Alunan music menggema di sela sela canda gurau yang menepis sepi pada malam itu. Suara gema ketakutan dan kehebohan atas kasus kematian Nina pun seakan sedikit mereda. Meskipun acara tahunan sekolah itu terpaksa diadakan diluar tempat demi menepis rasa takut atas kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.
Kasusnyapun telah ditutup dengan dugaan kuat Nina bunuh diri. Tak ada tanda tanda kekerasan dari pihak kedua ditubuhnya
Jadi kalaupun ada kecurigaan Nina di bunuh, itu hanya dianggap angin saja.Dilain tempat,
Aditira mengacak rambutnya frustasi. Pemuda berwajah blasteran dengan rambut gelap itu menyeka tangisnya beberapa kali, ia masih mencoba tenang walaupun perasaan bersalah terus mengejarnya.
Sejenak, ia menarik napas panjang lalu menjawab telfon yang sejak tadi berdering." Ha..halo." Suaranya masih terdengar gemetar
" Dimana kamu?" Tekan suara di seberang
" Saya ma..sih dirumah mr." Jawabnya menyeka air mata yang kembali menetes
" Cepat kemari! Acara sudah dimulai ketua osis malah hilang!" Tekannya yang tak lain mr. Geovanni
" Ba..ik pak!" Ponsel itupun ditutup. Aditira berdiri dengan kaki yang masih terasa gemetar lalu melangkah kearah pintu. Sebelum...
" Mau kemana kau!!" Teriak sebuah suara membuatnya mengurungkan tangan yang sudah menggapai knop pintu. Lagi lagi wanita itu menatapnya geram sembari menghisap rokoknya dalam.
" Ada acara di sekolah bu. Aku harus kesana!" Ujar pemuda itu pelan
" Acara Osis?"
Aditira mengangguk pelan
" Banyak orang kaya dong. Jangan lupa gait salah satunya dan minta uangnya. Tampang sebagus itu masa gak ada yang naksir!" Tekannya lagi
" Ibu Please...
" Jangan membantah!" Lagi lagi wanita itu menatapnya tajam
" Kamu pikir biaya hidupmu selama ini dari batu hah? Kontrakan belum bayar, tangihan listrik, air dan sebagainya. Pokoknya ibu butuh uang!" Ia menghampiri Aditira lalu mencengkram dagu putranya itu kuat
" Atau aku akan membuangmu dari sini dan mengatakan kaulah yang mencuri uang Kas Osis selama ini." Ancamnya membuat bola mata Aditira lagi lagi meneteskan bulir bening
" Demi mu Bu, aku sudah menjadi seorang pembunuh! Aku putramu, kenapa tak sekalipun ibu mengerti kalau aku sangat menyayangi ibu. Demi dirimu aku menggadaikan tubuhku lalu bahkan menjadi seorang pembunuh! Ibu aku mohon...
" Diam! Pergi saja dan patuhi perintahku! Aku tidak peduli kau mau menjadi apapun atau meniduri siapapun. Yang penting dapat uang! Mengerti! Dan satu lagi... ( Wanita itu mendorong pundak Aditira membentur pintu ) Jangan menangis seperti perempuan!" Tekannya bengis. Lalu berpaling dan pergi begitu saja memasuki ruangannya. Meninggalkan Aditira yang mematung pucat.
***
Beralih ke tempat Prom Night
" Lun, gila, lo cantik banget !!!" Seru Dhitta yang tampak elegant dengan dress hitam selutut yang ia kenakan. Rambut pendeknya tampak berkilau seakan bertaburan berlian sementara disisinya, berdiri seorang cowok keren yang juga fashionable yang Aluna kenal sebagai Fabian. Mantan anggota Osis.
Aluna tampak berdiri canggung turun dari mobil yang membawanya. Gaun yang ia kenakan warna merah maroon penuh dengan permata yang seakan berkelip diterpa lampu. Punggungnya terekspos sekilas dengan jaring jaring dan rambut panjangnya terlihat di gerai kesamping dengan aksen topi kecil yang membuatnya semakin imut saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL ( Sentuh & Rasa )
Novela JuvenilTunangan rahasia yang dipilihkan ayahku tak hanya keren tapi juga ketua OSIS paling populer di sekolah baruku. Tampan, populer, kaya... lalu apalagi yang kumau? Sayangnya, ada satu sifatnya yang membuatku harus mati matian berusaha bertahan disisiny...