahaman."
Ardan terlihat tidak enak hati. Ia sadar diri dengan status dudanya dan status Aura yang masih lajang. Namun, rasa sangsinya itu dibalas senyuman oleh Aura yang dengan jelas tidak merasa terganggu.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya maklum kok."
"Emangnya Kak Aura bisa jadi mamanya Lilyn?" tiba-tiba Lilyn bertanya dengan tatapan lurus ke Aura yang seketika itu langsung melebarkan matanya. Ardan juga merasa sangat terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari Lilyn. Astaga, anak itu benar-benar luar biasa.
Untuk beberapa saat, Aura dan Ardan ditolong oleh pramusaji yang mengantarkan tiga gelas plastik ke meja mereka. Dua milkshake berbeda rasa pilihan Lilyn dan Aura, dan es jeruk pesanan Ardan. Walau tak lama, Aura benar-benar berterima kasih pada wanita tadi. Selain telah mengantarkan pesanan, juga karena memberi jeda agar ia bisa memikirkan topik bahasan lain untuk mengalihkan fokus Lilyn.
"Lilyn mau coba yang rasa vanilla?" tanya Aura setelah memasang sedotan di gelas. Ia juga sengaja belum meminum milkshake-nya dan memilih untuk menyodorkan di depan wajah mungil Lilyn.
"Enak, Kak?"
Aura mengangguk dan tersenyum.
Perlahan Lilyn meraih gelas berisi milkshake milik Aura dan segera mencicipi minuman berwarna putih itu. Lilyn yang ekspresif, tiba-tiba menunjukkan senyumnya setelah meneguk sedikit milkshake rasa vanilla tadi. Lilyn juga beberapa kali mencecap lidahnya sendiri yang masih ditinggali rasa khas vanilla.
"Enak, kan?"
Lilyn mendorong milkshake rasa strawberry miliknya ke hadapan Aura yang duduk di sampingnya. "Tukeran ya, Kak?" pinta Lilyn dengan tatapan polos penuh harapnya.
"Ya, boleh."
Bukan hanya Aura yang gemas dengan tingkah Lilyn, Ardan juga melakukan hal yang sama. Tanpa sadar, bibirnya sudah membentuk lengkungan tipis dan menyuarakan rasa syukur di hatinya. Setidaknya Wyna tidak meninggalkanku sendirian. Dia meninggalkan Lilyn agar aku bisa terus semangat menjalani kehidupan.
Kebahagaiaan itu tidak berhenti di situ saja, Lilyn yang belum pernah makan gado-gado, kini dengan mantap mengikrarkan jika gado-gado telah menjadi makanan kesukaannya. Bahkan, Ardan merasa takjub dengan putrinya yang makan dengan semangat. Sebenarnya, ia berdecak kagum dengan Aura yang sangat luwes menghadapi Lilyn. Di hadapannya, Aura terlihat seperti seorang ibu yang tengah menyuapi anaknya. Aura juga sejak makanan di hidangkan, belum sedikit pun menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya sendiri. Gadis berkulit putih ini terus saja menyuapi Lilyn sambil memuji semangat Lilyn ketika memakan sayur.
"Mbak..."
Dunia Aura dan Lilyn terhenti. Mereka dengan kompak menoleh dan mendapati Ardan tengah mendorong piring ke arah Aura. Makanan itu dengan jelas belum disentuhnya sama sekali dan hal itu membuat Aura mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Stepmother ✅
General Fiction"Aura, maukah kau menjadi ibu pengganti untuk Lilyn?" Aura Nerissa Jasmine tertegun mendapati dirinya dilamar oleh seorang duda beranak satu. Hal yang menohok hatinya adalah, lamaran tanpa kata 'cinta' dari pihak laki-laki. Namun, tatapannya berp...