[39] Buah Tangan

956 76 0
                                    

"Shei!"

Sheira yang sedang duduk di atas ranjang pasien hampir kaget karena teriakan Hanzel. "Zel, lo mau bikin gue cepet mati ya?"

Hanzel menjadi merasa bersalah, "Maaf.."

"Eh, g-gue cuma bercanda, Zel." tukas Sheira terkekeh kecil.

Hanzel mendekat ke arah Sheira. "Shei, kapan lo sekolah?"

"Entahlah," Sheira mencoba tersenyum walau hatinya sangat rapuh.

"Zel, lo udah jenguk gue hampir sebulan ini. Tapi lo nggak pernah bawa buah tangan untuk gue. Biasanya orang yang menjenguk itu 'kan bawa buah tangan." Sheira tertawa kecil.

"Iya juga ya, besok gue kasih sesuatu untuk lo deh."

"Eh, nggak perlu, gue cuma bercanda tadi."

"Tapi gue nggak bercanda."

Besoknya, Hanzel datang dengan kado kecil di tangannya. Ia terlihat sangat bahagia

"Hai Shei,"

Sheira tersenyum geli. "Kenapa? Tumben kalem, biasanya langsung ngagetin."

Hanzel terkekeh kecil. "Iseng aja." jawabnya asal.

"Erza mana?"

"Dia ada latihan sepak bola katanya."

"Manusia itu, kalau nggak latihan sepak bola pasti les."

Hanzel mendengus geli mendengarnya. "For you." ia menyodorkan kado kecil di tangannya pada Sheira.

"Wow, apa ini? Tumben."

"Kata gue sih, itu buah tangan."

Sheira mendengus geli. Lalu membuka kado itu. Ia mengambil benda hijau kecil di dalamnya.

"Jepit rambut?"

"Kata pedagangnya sih, itu jepit rambut, awalnya gue kira permen." Hanzel tertawa lalu mengambil jepit rambut hijau berbentuk daun dengan empat kelopak itu dan memasangkannya di rambut Sheira.

"Sip, lo tambah cantik lima belas persen."

"Apaan sih lo." Sheira menahan tawanya.

"Thanks Zel, gue suka." Sheira memegang jepit rambut yang ada di kepalanya. "Daun semanggi, pilihan lo bagus."

"Lo tau itu apa arti daun semanggi?"

Sheira menggeleng. "Nggak tau, memangnya apa?"

"Artinya keberuntungan."

.
.
Semoga benda ini bisa membawa keberuntungan🍀

-TBC-

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang