[53] Izin

1K 89 11
                                    

Hanzel memakai jaket putihnya yang cukup tebal. Ia melirik jam dinding di ruang tamu rumahnya. Jam setengah sebelas malam.

Ia menarik nafas lalu menghembuskannya pelan. Bersiap meminta izin pada Ayah dan Ibunya.

Ia melangkah keluar rumah. Mencari dimana keluarga sedang berkumpul sambil asyik bermain petasan dan kembang api sekaligus memanggang jagung.

Hanzel mendekati ayahnya yang sedang sibuk mengipas-ngipas jagung yang sedang dibakar agar tidak gosong.

"Papa..."

Leo menoleh ke belakang, melihat putra sulungnya.

"Aku mau pergi.. Boleh?"

Leo menatap Hanzel dengan tatapan mengintimidasi. "Kemana?"

"Ke rum---"

"Zel nggak ikut main kembang api?" sela Clara. Mama Hanzel datang tepat saat ia akan menjawab pertanyaan ayahnya.

"Ma, aku mau pergi, boleh?"

"Kemana malam-malam gini?"

"Rumah sakit."

Clara mengusap wajahnya. "Zel, kamu jujur sekarang. Kenapa setiap pulang sekolah kamu selalu telat pulang ke rumah?"

Hanzel tersentak. Darimana Mamanya tau kalau ia tidak pernah pulang tepat waktu. Padahal setiap ia pulang dari rumah sakit setelah menjenguk Sheira, Mamanya belum pulang dari berkerja.

"Alvi yang kasih tau Mama." ujar Clara seolah-olah tau apa yang ada di pikiran Hanzel.

Hanzel menghela nafas. "Sebenarnya, aku punya temen yang lagi sakit. Dan aku selalu jenguk dia pulang sekolah."

Papa Hanzel spontan berdiri. "Sakit apa?"

"Leukemia." Hanzel menjawab pelan. "Dan kondisinya memburuk sekarang. Dia kritis. Sekarang aku mau ke rumah sakit untuk temenin dia ngelihat kembang api. Karena dulu aku pernah janji."

"Dia cewek?" tanya Clara pelan.

Hanzel mengangguk menjawab pertanyaan Ibunya.

"Kamu suka sama dia, Zel?" tanya Papa Hanzel.

Hanzel tersenyum sambil mengangguk kecil. "Iya, lebih dari suka."

Papa Hanzel tersenyum tipis lalu memegang bahu anaknya. "Pulang ke rumah sebelum jam tiga pagi."

Hanzel menatap Papanya dengan senang lalu memeluk Papa dan Mamanya secara bergantian lalu segera berlari menuju motornya.

-tbc-

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang