"Cinta yang sejati akan mendengar meski tak harus diucapkan, mengerti meski tak selalu dijelaskan, dan peka terhadap keinginan meski tak harus diminta".☆★••••••••••••••••••••••••☆★
Bryan benar-benar tidak mengerti mengapa ia menjadi seperti ini. Disisi lain ia merasa bahagia karena sahabat kecilnya hadir lagi. Tetapi disisi lain, ia merasa sangat hancur, sesak dan sakit karena keberadaan sahabatnya itu, ia melupakan satu hal bahwa ia telah memiliki istri, tidak seperti dulu bahwa ia bebas dengan sahabatnya karena ia masih sendiri.
Dan tanpa ia sadari ia menyakiti Rachel lagi. Bryan merasa sangat gagal, karena lagi-lagi ia menyakiti hati orang yang ia cintai. Ia yang tidak peka dengan apa yang dirasakan Rachel. Menyakiti orang yang ia cintai demi kesenangannya dengan Bianca.
Bryan saat ini duduk didalam kelasnya sambil melamun. Ia benar-benar bingung harus berbuat seperti apa saat ini.
Ketiga sahabat Bryan yang melihat tingkah sahabatnya agak ganjil akhirnya menghampiri Bryan.
"Eh tong lo kenapa bengong gitu? Mikirin yang jorok-jorok yah?" tanya Dicky sambil membuat ekspresi jijik.
Bryan memutar bola matanya jengah melihat ketiga sahabatnya menatapnya dengan tatapan yang? Konyol mungkin.
"Lo bertiga bisa ngak jangan ngusik ketenangan gue?"
"Yah? Masa abang ngak biarin akoh buat deket-deket sama abang lagi sih? Terus yang belai akoh siapa dong?" Aldo berucap dramatis sambil bersandar dibahu Stevannus sambil memukul dengan kuat dada Stevannus.
"Anjirr! Lo mau bunuh gue?" Stevannus langsung mendorong Aldo membuat Aldo langsung terduduk dilantai.
"Aww! Gila loe. Kira-kira dong kalo mau dorong, kekikis nih bokong gue yang bohay" Aldo berdiri sambil mengusap pantatnya yang nyeri karena pendaratan yang kurang sempurna itu.
"Uluh uluh yang mana yang atit? Sini Ayah liat mana yang atit? Ayah obatin ya" Bukannya stevannus mengusap bokong Aldo ia malah memukul pantat Aldo kuat, sehingga lagi-lagi Aldo meringis karena rasa sakit.
"Anjir! Sakit ogeb," ketus Aldo sambil mengusap pantatnya.
"Kalian bukannya bikin gue kehibur ato gimana? Malah buat gue tamabah pusing akibat tingkah kalian yang gesrek" Bryan langsung beranjak dan berjalan tanpa mendengarkan ocehan ketiga sahabatnya yang membuat dirinya makin sakit kepala.
"Yaelah sih otong ngambek. Jangan ngambek tong, kayak cewek lagi PMS aja sensitif" Dicky langsung berlari mengejar Bryan.
"Ayah perut bunda sakit deh" Aldo memegang perutnya dramatis sambil memegang bahu Stevannus.
"Nauzuhbillah! Jijik gue denger lo kek gitu" Stevannus bergidik memandang Aldo yang memasang tampang seperti orang ingin melahirkan.
"Ayah kok gitu? Kayanya Baby A sama Baby B pengen makan ketoprak deh, jadi nendang-nendang gini. Ayah beliin yah?" lagi-lagi Aldo berucap dramatis sambil mengusap perutnya.
"Sarap lo" ketus Stevannus sambil berjalan mencari kedua sahabatnya.
"Ayah tungguin bunda" teriak Aldo, tetapi tak digubris oleh Stevannus.
※※••••••••••••••••••••••※※
Suasana begitu riuh karena sudah tiba jam pulang sekolah. Rachel hanya berjalan seorang diri sepanjang koridor sekolah. Ketiga sahabatnya saat ini entah dimana. Rachel berjalan dengan langkah gontai, sesekali ia menghela nafas berat untuk mengurangi rasa sesak yang datang kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel & Bryan [PROSES REVISI]
Teen FictionPROSES REVISI!!! TAPI KALAU KALIAN NGOTOT MAU BACA, GAK APA-APA JUGA:) Rachel Audyna Revano siswi kelas X IPA 1 Hanya dengan satu kali pertemuan MOS ia langsung terkenal dan menjadi primadona sekolah Merah Putih hanya dalam jangka satu hari ia jadi...