[15] Memangnya kita teman?

1.5K 113 0
                                    

Sesampainya mereka di sebuah pasar swalayan-yang-bisa-dibilang-cukup-besar, mereka langsung mencari dan berburu barang barang pesanan Pak Heri.

Hanzel membaca isi kertas itu lalu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari barang.

Sheira penasaran apa yang dicari Hanzel. Ia sedikit berjinjit untuk melihat isi kertas yang dibawa Hanzel. Tapi Hanzel tetap tidak mau memperlihatkan kertasnya pada Sheira.

Karena sudah geram, Sheira mengambil alih kertas yang berisi daftar barang-barang pesanan Pak Heri.

"Lo cari ini?" tanya Sheira sambil melihat kertas itu. Hanzel hanya berdeham kecil menyahutinya.

Hanzel menghela nafas lalu mengambil sebuah benda yang sesuai dengan pesanan Pak Heri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanzel menghela nafas lalu mengambil sebuah benda yang sesuai dengan pesanan Pak Heri.

"Zel, jangan yang pilih yang itu!"

Hanzel menoleh lalu menyerngit, "Kenapa?"

"Pilih yang ini aja. Ada diskon pelajar kalau menyertakan kartu pelajar," Sheira merogoh tasnya dan mengambil dompet, sebuah benda persegi panjang keluar dari dompet itu. "Mumpung gue bawa kartu pelajar."

"Ya udah, lo aja yang pilih barangnya."

*

Saat merasa semua barang pesanan Pak Heri sudah lengkap, Sheira dan Hanzel lantas mendorong kereta belanja mereka menuju kasir.

"Zelll!" pekik Sheira saat mereka sedang mengantre di kasir.

"Hmm?"

"Gue kesana dulu ya, ada barang yang mau gue beli. Lo tetep antre disini."

Belum sempat Hanzel menjawab, Sheira sudah berlari menuju sebuah rak tempat aksesoris.

Hanzel hanya mengendikan bahu cuek dan tetap berdiri untuk mengantre.

*
Laki laki berpakaian putih abu ini bersandar di tembok sambil menenteng sebuah tas kresek besar. Sesekali ia mengotak ngatik layar ponselnya. Sebenarnya, ia sedang menunggu Sheira.

"Zel, lama ya? Tadi semua kasirnya penuh."

"Nggak 'papa."

"Nih," Sheira menyodorkan sebuah benda kecil seukuran genggaman tangannya.

"Gue tadi beli ini. Dan ini untuk lo, mumpung beli satu gratis satu." ucap Sheira senang.

Hanzel meraih benda yang berupa gantungan kunci itu. Ia menaikkan satu alisnya sambil memperhatikan gantungan kunci berbentuk anak ayam lucu berwarna pink yang baru menetas.

"Untuk gue? Warna pink?"

Sheira mengangguk, "Anggap aja tanda pertemanan kita." gadis itu lantas menyengir.

"Memangnya kita teman? Sejak kapan gue ngakuin lo teman gue?"

"Oh iya. Gue lupa, gue kan cuma orang asing." Sheira terkekeh hambar sambil meremas ujung seragamnya.

"Hmmm."

"Ya udah, ambil aja gantungan kunci itu. Anggap aja rasa terimakasih gue karena lo udah mau bantu gue." Sheira tersenyum lebar ke Hanzel.

Hanzel mengendikan bahu "Hmm, thanks." sahut Hanzel datar lalu mengantongi benda tersebut.

"Gue pulang sama siapa?" tanya Sheira bingung.

"Gue yang anter lo pulang, rumah lo di Jalan Cempaka kan?"

"Lah, kok lo tau?"

Hanzel tak menyahut. Membuat Sheira kesal untuk yang kedua kalinya.

"Woi!" teriak Sheira tepat di telinga Hanzel, tentunya ia harus berjinjit dahulu untuk mencapai telinga Hanzel.

Hanzel memegangi telinga kanannya yang sedikit mendengung karena teriakan Sheira "Apaan?!"

"Lo tau rumah gue darimana?"

"Buku tahunan SMP."

.
.

Dasar stalker!

-TBC-
Vote Comment🌹

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang