[42] Memberi Semangat

1K 72 0
                                    

Sheira berjalan bersama Hanzel di tengah koridor rumah sakit. Banyak suster yang lewat lalu lalang di tengah koridor. Ada juga beberapa pasien yang didorong dengan kursi roda sedang berlalu lalang.

"Kita ke kamar 104 ya. Disana ada anak kecil yang umurnya sepuluh tahun. Namanya Aria."

Hanzel mengganguk. Aria. Nama yang bagus. "Dia sakit apa?" tanya Hanzel penasaran.

Sheira menjawab pertanyaan Hanzel sambil tersenyum tipis. "Jantung bocor."

Hanzel tertegun. Kenapa anak sekecil itu, harus menderita? Dunia ini sungguh tidak adil.

"Ariaa..." Sheira masuk sambil menyapa Aria.

Aria tersenyum senang dengan mata berbinar.

"Kak Sheiraa..." teriak laki-laki kecil itu senang.

"Loh Sheira, tumben main lagi kesini?" seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibunda Aria menyambut Sheira dengan senang.

"Iya tante. Kangen sama Aria nih."

Sheira sering berkunjung ke kamar rawat pasien-pasien. Bahkan hanya sekedar memberi semangat.

"Aira juga kangen kakak."

Sheira menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Oh ya? Eh, Kakak bawa temen nih."

"Siapa?"

Sheira menarik tangan Hanzel agar berdiri sejejar dengannya. "Panggil aja dia, Han."

Hanzek melirik Sheira sambil tertekeh. Seenaknya memperkenalkan diri orang.

Hanzel dengan cepat dapat berbaur dengan laki-laki kecil bernama Aria itu. Aria punya senyum yang samgat manis.

Setelah itu Hanzel dan Sheira mengunjungi tiga kamar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah itu Hanzel dan Sheira mengunjungi tiga kamar lagi.

Kamar terakhir ditempati oleh satu anak betubuh gempal yang sangat bersemangat saat bertemu Sheira. Nama anak itu, Candra.

Anak itu sangat bersemangat menceritakan game yang ada di tablet-nya.

Anak itu sangat bersemangat menceritakan game yang ada di tablet-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheira menutup pintu kamar rawat Candra. Lalu mengusap dahinya.

"Capek banget." ucapnya.

Padahal, kegiatan itu tidak melelahkan. Tapi bagi Sheira, hal itu sangat melelahkan.

Sheira memegang hidungnya yang mulai mengeluarkan darah.  Kepalanya mulai terasa pusing.

Hanzel menjadi sangat panik. "Shei, Shei!."

Sheira terlihat semakin lemas. Matanya sudah tidak kuat untuk terbuka.

Dengan cepat Hanzel menahan tubuh Sheira yang hampir jatuh ke lantai.

Sheira pingsan!

.
.
Shei, bangun! Cepet bangun!

-Tbc-

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang