Abigail, sentuh dan Rasa

5.8K 441 16
                                    

" Jangan menyentuhku!!" Teriak Alfraza memerah saat Dhitta mencoba mengikatnya pada sebuah kursi. Wajah Alfraza benar benar berantakan, rambut pirangnya lengket dengan keringat, kemeja putih yang dia kenakanpun terlihat basah dan tatapannya penuh dengan kebencian.

" Kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan Dhitta!! Aku bisa menghancurkanmu!!! Aku, ALFRAZA ABIGAIL!!" Tekannya marah

" Aku tahu sayang." Dhitta menduduki paha Alfraza yang tangannya sudah terikat kebelakang.

" Kau Alfraza Abigail keinginanku untuk menyentuh dan merasakan sesuatu segalanya bermula darimu. Aku ingin bersamamu selamanya." Ujarnya lalu memeluk Alfraza. Tanpa Alfraza sadari, Dhitta mulai menangis dibelakang punggung pemuda itu.

" Kenapa kau tidak pernah melihatku Fraz... kenapa sejak dulu kamu tidak pernah melihatku?" Ujarnya meremas punggung Alfraza sedih.

Alfraza terdiam membisu

" Apakah kamu tahu rasanya mencintai seseorang, mengikutinya bertahun tahun, lalu tiba tiba orang itu mencintai sahabatmu?" Bisik Dhitta sesak.

" Dhitta kau salah, aku mengingatmu." Ujar Alfraza membuat  Dhitta melepaskan pelukannya lalu menatap Alfraza getir

" Tidak, kau tidak mengingatku. Kalau kau mengingatku kau tidak akan bersikap dingin." Ujarnya

" Aku mengingatmu Dhitta. Jadi tolong lepaskan aku!!" Tekan Alfraza


Kenangan...


" Frazz letakkan itu di atas!" Perintah Izika saat itu. Pakaian anak kecil di depannya sudah penuh dengan pasir yang sejak tadi dia bentuk menjadi istana. Tapi... saat bendera ditancapkan diatasnya, lagi lagi..

" Ibuu istananya hancurr." Alfraza mulai menangis.

Tak jauh darinya, tampak gadis kecil seumurannya tersenyum memperhatikan Alfraza seolah memperhatikan pangeran dari dalam dongeng yang sering diceritakan neneknya sebelum tidur. Rambut emas yang berkilau dibawah sentuhan sinar matahari, kulit putih yang begitu indah dan wajah yang begitu imut.

" Kau hanya tidak boleh menyerah Fraz, ayo bangun istanamu lagi. Kalau tidak, nanti ibu guru akan memberimu nilai nol." Ujar Izika berkacak pinggang.

" Aku tidak mau!!" Alfraza berlari menjauh dengan sepatu kotornya. Ia tidak mau sama sekali membuat istana itu lagi.

Hingga...

Saat ibu guru datang dan memberikan nilai... tiba tiba, Alfraza dibuat tercengang dengan istana indah yang di bangun di atas pasir yang disediakan guru untuknya. Alfraza melirik ke arah gadis kecil yang tersenyum disana, Alfrazapun tersenyum dengan giginya yang masih ompong saat itu.
Berkat gadis kecil itu, Alfraza berhasil meraih bintang 4 dari gurunya.

" Hai namaku Alfraza Abigail." Ucapnya mengulurkan tangan. Gadis kecil itupun menjabatnya

" Dhitta." Senyumnya berbinar binar. Dan sejak saat itu mereka berteman.

Dhitta selalu membantu Alfraza disetiap kesulitan yang dia alami. Dikelas membuat puisi, dikelas menggambar, bahkan tak jarang Dhitta mengabaikan miliknya sendiri. Tak jarang dia dimarahi guru karna nilainya yang semakin menurun.
Dia selalu mendahulukan Alfraza, lalu mereka terpisah saat hampir memasuki SD. Alfraza seolah jauh dari jangkauan. Dhitta selalu mencari tahu tentang sang pangeran di manapun dia berada.
Hal terakhir yang dia ingat dari Alfraza hanyalah saat melihat pemuda itu berdiri menangis didepan kelas dan pamit pindah home schooling, dia bahkan tak mau menatap Dhitta dan tak mau di sentuh siapapun. Anak itu memakai dasi dan jas hitam tanda duka.

ABIGAIL ( Sentuh & Rasa ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang