Bukan Alfraza!

4.6K 451 8
                                    

Ia duduk di sisi lain sekolah itu dengan sorot mata memerah. Urat urat lengannya terlihat jelas menggenggam sebuah benda yang membuat hatinya sakit. Lalu...

" Blurrr!!" Bunyi benda jatuh terdengar menyapa air, tepat setelah  ia lemparnya keselokan. Aditira mengusap rambutnya jengah, wajahnya memerah.

" Dia lagi, dia lagi dia lagi selalu saja dia, bangsat!!" Teriaknya kesal lalu berdiri dari duduknya dan melangkah cepat kearah ruang OSIS.

" Dit are you okay?" Tanya Saskia selaku wakil OSIS menyapanya. Tak biasanya, Aditira menatapnya tajam.

" Kumpulkan semua OSIS sekarang juga, kita ada rapat!" Perintahnya dengan sorot mata susah diartikan.

" Gak bisa nanti siang saja dit, hari ini anak anak kelas 1 kayaknya ada ujian matematika?" Usul Siska menyarankan. Tapi...

" Aku ketua Osisnya disini! Jika aku bilang sekarang yaa sekarang!" Tekan Aditira kesal

" Baiklah." Gadis itupun beranjak setelah menarik napas panjang

Akan aku buat semua orang melihat keberadaanku
Mulai sekarang, akan aku buat mereka hanya menyebut namaku saja setelah ini!

Sementara itu..

Aluna menegang meraih sesuatu di lehernya, merabanya dengan wajah pucat. Ia berdiri dari duduknya lalu mulai mencari kebawah meja

" Dimanaaa.. ya Tuhan.. dimana cincinku?" Ujarnya panik.

" Luna lo nyari apa sih?" Dhitta ikutan berdiri

" Dhit lo liat cincin gak? Cincin gw hilang." Jawab Luna dengan mata berkaca kaca dan wajah cantik yang mulai memerah.

" Lo ada cincin? Oke gw bantu cari deh kali aja dibawah meja." Dhitta ikut mencari cincin itu. Hingga...

BRAK. Terdengar meja di gebrak dengan beberapa buku. Dhitta segera kembali ketempat duduknya.

" Lun, miss Elen tuh!" Bisiknya kearah Aluna yang masih tampak sibuk mencari di bawah meja.

" Persiapkan buku kalian, hari ini kita ada ulangan biologi!" Tekan suara wanita setengah berpenampilan pria itu tegas, lalu mengeluarkan mandatnya yang berupa tumpukan kertas kertas dengan soal mematika yang siap dibagikan untuk menelan korban jiwa lagi, ya korban jiwa dan mental. Semua murid langsung duduk tegak bagai tentara yang siap diberangkatkan ke medan pertempuran. Kecuali...

" Alunaaaaaa!!!" Teriaknya saat seorang siswi bahkan tanpa izin berlari keluar ruangan membuat seisi ruangan menjadi heboh. Untuk pertama kalinya ada siswa yang berani membolos terang terangan dari guru terkiller sepanjang masa itu. Dhitta yang melihat aksi Aluna menenggak salivanya tegang.

Cincin apa sih yang membuatnya sampe segila itu? Batinnya

" Ketua kelas catat namanya dan bawa kekantorku di jam istirahat. Aku akan mengurangi 40 point nilainya!" Tekan guru itu lebih kejam dari tukang jagal sapi dipasaran

" Duuh Lun, apa apaan sih.. dia kesurupan apa yaa.. cincin apa sih yang hilang? Kayak cincin tunangan aja. Penting banget." Keluh Dhitta menghembuskan napasnya berat.

Benar, disana.. Aluna mencari kesana kemari dengan hati was was

Dimana... dimana kamu...
Ya Tuhan.. aku sudah kehilangan dia
Hanya cincin itu yang menguatkan ikatan diantara aku dan Fraz

Air mata Aluna menetes mencari kesegala sudut

" Aluna jangan bercanda ayo bangun... Aluna." Ingatannya kembali pada tragedi di Villa. Saat Alfraza mengangkat tubuhnya dan membawanya ketempat tidur. Tak ada satu fotopun yang bisa ia tatap saat merindukan sosok itu. Hanya ingatan dan kenangan

ABIGAIL ( Sentuh & Rasa ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang