[27] Kita Masih Berteman, 'kan?

949 70 0
                                    

"Rumah sakit?" tanya Hanzel sambil melepas helm. Ternyata daritadi ia mengikuti Erza dengan motornya ke rumah sakit. Apa ini rumah sakit tempat Sheira dirawat?

"Ya."

Rumah sakitnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Sekitar satu kilometer saja, kalau naik motor kira-kira cuma butuh dua sampai tiga menit saja.

"Ini rumah sakit tempat Sheira---"

"Ya." sela Erza. Erza mulai kesal pada Hanzel yang daritadi terus bertanya. Tidak bisakah Hanzel diam dan mengikutinya saja?!

Erza mengajak Hanzel masuk ke dalam rumah sakit yang ukurannya bisa dibilang besar ini.

"Shei sakit apa sih, Za? Parah nggak sih?"

Erza tak menyahut. Ia tetap berjalan tanpa menoleh ke arah Hanzel sedikit,pun.

Hanzel yang mengerti akan suasana, hanya terus mengikuti langkah Erza.

Dua laki laki berseragam putih abu itu sampai di depan pintu sebuah kamar. "Ini kamar Sheira." Erza lantas membuka pintu kamar itu.

Mata Hanzel menyipit sedangkan Erza tampak bingung karena ternyata tidak ada orang di kamar itu.

"Mana Shei?" tanya Hanzel.

"Ikutin gue." Erza berlari lebih dulu menuju ke arah kanan. Hanzel pun mengikutinya.

Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah taman. Taman rumah sakit.

Hanzel memperhatikan sekitar, lalu matanya menyipit melihat seorang gadis sedang bermain dengan dua ekor kupu-kupu yang mengelilingi kepala gadis itu.

Hanzel berlari menuju orang yang ia yakini itu adalah Sheira sedangkan Erza, ia hanya diam di tempat. Membiarkan Hanzel dan Sheira menyelesaikan masalah mereka.

Hanzel merasa dadanya sesak saat melihat Sheira memakai baju pasien.

Tangan Sheira tersambung dengan kantung infus yang digantung di tiang infus portabel.

Hanzel berdiri di samping Sheira dalam diam. "Shei..."

Gadis itu terlonjak kaget sehingga kupu-kupu yang mengelilinginya pun terbang entah kemana. "Loh Zel? Lo kok bisa disini? Ngapain?"

"Gue kesini buat ketemu sama lo." Hanzel tersenyum miris melihat wajah pucat Sheira.

"Lo kenapa bisa tau gue disini?"

Hanzel diam tak menyahut.

"Oh pasti Erza kampret itu yang ngasih tau kan. Dasar manusia nggak bisa jaga rahasia." celetuk Sheira.

"Shei, kenapa lo rahasiain kondisi lo dari gue?"

Sheira tersenyum tipis. "Karena gue nggak mau lo tau tentang kondisi gue."

"Kita masih temenan kan?"

Sheira menautkan alis, "Hah? Ya i-iya masih."

"Terus kenapa lo nggak mau cerita?"

"Karena gue nggak mau lo tau kalau gue ini lemah dan penyakitan."

Entah mengapa, kata kata Sheira sangat menyesakkan.

-TBC-
Vote and Comment

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang