Cinter#90

1.2K 133 30
                                    

BRAAAKKKK
suara gebrakan pintu mengagetkan seisi rumah yang sedang duduk santai di ruang tamu
Mr.Arora,mrs.Arora,neha,oma beserta parul adk sakti
"SAYANG, Kamu udah pulang?" Tanya neha kepada sakti yang kini tengah berdiri menatap ke arah nya dengan tatapan tajam
dengan pasti sakti berjalan perlahan menghampiri neha yang kini berdiri dari yang semula duduk di sofa
"Sayang aku sama papa dan semuanya udah sepakat kalo mreka semua setuju kalo kita akan mendapatkan anak dengan cara bayi tabung" ucap neha dengan antusias nya
"Kamu gimana sayang? Kamu juga setuju kan kalo kita,,,
PLAAAKKKKK
Bruukkk
Belum sempat neha mengakhiri kalimatnya sebuah tamparan yang amat keras telah melayang di pipi kirinya mengakibatkan tubuh kurusnya terhempas di atas sofa
"SAKTIIIII! APA YANG KAMU LAKUKAN?" Bentak mr.arora dengan suara lantang
Namun sama sekali tak sakti hiraukan perkataan mr.arora
Ia masih terus menatap neha tajam dengan wajah yang terlihat merah menahan amarah
"BANGUNNNN!" Ucap sakti kasar mencengkram rahang neha kuat
"Sass sakit sakti" ucap neha lirih menahan tangan sakti yang begitu kuat memegang rahang nya
"Sakti sudah nak sudah kasihan neha, kalo kalian ada masalah selesaikan dengan kepala dingin jangan dengan kekerasan seperti ini nak, cukup sakti" ucap mama sakti yang mencoba melerai antara sakti dan neha
Sedang oma dan parul hanya bisa berdiri menyaksikan tanpa brani mengeluarkan sepatah katapun atas apa yang mreka lihat kini
"SAKTI LEPASKAN NEHA SEKARANG!" Bentak mr.arora dengan suara lantang
Kali ini pun sakti mengikuti printah papa nya
"Tanda tangani ini sekarang" ucap sakti lirih namun dengan tatapan tajam kepada neha
"Apa ini?" Tanya neha saat melihat secarcik kertas putih yg di tunjukkan sakti tepat di depan wajahnya
"SURAT CERAI?" Ucap neha kaget
Sakti hanya mengangguk
"Enggak, aku gak mau cerai!
apa alasan kamu nyerein aku sakti?" Tanya neha
"MASIH UNTUNG SAYA TIDAK PENJARAKAN KAMU NEHAA" bentak sakti dengan amarah nya
"Tapp tapi apa salah ku?" Tanya neha tak mengerti
"SAKTI" panggil mr.arora tak
kalah keras nya
"APA KAMU BERNIAT MENCERAIKAN NEHA HANYA UNTUK KEMBALI DENGAN WANITA GILA ITU?" Bentak mr.arora
Seketika pandangan tajam sakti tertuju padanya
"PAPA LUPA ATAU PURA2 LUPA?DIA GILA KARNA KESERAKAHAN PAPAH" jawab sakti dengan emosi yang sudah tak bisa lagi ia kontrol
"Hallah, itu alasan dia saja supaya kita semua simpati" balas mr.arora santai sembari menyunggingkan senyum sinis di ujung bibirnya
"CUKUP PAH! PAPA MEMANG TIDAK PERNAH BISA MELIHAT PENDERITAAN ORANG LAIN, BAHKAN DI SAAT RADHIKA DEPRESI PUN MASIH PAPA BILANG KALO DIA HANYA PURA2!" Bentak sakti dengan nada tinggi masih dengan menatap tajam mr.arora
"APA MAU KAMU?" Tanya mr.arora membalas tatapan sakti
Terlihat keduanya saling tatap dengan penuh kesengitan
"Saya hanya ingin memenuhi janji saya kepada dhika sebelum dia meninggal" jawab sakti
"Termasuk menceraikan neha adalah permintaan dhika supaya ayah dan bunda nya bersatu lagi, BEGITU YANG KAMU MAKSUT?" Balas mr.arora dengan nada tinggi di akhir
"Itu murni keinginan sakti pah, dan sakti mempunyai alasan yang kuat untuk itu" jawab sakti pasti
"Alasan apa?" Tanya mr.arora
"Suatu saat papa akan tau semua kebenaranya" jawab sakti lalu memutarkan badanya
Saat sakti hendak melangkah pergi
"Sakti aku tidak akan pernah mau menanda tangani surat cerai ini" ucap neha yang langsung menghentikan langkah sakti
"Terserah, saya sudah memberikan talak untukmu dengan surat cerai itu" jawab sakti tanpa menoleh
Bergegas sakti melanjutkan langkah menuju pintu keluar
"DAN JIKA KAMU KELUAR DARI RUMAH INI, KAMU AKAN PAPA CORET DARI DAFTAR WARIS"
teriak mr.arora dan lagi2 sakti menghentikan langkahnya
Kali ini sakti membalikkan tubuhnya menatap semua orang yg msi berdiri di ruang tamu itu
"HARTA PAPA TIDAK BISA MENJAMIN SAKTI AKAN BAHAGIA"  jawab sakti tajam lalu dengan pasti berbalik dan melangkah pergi meninggalkan mr.arora yang terap berdiri mematung menatap kepergianya

***RSJ

"Saya ingin membawa nya pulang dok" ucap sakti menatap radhika yang sedang tertidur pulas di atas ranjang rawatnya
"Anda serius tuan?
Pasien belom pulih betul dan suatu saat pasien bisa mengamuk" jawab sang dokter laki2 yang bertanggung jawab atas radhika
"Saya yang akan merawatnya" balas sakti yakin
"Baiklah, saya akan urus dlu semuanya dan sore nanti anda sudah bisa membawa nya pulang" jawab dokter itu yang di balas anggukan dari sakti

Skip
"Ini rumah siapa sih?" Tanya radhika saat dirinya dan sakti sudah memasuki rumah yang terlihat sederhana namun masih menunjukkan kesan minimalisnya
"Ini rumah kamu, kamu akan tinggal di sini" jawab sakti yang berdiri di samping kanan radhika sembari meletakkan tangan kirinya di bahu kiri radhika
"Gak mau sakti aku mau pulang ke rumahku, aku ingin tinggal bersama dhika pokoknya aku mau pulang sekarang" rengek radhika bak anak kecil
Perlahan sakti menarik nafasnya pelan
sebelum membalikkan badan radhika untuk menghadapnya
"Radhika sampai kapan kamu seperti ini?
Dhika sudah pergi untuk selama2nya rad, kamu harus iklas" jawab sakti menakup kedua pipi radhika
Terlihat mata radhika yang mulai berkaca2
"Kamu bohong sakti dhika gak mungkin ninggalin aku, dhika sayang sama aku dia gak mungkin ngebiarin aku sendirian" balas radhika dengan air mata yang mulai deras menetes di pipinya
"Ia kamu benar, dhika gak akan ngebiarin kamu hidup sendirian karna aku yang akan selalu nemenin kamu" jawab sakti dengan senyuman manisnya
"Enggak aku enggak mau, aku mau dhika yang nemenin aku titik" balas radhika dengan suara serak menahan tangis
Sakti menatap radhika yang terus menangis dalam sesenggukan entah apa yang ia pikirkan
Cupphh
Perlakuan sakti cukup membuat radhika terperanjak kaget kala ia merasakan bibir sakti sudah menempel di bibir manis miliknya
Awalnya sakti hanya ingin sekedar  menempelkan bibirnya saja
Sekedar ingin memberi ketenangan bagi radhika
Tapi entah dorongan darimana yang membuatnya kini tengah melumat lembut bibir radhika
Perlahan sakti mundur kebelakang yang di ikuti radhika karna tangan sakti yang kini sudah melingkar kuat di pinggang ramping milik radhika
Tanpa melepaskan ciumanya
kini sakti sudah duduk di atas sofa dan entah sejak kapan radhika sudah berada di atas pangkuan sakti
Hahh hah hah
Terdengar nafas radhika yang sedikit ngos ngosan setelah sakti melepaskan ciumannya
"Saya merindukanmu radhika" bisik sakti lembut di telinga radhika
Perlahan tangan kanan sakti mengelus lembut pipi radhika sedang tangan kirinya asik mengelus punggung radhika yang masih terhalang baju milik radhika
Radhika hanya menatap kedua mata indah sakti yang sedari tadi terus menatapnya
"Jangan sak, aku gak mau kesalahan yang dulu terulang lagi" ucap radhika saat sakti ingin memulai aksinnya dengan mencium leher jenjang mulus radhika
"Kali ini aku gak akan lepas tanggung jawab, percayalah" jawab sakti dengan nafas berat seperti menahan sesuatu
"Tapi sak,,,,
Belom sempat radhika menyelesaikan kalimat nya
Bibir sakti sudah lebih dulu melumat habis bibir radhika
PRANGGG
Terdengar suara pecahan kaca yang amat nyaring di dalam rumah
Seketika menghentikan aksi sakti yang kini sudah menindih tubuh radhika yang sudah terbaring di atas sofa
Cepat2 sakti memaki celana miliknya yang sudah setengah melorot
dan berlari menuju jendela kaca dilihatnya beberapa pecahan kaca yang sudah berserakan di atas lantai
Pandangan sakti pun tertuju pada sebuah batu berukuran sedang dengan secarcik kertas putih melapisi batu tersebut
"Kertas apa ini" gumam sakti dalam hati
Di bukanya kertas yang melingkar pada batu tersebut
"BAJINGAN"
Isi surat yang kini tengah di genggam sakti
Seketika pandangan sakti tertuju pada radhika yang kini masih terbaring di atas sofa tanpa baju yang melekat di badanya namun masih dengan celana panjangnya dan bra yang tetap setia melekat pada payudara indah nya
"Ya tuhan, apa yang sudah saya lakukan" ucap sakti lirih
Perlahan sakti menghampiri radhika yang nampak memandang ke atap plafon dengan tatapan kosong
"Maafkan saya radhika, saya memang bajingan" ucap sakti lirih saat sudah duduk berlutut di samping sofa tempat radhika terbaring
Seketika radhika menoleh ke arah sakti karna ia mendengar suara tangis sesenggukan yang ternyata itu suara tangisan sakti
"Kamu kenapa?" Tanya radhika sembari mengelus lembut kepala sakti
Tak ada jawaban
Perlahan radhika bangkit dari tidurnya dan duduk di depan sakti
"Hey, kamu kenapa sakti" tanya radhika lagi
Seketika sebuah pelukan erat mendarat di tubuh radhika dan terdengar jelas isakan tangis dari sakti di telinganya
"Maaf kan saya, maafkan saya" ucap sakti bertubi2
radhika nampak kebingungan dengan kata2 sakti
Namun tangannya tetap terjulur untuk mengelus lembut punggung milik sakti

Cinta terlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang