" Aaarrkkhh!" Teriak Aluna saat kembali mendapati tikus mati di lokernya lengkap dengan tulisan
" Death."Ia berlari ketakutan ke luar koridor.
Namun...
" Brak."
" Awwwhh." Lutut gadis itu berdarah setelah sepatunya tertangkap tali senar yang membentang dan membuatnya terjatuh di lantai. Bukannya menolong, teman temannya malah terlihat acuh. Sudah tau kan bagaimana tanggepan mereka pada Aluna.
Tentu saja kecuali..." Alunaa!!" Teriak seseorang berlari kearahnya dan...
" Byuurr."
Sukses, satu ember air mengguyur tubuh mereka berdua dan membuat Aluna menangis terisak memeluk sahabatnya itu.
" Dhitta gw takut. Gw takut." Tangisnya terisak. Dhitta pun memeluknya erat, menenangkan dengan mengusap punggungnya. Lalu menatap kearah Nadira yang tampak berdiri disana dengan band OSIS dilengannya.
" Nad. Lo kok diem sih, lo kan bagian OSIS ke amanan disini. Gimana sih lo? Mana anggota lo?" Teriak Dhitta dengan urat leher menegang. Gadis yang dipanggil Nadira itu hanya mengambil napas berat lalu hendak beranjak
" Nad, gw bakal laporin lo ke Aditira ya!" Teriak Dhitta marah.
Nadira berbalik, memutar bola matanya kesal, menatap Aluna malas dan..." Lo kira gw takut sama Aditira?" Ucapnya dengan nada mengejek, tanpa tahu, Aditira tengah berdiri dibelakangnya. Menatap Aluna yang tampak basah kuyup. Dan saat Aditira melepaskan jaketnya lalu melangkah ke arah Aluna dan Dhitta. Barulah si Nadira jadi pucat
" Sial, dia denger gak ya gw ngomong apa?" Gumamnya ketakutan
" Lo sih." Bisik temannya
" Duuuh gimana dong."
Dalam ketegangan itu tiba tiba...
" Nadira." Sapa Aditira memegang pundaknya. Membuat gadis itu menoleh ketakutan
" Dit Sorry, tadi itu gw..." Nadira mencoba mencari alasan
" Semua siswa itu sama, setiap individu. Ini peringatan bagimu. Suka atau tidak pada seseorang. Selama itu masih siswa DHS, OSIS adalah perlindungan." Ujarnya lembut seperti biasanya
" Dit lo gak usah ceramahin gw deh, ngebelain banget sih sama ni cwe. Lo aja cuek ke gw. Bodo amat syukurin dia di kerjain." Tukas Nadira kesal. Cwek yang memang pernah menyukai Alfraza dan Aditira itu memang tidak menyukai Aluna sejak insiden kuah bakso.
" Ini tanggung jawab kita sebagai OSIS." Ujar Aditira mencoba bijak
Nadira menarik napas lalu memberi tatapan tajam pada Aluna yang masih tampak gemetar dengan lutut berdarah.
" Gw gak apa apa kok dit." Ujar Aluna berusaha berdiri dengan jaket Aditira di tubuhnya. Bibir mungilnya tampak membiru. Membuat gadis itu mencibir gak suka
" Kali ini gw maafin lo, tapi tolong jadikan ini pelajaran." Senyum Aditira. Dan inilah sikapnya yang membuat semua siswi selalu terpana. Dalam sekejab, kejadian itu menguras perhatian kebanyakan siswa DHS.
" Ya, gw minta maaf." Celetuk Nadira
" Ayo lun, kita ke UKS dulu." Ajak Dhita. Namun...
" Aww." Aluna kembali memegang lututnya yang terasa nyeri.
Aditira segera memapahnya." Caper!" Celetuk Nadira tak tahan.
" Lo bisa gak sih jaga mulut lo?" Teriak Dhitta. Gadis yang memang agak pemberani itu menatap Nadira berang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL ( Sentuh & Rasa )
Roman pour AdolescentsTunangan rahasia yang dipilihkan ayahku tak hanya keren tapi juga ketua OSIS paling populer di sekolah baruku. Tampan, populer, kaya... lalu apalagi yang kumau? Sayangnya, ada satu sifatnya yang membuatku harus mati matian berusaha bertahan disisiny...