[50] Harapan

925 78 2
                                    

"Apa Sheira nggak ada harapan hidup lagi dok?"

Hanzel menatap Dokter Reza dengan penuh harap.

Dokter Reza menghembuskan nafas. Ia menatap ke arah air mancur sebentar lalu menatap Hanzel lagi. "Saya nggak tau. Karena Tuhan yang memutuskan hidup dan mati-nya seseorang."

"Saya sudah menyerah. Penyakitnya sudah sangat parah. Mungkin harapan hidupnya sangat kecil."

"Seberapa kecil?"

Dokter Reza tersenyum tipis. "Bagaikan atom banding Jupiter" jawab Dokter Reza pelan.

Hanzel menghembuskan nafas. "Sekecil itu ya?"

Dokter Reza mengangguk kecil.

"Tapi banyak orang yang diperkirakan hidupnya tidak akan lama malah sembuh dan sehat. Kita sebagai manusia nggak bisa nebak umur seseorang."

Hanzel mengangguk paham. "Makasih dok, saya permisi ke kamar Sheira."

Hanzel melangkah lesu menuju kamar rawat Sheira. Di depan pintu kamar, ia mendengar Sheira bernyanyi. Suara Sheira terdengar lirih dan bergetar. Terdengar samar. Namun ia tahu betul itu lagu apa.

Hanzel segera membuka pintu kamar Sheira. Tepat saat Sheira menyanyikan lirik bagian akhir.

"Who cares if one more light goes out--" Sheira langsung menoleh ke arah Hanzel. Air mata Sheira langsung tumpah, padahal sudah susah-susah ia bendung dari tadi.

Hanzel langsung mendekap Sheira. "Jangan pernah nyanyi lagu itu lagi."

Sheira melepas pelukan Hanzel. Air dari matanya masih menetes. Hanzel menunduk lalu mengusap air mata Sheira.

.
.
Well I do....

a/n :
Arti lirik lagu yang dinyanyiin Shei:
"Siapa peduli bila satu lampu lagi padam?"

dalam artian siapa yang peduli kalau satu orang lagi pergi dari dunia ini.

Dan maksud "Well I do" itu Hanzel lanjutin liriknya dalam hati.

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang