[41] Ulang Tahun

1K 74 0
                                    

Dokter Reza dengan cepat mengambil sapu tangan Sheira saat ia meihat darah di hidung Sheira mengalir lagi.

Sheira menerima sapu tangannya dan mengelap semuanya sampai benar-benar tidak ada bekas darah lagi di hidungnya lalu meletakkan sapu tangan itu di atas nakas lagi.

"Makasih, dok." Sheira tersenyum.

Dokter Reza tersenyum tipis. Lebih tepatnya, senyum miris. Miris, melihat Sheira tersenyum yang sebenarnya begitu menyakitkan. Senyum di wajah pucat Sheira terasa begitu, menyedihkan. Tapi bagaimana pun, dirinya adalah dokter. Dan sebagai dokter, ia harus menyemangati pasiennya.

"Sheiraa......."

Hanzel masuk dengan memakai sweater berwarna biru tua. Ia terlihat sangat tampan. Di tangannya ada boneka beruang dengan ukuran sedang berwarna merah muda.

"Happy birthday, Sheira Isabela... Semoga lo cepet sembuh dan panjang umur. Hidup bahagia selama-lamanya." Hanzel memeluk Sheira.

Sheira terkekeh. Semoga doa Hanzel bisa menjadi kenyataan. "Makasih Zel, ya ampun. Darimana lo tau ulang tahun gue?"

Hanzel tersenyum sambil mengangkat bahu. "Gue punya bakat sebagai dukun."

Sheira tertawa.

"Gue cuma bisa kasih ini." Hanzel menyodorkan boneka yang ia gendong dari tadi.

Sheira menerimanya dengan senang hati. "Lo baik banget. Gue nggak butuh ini. Ketemu sama lo aja udah jadi kado yang membahagiakan bagi gue. But thanks, ya."

Pipi Hanzel terasa panas. Dokter Reza cekikikan tidak jelas saat melihat Hanzel yang tersipu.

"Zel, lo mau temenin gue nggak?"

Hanzel mengangkat kedua alisnya. "Kemana dan ngapain?"

"Gue pingin bagi-bagi semangat ke pasien anak-anak."

"Oh... Ayo. Gue temenin." seru Hanzel semangat.

"No! Nggak boleh. Kamu nggak boleh kecapekan Sheira." Dokter Reza bercerorocos memotong percakapan.

"Yah... lima pasien aja kok. Janji."

Dokter Reza menghela nafas. "Empat aja ya."

Sheira menimang nimang tawaran Dokter Reza. "Empat bonus satu ya, Dok."

Dokter Reza memutar bola matanya. "Delapan. Diskon lima puluh persen."

"Yah, sama aja dong, empat."

"Empat atau nggak sama sekali."

Sheira hanya bisa mengangguk. "Ya udah empat. Makasih dokter."

.
.
Lo baik banget, Shei. Kenapa orang sebaik lo harus menderita?

-Tbc-

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang