Kebencian

4.6K 465 51
                                    

Flashback

Bunyi bel sekolah membuat anak anak DHS berhambur keluar dari kelasnya, begitupula Dhitta. Dia yang sejak tadi celingak celinguk di dalam kelas mencari Aluna tak sabar ingin menemuinya.
Gadis itu menuruni tangga, berbelok kearah koridor menuju ruang baca, hingga...

Langkahnya terhenti saat melihat sesuatu tersangkut di saluran air dan entah kenapa, Dhitta tertarik mendekatinya. Itu seperti sesuatu yang berkilau. Penasaran, Dhittapun melangkah kesana dan mengambil sesuatu yang ternyata sebuah cincin

" Gila, diselokan aja ada cincin, milik siapa nih?" Gumamnya kemudian melihat cincin itu dengan teliti, lalu... bola matanya membundar seolah tak percaya saat melihat tulisan didalamnya. Alfraza ❤ Aluna

Saat itu, rasanya hati Dhitta benar benar remuk, dia berkali kali mencoba menyakinkan diri dan menatap tulisan itu. Tidak mungkin rasanya Aluna menghianatinya, apalagi mendapatkan pria yang paling di pujanya sejak kelas 1 itu.

Dia marah,
Dia kecewa

Kenapa? Aluna harus menikamnya dari belakang. Bukankah selama ini Dhitta selalu ada di sisinya dan mendukungnya dalam hal apapun
Bahkan dia sudah bilang bahwa dia sangat menyukai Alfraza bukan?
Lalu kenapa Aluna begitu tega?

Kenapa Aluna membohonginya?
Perlahan, hari demi hari, kebencian itu semakin tumbuh dan mengakar saat ia semakin yakin, kalau Aluna memang benar benar ada hubungan dengan Frazz. Melihat wajah munafiq Aluna yang berpura pura sepanjang waktu.
Lalu Dhitta mulai menerornya.

Dia ingin, Aluna menyesal
Kalau perlu, mati.

Flashback Off

" Dit lo baik baik saja?" Tanya Nadia, salah satu anggota OSIS yang melihat Aditira duduk dengan plaster di keningnya siang itu, Aditira mengulas senyum lalu meletakkan buku jurnalnya di meja dan mengangguk pelan. Ia melihat semua anggota yang tampak sudah duduk rapi, hari itu mereka kembali akan mengadakan rapat tentang rencana bakti sosial yang akan diadakan

" Baiklah rapat kita mulai!" Ujar Aditira tegas. Dan suasanapun mulai membosankan seperti rapat rapat biasanya, sebagiannya antusias merespon dan sebagian lagi masih bermalas malasan untuk membuka suara.

Hampir 1 jam memakan waktu, tak ada titik temu, lokasi bakti sosialpun muter muter. Aditira benar benar terlalu lembut, dia tidak bisa menangani ini

" Tapi kawasan itu terlalu sepi, tak ada penduduk disana dan tak ada citra yang bisa dibentuk mengadakan bakti sosial di sana. Apa kita akan melakukannya untuk binatang hutan?" Sindir seorang siswa kearah Aditira

" Kita melakukan bakti sosial bukan untuk pamer, tapi untuk membantu masyarakat. Di sana rawan banjir dan sampah sampah yang berserakan dari pengunjung mengganggu saluran air yang selalu mengakibatkan banjir." Jawab Aditira. Siswa itu tersenyum miring

" Sialan, jadi maksudmu kita jadi sukarelawan animal gitu? Aku gak setuju!" Bantahnya lagi.

Aditira kembali menarik napas

Aku tidak sanggup
Aku sudah tidak sanggup mengatasi ini semua.
Aku bukan Alfraza

" Iya dit, gimana sih.. kalau gitu ganti aja rencana dan lokasinya. Aku juga keberatan." Tolak lainnya.

Sekali lagi Aditira menarik napas panjang, mengangkat wajahnya yang rupawan lalu menatap wajah satu persatu anggotanya.

" Aku pemegang kendali di sini jadi mau tidak mau finalnya terserah padaku kan?" Senyumnya berusaha tenang

ABIGAIL ( Sentuh & Rasa ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang