Cinter#60

1K 100 12
                                    

"Belom di kasih atau emang kamu yang gak jago?" Tanya radhika dengan sedikit ukiran senyum di wajahnya
"Ehtss enak aja, kamu perlu bukti?" Tantang sakti mendekatkan wajahnya ke arah radhika
Sesaat mreka saling pandang
Ketika radhika sadar
Cepat2 radhika membuang pandanganya ke arah lain
"Eh maaf2 saya gak ada maksut buat ngelecehin kamu" ucap sakti sedikit menjauhkan posisi duduknya
Beberapa menit suasana sedikit hening
"Aku mau jemput dhika" ucap radhika memecahkan keheningan
"Saya ikut" pinta sakti
"Kaki kamu kan masih sakit mendingan kamu istirahat aja di rumah" jawab radhika
"Tapi saya sudah janji untuk menjemput dhika tadi" balas sakti
"Biar nanti aku yang jelasin ke dhika nya, aku pergi dulu ya" ucap radhika sembari melangkahkan kakinya
"Radhika" panggil sakti
Yang di panggilpun menoleh dengan cepat
"Hati2 ya" ucap sakti sembari di iringi senyum
Radhikapun membalas dengan senyum manis yang ia punya
Radhika sudah pergi kini sakti berniat untuk masuk ke dalam kamarnya
Tokk tokk tokkk
Suara ketukan pintu menghentikan langkah sakti
Dengan langkah pincang ia berjalan ke arah pintu dengan senyuman entah apa yang sedang ia pikirkan
"Apa ada yang tertinggal rad..dhi..ka.." Ucapan sakti terpotong2 saat melihat bukan lah radhika yang kini berdiri di depan pintu
Seorang laki2 yang menatapnya dengan tatapan tajam
"Shikar???" Ucap sakti terkejut
"Selain lupa ingatan apa matamu juga buta sehingga tidak bisa membedakan antara aku dan shikar" jawab arjun dengan sinis
"Apa kamu mengenal saya? Darimana kamu tau saya amnesia?" Tanya sakti penasaran
"Tidak, aku tidak mengenalmu sama sekali hanya aku tau tentangmu dari seseorang" ucap arjun kali ini nada bicaranya sedikit santai
"Seseorang? Siapa?" Tanya sakti penasaran
"Tentu saja pengacaramu"Jawab arjun
"Shikar?" Tanya sakti lagi arjun hanya membalas dengan anggukan
"Pantas saja wajah kalian begitu mirip ternyata kalian sodara, saya hampir tak bisa membedakannya tapi kamu lebih tampan sedikit dari shikar" ucap sahakti di iringi senyumanya
"Apa kau menggodaku?" Tanya shikar menyerngitkan keningnya
Hahahaha
Sakti hanya tertawa dengan pertanyaan arjun
"Mana radhika?" Tanya arjun yang melangkah masuk kedalam runah tak memperdulikan sakti yang berdiri di ambang pintu
"Ada perlu apa mencari radhika" tanya sakti yang mengikuti shikar di belakangnya
"Apa salah aku menemui calon istriku?" Jawab shikar membalikkan badanya menghadap sakti
"Apa?" Tanya sakti terkejut
"Aku akan memberikan dia kebahagiaan yang selama ini tak pernah ia rasakan" ucap arjun dengan menatap sakti tajam
"Ayahhhhhhh"
Teriak dhika dari luar rumah yang berlari masuk kedalam
"Ayah gak papakan?" Tanya dhika yang kini sudah berada di pelukan sakti yg jongkok menyambutnya
"Ayah??" Gumam arjun pelan dengan raut wajah yang terkejut
"Om gak papa kok, cuma kaki om sedikit sakit nih" tunjuk sakti pada kaki kananya
Dhika melepaskan pelukanya dan jongkok lalu
Cuphh
Sebuah ciuman mendarat di kaki sakti yang terbungkus handsafflas itu
Radhika yang melihat itu di ambang pintu se akan lemas menyaksikanya
Bagaimana tidak? Dhika mencium kaki laki2 yang tidak dhika tau dia siapa
Walau radhika tau laki2 itu siapa tapi tidak dengan dhika
Arjun pun tak kalah terkejut menyaksikan itu
Arjun melihat radhika yang menyenderkan tubuhnya di pintu
Arjun menghampiri radhika dan menarik pergelangan tangannya dengan kasar
Arjun membawa radhika keluar rumah
"Arjun sakittt, kamu kenapa sih?"
Tanya radhika meringis menahan sakit di tanganya
"KAMU YANG KENAPA?" Bentak arjun menghempaskan dengan kasar tangan radhika
"Kamu bilang tidak akan memberitahu tentang kalian kepada sakti, tapi kenapa dhika bisa memanggilnya ayah hahh?" Ucap arjun dengan nada sinis dan sedikit kasar
"Aku sendiri juga gak tau, aku gak nyuruh dan semua itu keinginan dhika sendiri" bela radhika yang terpojok dengan pertanyaan arjun
"Hallah aku gak percaya" bentak arjun membalikkan badanya membelakangi radhika
"Dulu dhika pernah menanyakan keberadaan ayahnya, aku tidak tau harus menjawab apa, lalu aku bilang jika ayahnya sedang pergi mencari kebahagiaan untuk keluarga kita dan dia akan kembali menjemput kita dengan pesawat warna birunya" jelas radhika dengan nada sedikit meninggi
"Apa kau tau kenapa dhika memanggil sakti dengan sebutan ayah?" Tanya radhika dengan suara lirih
Arjun menggelengkan kepalanya
"Karna mobil sakti yang berwarna biru, sehingga dia berfikir saktilah ayah yang akan menjemputny" jelas radhika lagi air mata yang ia tahan akhirnya tumpah di pipi mulusnya
"Aku juga bingung dengan keadaan ini arjun, batin ku tersiksa setiap kali mendengar dhika memanggilnya dengan sebutan ayah, dia begitu menginginkan seorang ayah di hidupnya, tapi sakti?? Dia tidak tau siapa dhika" jelas radhika dengan suara serak karna tangisan yang semakin sesenggukan
"Jadi mobil biru yang di kantor pak kades itu milik sakti" tanya arjun
radhika hanya mengangguk
"Maaf rad, aku tidak tau jika kamu tersiksa dengan keadaan ini" ucap arjun menggapai tubuh radhika dalam pelukanya
"Apa yang kamu katakan kepada sakti tadi" tanya radhika sembari melepaskan pelukan arjun
"Tidak ada, aku bisa mengontrol emosiku ya walaupun aku ingin sekali menghajarnya" jawab arjun sembari mengusap pipi radhika untuk menghapus sisa2 air mata di pipi mulusnya
"Jangan lakukan hal bodoh yang selama ini aku tutupin" ucap radhika memegang tangan arjun untuk menghentikan kegiatan tanganya
Arjun hanya mengangguk
"Besok shikar akan ke sini" ucap arjun
"Dan kamu orang pertama yang akan ku kenalkan kepadanya" lanjut arjun menyunggingkan senyum manisnya
Sedang radhika menyerngitkan keningnya tanda tak mengerti
Tapi ia tak mau ambil pusing
"Kita pulang yuk" ajak radhika
"Pulang lah, aku harus pulang karna tadi aku berjanji kepada ibu pergi hanya sebentar" jawab arjun
"Dasar anak ibu" balas radhika di iringi tawanya
Mrekapun sama2 tertawa
***skip
Saat radhika sudah di depan rumah ia mendengar suara pak kades di dalam rumahnya
"Nak sakti kenapa sampai bisa terkena paku?" Tanya pak kades khawatir
"Oh ini kesalahn saya pak, saya saja yang kurang hati2" jawab sakti
"Maaf ya pak rencana kita untuk melihat lahan pabriknya harus kita tunda dulu" ucap sakti sedikit tak enak hati
"Tidak masalah, tunggulah sampai kakimu sembuh" jawab pak kades
"Lohh ada nak radhika si situ" ucap pak kades saat menyadari radhika berdiri di depan pintu
"Masuklah kenapa berdiri di luar? Ini kan rumahmu" ucap pak kades lagi
Radhika pun dengan ragu melangkahkan kakinya masuk kedalam
"Udah lama pak?" Tanya radhika
"Belom kok, rencana mau saya ajak melihat lahan pabriknya tapi ternaya nak sakti lagi dapat musibah" ucap pak kades menunjuk kaki kanan sakti yang luka
"Iya pak itu semua salah sa,,"
"Rad dari tadi dhika nyariin kamu" ucapan radhika pun di potong oleh sakti dan nampak nya ia sengaja melakukan itu
"Pak saya permisi kedalam ya" pamit radhika
"Ya sudah sekalian saya pamit pulang juga kalo begitu mari nak sakti radhika" ucap pak kades lalu bergegas pergi
"BUNDAAA" teriak dhika dari dalam kamar
Buru2 radhika berlari ke kamar dika
"DHIKAAA" triak radhika yang terkejut melihat banyak noda darah di baju yang dhika pakai
Mendengar triakan radhika sakti pun melangkah kan kakinya dengan pincang ke arah kamar itu
"Dia kenapa?" Tanya sakti terkejut melihat keadaan dhika
Radhika tak menghiraukan pertanyaan sakti ia menggendong tubuh dhika dan menidurkan nya di atas ranjang
Lalu ia lap sisa2 darah yang masih ada di sekitar hidung dhika
"Apa dia sering mimisan?" Tanya sakti yang kini sudah berada di samping ranjang
Radhika hanya menjawab dengan anggukan
"Sudah di bawa ke rumah sakit?" Tanya sakti lagi
Lagi2 radhika hanya menjawab dengan anggukan lemahnya
"Lalu apa kata dokter? Dhika sakit apa?" Tanya sakti khawatir
Radhika terdiam namun air matanya mengalir begitu deras
"Radhika jawab aku" ucap sakti menyentuh pundak radhika
"APA? APA YANG HARUS AKU JAWAB?"bentak radhika
"GAK USAH SOK PEDULI DENGAN DHIKA DIA ANAK KU BUKAN ANAKMU" lanjut radhika masih dengan nada kasar nya
"Kamu gak tau apa2 sakti" lanjut nya lagi namun dengan suara yang mulai lirih karna menahan tangis
Sakti hanya diam mencoba memahami isi hati radhika
Dalam ke adaan kacau radhika memutuskan berlari masuk ke dalam kamarnya
"Aku bisa merasakan kesedihanmu rad, bagaimana rasanya membesarkan anak tanpa suami" ucap sakti lirih menatap kepergian radhika
Kini pandangan sakti beralih ke dhika yang terbaring di ranjang dengan wajah pucat
"Kamu anak yang kuat dhika, saya tau kamu sangat menyayangi bundamu jadi jangan bikin bundamu bersedih lagi ya" ucap sakti lagi
Lalu ia menarik selimut untuk menutupi tubuh dhika
Sebelum ia berbaring di samping nya untuk tidur

Cinta terlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang