"Kak Aura...." Lilyn berlari menyambut Aura yang baru saja dibukakan pintu oleh Ardan. Bahkan, anak itu tampak masih berlilitkan handuk merah muda. Tangannya merentang minta dipeluk oleh kakak yang tampak seperti ibu bidadari untuknya.
Aura merentangkan tangannya dan langsung memeluk Lilyn. "Aduh yang baru mandi wangi banget. Tadi minta Kak Aura buat datang jam empat, kenapa Lilyn belum siap?" Aura menoel hidung Lilyn yang tidak begitu mancung.
"Lilyn bandel, Kak Aura. Tidak mau mendengarkan Papa."
"Lilyn begitu sama Papa?" tanya Aura dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah terkejut.
"Nggak, Kak..."
"Bohong dosa," goda Ardan.
"Ih... Papa..."
Aura tersenyum melihat interaksi Ardan dan Lilyn. Ia benar-benar melihat sosok berbeda dalam diri Ardan yang mampu menggetarkan hatinya. Ardan mengingatkan masa kecilnya, mirip sosok ayahnya yang sejak kecil sangat memanjakan serta jail teradapnya.
"Yuk pakai baju dulu, nanti dingin. Malu juga sama Kak Aura."
"Nggak mau! Lilyn mau dipakaiin baju sama Kak Aura!" Lilyn kembali memeluk erat Aura yang kini sedang berjongkok. "Kak, Kakak bisa ikat rambut Lilyn?"
"Bisa. Yuk, pakai baju dulu..."
Lilyn mengangguk dan menarik tangan Aura menuju kamarnya. Dengan antusiasnya, Lilyn juga menarik tangan sang ayah. Sehingga, Ardan dan Aura mau tidak mau mengikuti Lilyn. Setelah sampai kamar, Lilyn langsung naik ke tempat tidurnya. Ardan berjalan menuju lemari Lilyn. Dan Aura berdiri di samping ranjang Lilyn.
"Pa... Kak Aura aja yang pilih bajunya." Lilyn kemudian melepas lilitan handuknya. "Pokoknya semua Kak Aura. Nanti Lilyn mau pakai baju mirip Kak Aura."
Pandangan Ardan dan Aura beradu. Tak lama, mereka sama-sama memperhatikan gaya berpakaian Aura. Kaus warna peach lengan panjang dipadukan dengan overall selutut warna biru tua adalah pakaian yang melekat di tubuh Aura.
"Memang Lilyn punya?" tanya Ardan yang mencoba mengingat-ingat koleksi dress milik Lilyn. "Papa bantuin Kak Aura cari ya?"
Lilyn mengangguk. Tangan Aura bergerak untuk menutup tubuh polos Lilyn, takut jika anak itu akan masuk angin. Selanjutnya, mereka dengan kompak memilih pakaian milik Lilyn yang mirip dengan pakaian yang tengah Aura kenakan. Tak ayal, Ardan berkali-kali memperhatikan Aura dan hal itu membuat kinerja jantung Aura menjadi tak keruan. Padahal ia tahu, Ardan melakukannya untuk memastikan pakaian untuk Lilyn.
"Tidak ada..." gumam Ardan sangat pelan.
Aura yang sebelumnya di samping Ardan, kini berjalan ke arah ranjang sambil mengangkat tinggi-tinggi overall denim dan kaus berwarna peach. "Kita akan kembaran," ucap Aura dengan semangat.
Sontak saja Ardan menoleh dan terkejut. Ia tak merasa pernah membelikan pakaian mirip seperti yang Aura kenakan. Bagaimana Lilyn bisa memiliki rok itu? Ardan kebingungan. Namun, ketika ia melihat overall yang ditunjukkan Aura ke Lilyn, Ardan mulai mengantisipasi respons Lilyn.
"Beda, Kak..." itu adalah kalimat pertama yang Lilyn lontarkan. Kemudian, anak bermata sipit itu berdiri di atas ranjang. "Lilyn maunya mirip kayak Kak Aura!"
"Lilyn..."
"Ini namanya juga overall, Sayang. Kalau yang Kak Aura pakai ini khusus untuk orang dewasa. Lilyn mau dipanggil tante-tante?"
Lilyn menggeleng. "Jadi, itu tetep sama kayak punya Kak Aura?"
"Iya dong... tetep sama. Bahannya saja yang beda. Terus, ini model overall anak-anak seusia Lilyn, kalau yang Kak Aura pakai kan untuk orang dewasa." Aura memaksakan senyumnya. Baiklah, ia tidak tahu menahu mengenai model pakaian atau fashion. Tahu nama overall juga karena pakaian itu sering dipakai artis Korea dan ia mencari infonya melalui internet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Stepmother ✅
General Fiction"Aura, maukah kau menjadi ibu pengganti untuk Lilyn?" Aura Nerissa Jasmine tertegun mendapati dirinya dilamar oleh seorang duda beranak satu. Hal yang menohok hatinya adalah, lamaran tanpa kata 'cinta' dari pihak laki-laki. Namun, tatapannya berp...