[16] Teman Harus Saling Membantu, Bukan?

1.6K 108 2
                                    

Hanzel berjalan di tengah koridor yang sangat sepi. Hanya terdapat satu-dua orang yang berlalu lalang, pasalnya ini adalah jam pelajaran.

Hanzel menggenggam air mineral botol dan sebungkus roti yang baru saja ia beli di kantin.

Ia sekarang sedang berjalan menuju ruang club musik.

Ruang club musik bersebelahan dengan UKS , maka ia harus melewati di depan UKS lebih dulu untuk masuk ke ruang musik.

Namun ada sesuatu yang janggal saat ia lewat di depan UKS. Pintu UKS terbuka sedikit, padahal saat ia ke kantin tadi pintunya tertutup.

"Coba gue masuk ah." gumam Hanzel sambil membuka pintu UKS.

Matanya membuka lebar tatkalaelihat siapa yang ada didalam UkS.

"Shei?"

Sheira menoleh ke arah pintu saat mendengar namanya dipanggil dengan nada ragu.

Sheira segera duduk dari tidurnya setelah melihat Hanzel yang masuk ke dalam UKS. "Loh, Zel?"

Hanzel menyerngit, melihat Sheira tiduran disana dengan baju olahraga."Lo sakit?"

"Oh enggak, tadi gue olahraga terus kecapekan tiba tiba jatuh deh. Terus gue dibopong kesini"

"Lo ngapain disini? Lo bolos mapel ya?" cerocos Sheira.

Hanzel duduk di samping Sheira sebelum ia menyahut, "Enggaklah, Miss Febi nggak masuk. Jadi gue ke ruang musik buat ngilangin jenuh. Terus gue laper, jadi gue ke kantin dulu. Pas balik dari kantin, gue liat pintu UKS kebuka dikit. Ya... gue masuk deh."

Sheira menggangguk paham.

"Nih buat lo aja." Hanzel memberikan roti dan air mineral yang ia beli tadi kepada Sheira.

Namun, Sheira menggeleng. "No thanks, buat lo aja."

"Gue maksa." sahut Hanzel tajam lalu memberi roti dan air itu pada Sheira.

"Makasih,"

"Hmm."

Hanzel melirik sebuah sapu tangan yang digenggam Sheira. Sapu tangan putih yang berisi bercak merah.

Hanzel mengambil sapu tangan itu tanpa izin membuat Sheira terlonjak.

"Apa ini?" tanya Hanzel sambil mengangkat sapu tangan yang dilumuri sedikit darah itu.

Sheira merampas sapu tangannya, "I-ini tadi-- gue mimisan, mungkin gara-gara pas jatuh tadi." jawabnya ragu.

Tiba tiba, cairan merah asin mengucur dari lubang hidung kiri Sheira.

"Shei, hidung lo!" ucap Hanzel panik.

Sheira lantas dengan cepat mengelap darah yang keluar dari hidungnya itu.

"Haduh, yang jaga UKS mana?" tanya Hanzel gelagapan sembari menoleh ke kanan dan kiri.

"Nggak tau."

"Tunggu disini!" Hanzel lantas berlari keluar UKS. Tiga menit kemudian ia kembali dengan dua helai daun.

Hanzel menggulung daun sirih itu lalu menyumbat kedua lubang hidung Sheira dengan gulungan daun sirih.

"Zel, lo nggak perlu repot repot. Tapi, makasih ya." ucap Sheira saat Hanzel selesai menyumbat hidungnya.

Ungkapan terima kasih Sheira hanya dibalas dengan gumaman oleh Hansel.

Hanzel melirik ke tangan kiri Sheira yang tampak biru. "Tangan lo kenapa?"

Sheira memegang tangan kirinya, "Oh ini, tadi lebam pas gue jatuh."

Hanzel berdiri lalu berjalan menuju tempat alat alat kesehatan beserta obat obat. Tak lama ia kembali dengan wadah kecil dan sebuah lap kompres.

"Sini tangan lo."

Sheira mendekatkan tangan kirinya ke Hanzel dengan ragu ragu. Hanzel dengan sigap mengompres tangan Sheira. Sesekali Sheira merintih saat Hanzel tak sengaja menekan lebam di tangannya.

"Selesai." Hanzel mengembalikan barang barang tadi ke tempatnya lalu kembali duduk di samping Sheira.

"Kenapa lo mau ngobatin gue?"

"Hmm? Kan temen harus saling bantu."

Sheira mengangguk lalu memekik saat ia sadar akan suatu hal. "Jadi, lo udah udah anggep gue temen?"

"Ya... gitu deh," ucap Hanzel terkekeh.

Baru pertama kali Sheira melihat Hanzel terkekeh seperti itu. "Boleh gue jujur?"

"Apa?" tanya Hanzel.

"Setiap lo ngomong dingin ke gue, gue pengen nampol kepala lo."

Hamzel tertawa, "Ya udah tampol sekarang"

"Nggak, gue gak sejahat itu, dasar es krim kacang!" ejek Sheira.

"Es krim kacang?"

"Iya, lo itu kayak es krim kacang. Dingin dan nama lo mirip kacang hazelnut--"

"SHEIRAAAAAAAAA"

Hanzel dan Sheira menoleh seketika ke arah pintu UKS. Disana tampaklah sosok laki laki yang memakai baju olahraga dengan nafas terengah-engah.

Laki laki itu segera berlari ke arah Sheira sambil mengecek detail tubuh Sheira. "Shei... lo nggak apa kan? Lo udah gue suruh nggak usah maksain diri, tapi malah ngeyel. Jatuh kan jadinya. Bandel banget sih lo!"

"Udah Za.. Gue nggak apa apa"

"Hidung lo disumpel gitu, lo bilang nggak apa-apa?!"

"Gue nggak apa, Za. Sumpah. Lo kenapa bawel kayak emak-emak sih?"

Erza menghela nafas. "Habisnya, gue khawatir sama lo bego,"

Hanzel menautkan alisnya, melihat laki laki yang tampak sangat panik akan keadaan Sheira.

.
.

Ini 'kan cowok yang anter Shei pulang. Cowok yang angkat tangan Shei waktu itu. Dia siapa sih?!

-TBC-
Vote Comment🌹

[1] Limited Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang