Luka

4.1K 406 9
                                    

" Byuurrr!!!"

Alfraza membuka matanya setelah mendapat siraman beberapa waktu yang lalu. Sekujur tubuhnya basah, dia kedinginan. Bahkan tubuhnya merinding menatap sekitarnya yang tiba tiba saja kosong

" Zeniaaaa keluarkan akuu!!" Teriaknya dengan wajah memerah. Hening, tak ada jawaban. Tangan dan kakinya terikat, tapi Alfraza tidak kehabisa akal. Dia menyeret kursi itu bersamanya menuju sudut sebuah meja diruangan itu dan mencoba menggesek tali yang mengikatnya.
Beberapa menit, Alfraza berhasil meloloskan tangannya, dia tersenyum kemudian membuka ikatan kakinya.

" Aku harus segera pergi dan kerumah sakit untuk mensterilkan diri." Gumamnya melangkah cepat ke arah pintu. Tapi, pemuda itu berhenti sejenak,

" Tidak, aku harus menghubungi ayah." Ujarnya kemudian merogoh sakunya. Namun...

Keningnya mengernyit

" Dimana hpku?" Alfraza mencoba mencari handphonenya di seluruh tubuhnya. Tapi handphone itu benar benar sudah raib. Tubuhnya sendiri mulai gemetar lemah dan pandangannya sedikit kabur.

" Dimanaaaa!!" Teriaknya kesal. Hingga...

" Kau mencari ini?"

Tap. Tap. Tap

Suara langkah kaki terdengar mendekat, melewati gelapnya ruangan yang perlahan mulai menampakkan wajahnya

" Dhitta?" Ujar Alfraza heran

" Kau baik baik saja?" Senyum Dhitta dingin.

" Kembalikan HPku!" Alfraza memerah menatap handphonenya di tangan Dhitta, tatapannya menajam pada gadis itu. Namun...

" Kletak." " Brak."

" Kau?" Alfraza merapatkan rahangnya melihat Dhitta menjatuhkan dan menginjak ponselnya hingga jatuh berkeping keping di lantai. Gadis itu tersenyum mengangkat alisnya.

" Mulai sekarang kamu tinggal disini bersamaku!" Tekannya.

" Kamu gila? Apa yang kamu lakukan ini. Dhitta aku tidak mau menyakitimu karna kau teman kekasihku, jangan macam macam denganku!" Bentak Alfraza memerah

" Kemarahan diwajahmu inilah yang membuatku jatuh cinta padamu Alfraza Abigail."

" Apa?" Alfraza mengernyit

" Ya, seperti semua siswi yang terpesona melihatmu, aku juga terpesona denganmu. Bedanya, aku sudah melihatmu sejak bertahun tahun lamanya. Betapa ingin aku menyentuhmu, betapa aku ingin untuk sekedar menjabat tanganmu. Kau seperti bintang yang paling terang. Dan untuk memilikimu aku jadi seperti ini." Dhitta mendekati Alfraza yang sudah memucat.

" Jangan menyentuhku!" Tekannya

" Kenapa? Jika Aluna bisa kau cium kenapa tidak denganku?" Dhitta tersenyum memegang pergelangan tangan Alfraza yang sudah gemetar. Pemuda itu benar benar berkaca kaca ketakutan. Sebaliknya, Dhitta tersenyum senang.

" Jadi begini rasanya jika menyentuh pria yang aku cintai? Kau benar benar membuatku kesal Alfraza. Kau membuatku sedih dengan memilih Aluna. Tapi kau tidak pernah melihatku sekalipun. Kenapa? Apa dia punya kelebihan lain yang tidak aku punya?" Dhitta membelai pipi dingin Alfraza yang mulai memucat mundur membentur pintu yang terkunci rapat.

" Dia baik." Jawabnya

" Baik? Hahahaha, kalau hanya menjadi orang baik, aku juga bisa melakukannya!" Dhitta menurunkan sentuhannya kearah leher kokoh Alfraza.

" Menjauh dariku!" Tekan pemuda itu benar benar gemetar

" Aku tidak bisa menjauhimu Alfraza, bahkan jika kau mati mungkin aku akan mengikutimu." Dhitta mendekati Alfraza lalu mencium aroma lekukan lehernya dan tersenyum begitu dekat dengan wajahnya.

ABIGAIL ( Sentuh & Rasa ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang