[25] Seperti Ada Sesuatu yang Disembunyikan

1.1K 82 1
                                    

Erza on mulmed

Ini sudah hari kedua setelah Hanzel menembak Sheira di taman.

Bel istirahat berbunyi. Hanzel segera melesat ke kelas Sheira, berharap Sheira ada disana.

Ia melihat seisi kelas 11 IPA B namun sama sekali tidak menemukan Sheira disana. Ah! ia melihat Erza yang sepertinya sedang menyalin PR temannya.

"Erza!"

Erza menoleh ke arah Hanzel lalu menutup bukunya dan berjalan menghampiri Hanzel.

"Apaan?"

"Shei...Dimana dia?"

"Dia nggak sekolah. Sakit." jawab Erza sambil .

Ini tidak beres, waktu itu Shei tidak sekolah selama tiga hari dab sekarang Shei tidak sekolah lagi karena sakit?!

"Erza! Shei sebenarnya kenapa Za?! Kenapa dia terus sakit?! Dan Kenapa dia terus mimisan?!"

Erza hanya terdiam.

"ERZA JAWAB!"

Erza menarik nafas dalam, "Lo mau tau yang sebenarnya? Mending lo tanya dia langsung. Gue nggak berhak ngasih tau lo tentang keadaan Sheira."

"Za, asal lo tau, gue udah nelfon dia berkali-kali, tapi nggak pernah di angkat. Gue mulai curiga kalau..." Hanzel merasa dadanya sesak. "Kalau ada sesuatu yang nggak beres sama Sheira."

Erza mengusap tengkuknya lalu menghela nafas pelan. "Gue nggak berhak ngasih tau lo. Tapi..,"

Tapi? Ada tapi!

Oke keep calm bro.

"Tapi, lo bisa pake handphone gue buat nelfon dia." Erza menyodorkan ponselnya.

Hanzel mendongak. Lalu meraih ponsel Erza dan segera menelfon Sheira.

Dan benar saja! Hanya dengan selang waktu lima detik Sheira menjawab telepon dari ponsel Erza. Ini berarti, Sheira sengaja tidak menjawab telepon dari Hanzel. Kenapa?!

"Halo Erza.."

Suara Sheira terdengar serak lagi seperti waktu itu.

"Maaf Za, suara gue serak. Gue habis nangis lagi kayak waktu itu. Ini mata gue tambah sembab. Gara-gara kemarin dokter bilang kalau penyakit gue makin parah, sih! Hehe."

Menangis? Kayak waktu itu? Hanzel mulai mengerti. Tapi apa maksudnya penyakitnya makin parah?

"....."

"Erza? kenapa lo nelfon gue?"

Tangan Hanzel bergetar, ia tak bisa menjawab.

"Erza! Lo kenapa nggak ngomong?"

"Lo sebenarnya sakit apa Shei?"

"Loh, Hanzel?!"

Sheira langsung memutuskan sambungan telepon setelah menyebut nama Hanzel. Sedangkan Hanzel merasa dadanya semakin sesak. Jadi, waktu itu suara Sheira serak karena Sheira menangis. Kenapa dia menyembunyikan begitu banyak hal?

Hanzel mengguncangkan bahu Erza."Erza! Shei sakit apa?! Jawab!!"

Erza bergeming. Ia tak mau menjawab.

"ERZA! KASIH TAU GUE! Please!" pinta Hanzel dengan emosi yang memuncak.

Erza masih tak menjawab.

"Za.... kasih tau gue. Sheira kenapa Za?! Gue...khawatir banget!" teriak Hanzel dengan suara serak sambil mencengkeram bahu Erza. Hanzel hampir saja menangis.

Erza merasa tak tega melihat Hanzel. Ia tau betul kalau Hanzel mencintai sepupunya itu.

"Shut up!" celetuk Erza.

Hanzel tertegun lalu melepas bahu Erza pelan. Erza menghela nafas lagi lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cari gue di lapangan sepak bola nanti pulang sekolah."

"Ngapain?"

"Nanti juga lo tau."

Hanzel tersenyum lalu mengangguk kecil. "Makasih Za."

.
.

Sheira, sebenarnya apa yang terjadi sama lo? gue khawatir banget.

-TBC-
Vote and Comment

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang