Aku terbangun dalam kesedihan yang mendalam, suara teriakan dan makian itu seolah membuatku tak ingin membuka mata lagi.
" Dia tidak boleh cacat!! Tidak boleh!!" Teriaknya menghancurkan apapun yang ada di ruanganku. Aku, memilih memejamkan mata.
Terlalu sakit untuk membukanya. Hampir seluruh tubuhku sakit. Sangat sakit. Yang ingin aku ingat hanyalah...Apakah dia baik baik saja?
Apakah dia terluka?
Sejak kapan aku mencintainya sedalam ini?
Dan hal terakhir yang aku dengar adalah, sesuatu yang paling mengerikan dalam hidupku
" Putra anda kehilangan kedua kakinya."
Haruskah aku hidup lagi?
***
" Hai." Suara itu membuat kelopak matanya yang bergerak kesana kemari terbuka pelan. Wajah tampannya begitu pucat dengan selang kecil yang menembus hidung mancungnya. Ia mencoba tersenyum melihat wajah Aluna yang tampak menangis memegang tangannya
" Are you okay?" Tanya pemuda itu menatapnya cemas. Aluna mengangguk menyeka air matanya
" Berkatmu!" Ujarnya kemudian kembali menangis.
" Lo gak perlu lakuin semua ini demi gw dit, lo gak perlu nyelametin gw sampai seperti ini. Maafin gw." Aluna menangis sedih. Dan kesedihan lebih mendalamnya, Aditira mengusap kepalanya lembut, seakan pemuda itu sama sekali tak merasakan sakit.
" Aku baik baik saja." Ucapnya tanpa beban
Mahluk apa yang kau ciptakan ini tuhan?
Malaikatkah?
Tapi malaikat tak pernah menampakkan wujudnya dengan pengorbanan?
Apakah dia lebih mulia?" Kaki Lo?" Aluna sedih melihat kearah selimut Aditira.
" Hai ini hanya kaki oke. Yang terpenting adalah, kamu baik baik saja." Ucapnya tulus.
Dhitta yang melihat dari balik pintu meneteskan air matanya. Ini semua gara gara dia, salah satu siswa yang penuh semangat sejak awal dia mengenalnya harus cacat. Dhitta masih ingat hari pertama dia bertemu Aditira. Saat terik MOS SMU, dan Dhitta hanya memperhatikan Alfraza saja. Aditira menghampirinya lalu menyerahkan sebotol air mineral.
Aditira membagikan botol botol air mineral untuk teman temannya yang saat itu di jemur di teriknya sinar matahari." Namaku Aditira, senang berjumpa denganmu dan semoga kita bisa berteman."
Dia begitu bersinar,dan dalam sekejab, Aditira menjadi salah satu siswa paling populer di sekolah itu. Tidak pernah sekalipun Aditira mengecewakan sahabatnya, dan selama ini, Aditira selalu membantu Dhitta dalam hal apapun
" Maafin gw dit." Dhitta menangis meremas bunga yang dipegang di tangannya. Bagaimanapun rasa bersalah itu akan mengikutinya seumur hidup. Gadis itu kemudian melangkah gontai pergi dari rumah sakit itu. Namun...
" Brak." Ia menabrak seseorang hingga terjatuh
" Punya mata gak hah!!" Teriaknya yang tak lain adalah sosok wanita gemuk dengan wajah sangar yang mengerikan. Ibu Aditira
" Maaf." Ujar Dhitta berdiri lalu menundukkan kepalanya dan berlari pergi.
Ibu Aditira menarik napas kesal lalu bergegas menuju ruangan dimana putranya di rawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL ( Sentuh & Rasa )
Novela JuvenilTunangan rahasia yang dipilihkan ayahku tak hanya keren tapi juga ketua OSIS paling populer di sekolah baruku. Tampan, populer, kaya... lalu apalagi yang kumau? Sayangnya, ada satu sifatnya yang membuatku harus mati matian berusaha bertahan disisiny...