Penyesalan

4.3K 422 17
                                        

" Kau sudah baikan?" Alfraza menyapa Aditira yang tersenyum pucat kearahnya. Dia tampak berdiri diatas ke dua kakinya. Beberapa Siswa bahkan tercengang kaget melihat Aditira berjalan dengan kakinya sendiri, begitupula Aluna.

" Aditira kau bisa berjalan lagi. Ya tuhan.." Senangnya.

" Ini hanya kaki mesin kok. Tidak ada perbedaannya." Jawab Aditira kemudian menatap tangan Aluna yang tampak menggenggam tangan Alfraza.

" Aku sangat senang melihatnya." Aluna reflek memeluk Aditira penuh haru, membuat Alfraza memalingkan wajah cemburu.

" Kalian berdua..?" Aditira menunjuk Alfraza dan Aluna. Bukankah mereka bertunangan diam diam, kenapa mereka malah tampak semakin berani didepan semua orang?

" Kami sudah jadian. Iya kan sayang." Aluna menggandeng lengan Alfraza yang mengangkat sebelah alisnya

" Sudah ku bilang kan jangan panggil sayang. Norak banget." Alfraza melepas pegangan Aluna lalu melenggang pergi begitu saja

" Fraaazz!" Teriak Aluna kesal. Alfraza hanya melambaikan tangannya sambil menoleh sekilas lalu berujar " Aku ada kegiatan di OSIS."

" Ya Tuhaan apa hanya aku di dunia ini yang punya pacar saingan dengan beruang kutup dinginnya." Gerutunya membuat Aditira tersenyum mendengarnya.

" Sabarlah." Aditira memegang tangan Aluna hangat. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum ke arah Aditira.

" Kekelas yuk." Ajaknya. Namun...

" Aditiraa???" Dhitta yang sudah berada di kelas langsung heboh melihat Aditira masuk kedalam kelas dan berdiri dengan tegap. Dia langsung memeluknya.

" Seneng banget liat kamu kembali, apalagi berdiri seperti ini." Bisik Dhitta. Tapi... Aditira juga tersenyum dibelakangnya

" Kau yakin kau senang Dhitta? Mengingat kau yang membuatku cacat." Bisiknya

Deg. Dhitta tercekat.

Dari mana Aditira bisa tahu?

" Aku tidak melakukan itu." Bisik Dhitta kemudian melepas pelukannya ke Aditira. Wajahnya benar benar terlihat pucat dan berkeringat. Perubahan sikapnya langsung terlihat dengan jelas.

" Dhitta, kamu baik baik saja?" Tanya Aluna. Dhitta tersenyum getir lalu mengangguk.

" A..aku mau beli se..suatu dulu ya di kantin." Ujarnya hendak melenggang pergi sebelum...

" Tunggu." Aditira menarik lengannya lalu menyerahkan sebuah amplop padanya.

" Bacalah." Pintanya.

Dhitta hanya mengangguk lalu berlari ke arah pintu.

" Ciee cieee ada apa nih? Sinyal kayaknya." Goda Aluna. Aditira tersenyum kemudian memegang lengan Aluna.

" Kau tahu dengan jelas dimana sinyal itu berada. Aku masih menyukaimu Aluna." Ujarnya seketika membuat Aluna merasa tak nyaman.

" Kau ingat saat aku melindungimu dari amukan anak anak? Aku tidak memikirkan nyawaku jika itu demi dirimu." Imbuhnya dengan senyum manis. Aluna mencoba tersenyum

" Tidak apa apa, jangan bahas hal itu jika mengganggumu. Aku hanya ingin kau tahu, saat kau ingin menangis suatu saat nanti. Kau hanya perlu berbalik, aku akan selalu ada disini untukku." Ujar pemuda itu yang jujur membuat hati Aluna perih. Gadis itu hanya bisa mengangguk.

Pemuda itu melepas tangannya lalu kembali duduk di bangkunya. Alunapun duduk dengan perasaan tak nyaman

Dan Aditira, dia kembali ke bangkunya lalu menatap kearah Aluna. Kemudian tersenyum

ABIGAIL ( Sentuh & Rasa ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang