[49] Rambut yang Hilang

872 76 0
                                    

Hanzel membuka pintu kamar rawat Sheira perlahan.

Tatapannya tertuju pada Sheira yang terlihat sangat pucat. Sheria memang terlihat semakin kurus akhir-akhir ini.

Hanzel tersenyum tipis. "Hai, Shei."

Sheira ikut tersenyum. "Hai Zel, akhirnya rambut gue hilang. Look at me! Gue botak." Sheira terkekeh sambil mengusap kepalanya yang tak ditumbuhi rambut sama sekali.

"Sekarang, lo masih suka sama gue? Di kondisi gue yang sekarat ini? Gue lebih mirip mayat hidup daripada manusia." Sheira mengusap darah yang baru saja keluar dari hidungnya dengan sapu tangan.

Hanzel memeluk Sheira tanpa sepatah kata lainnya. "Gue tetep cinta sama lo. Dan tolong, Jangan lagi nyuruh gue berhenti mencintai lo."

Sheira mengusap darah yang keluar dari hidungnya lagi. "Zel, maaf, jaket lo kena darah."

"Nggak masalah, gue bisa cuci nanti. Deterjen gue masih banyak."

Sheira tertawa kecil lalu mengusap rambut Hanzel. "Gue suka banget sama rambut lo. Empuk. Jangan lo potong rambut empuk lo."

Hanzel terkekeh lalu melepas pelukannya. "Iya deh."

Hanzel mencium kening Sheira, "Lo juga cantik kok. Di mata gue lo selalu cantik. Percaya deh, kalau gue bohong, nanti gue bakal kesamber petir."

Sheira tertawa kecil lalu mengelap darah dari hidungnya yang masih menetes sedikit dengan tangan, karena sapu tangannya sudah penuh dengan bercak merah.

Hanzel segera mengambil sapu tangan di dalam kantung jaketnya. Ia dengan cepat mengelap darah dari hidung Sheira dengan sapu tangan putihnya.

Sheira memegang pergelangan tangan Hanzel. "Jangan Zel, nanti kotor."

Hanzel tersenyum melirik Sheira. "Nggak 'papa. Gue punya banyak sapu tangan." Lalu ia kembali mengelap darah dari hidung Sheira.

Hanzel ingin menangis, melihat Sheira yang tidak memiliki rambut lagi, apalagi kondisi Sheira yang semakin mengkhawatirkan.

Hanzel takut.

-tbc-

a/n :
vote comment:)

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang