Cinter#49

975 76 21
                                    

"Sakti angkat" ucap radhika cemas ia pun menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan ketegangannya
Beberapa kali ia coba namun tetap tak ada jawaban
Ceklekk
Ia leyakkan ganggang telpon itu ke tempatnya
Brukkkkk
Ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai karna keadaan Tubuhnya  yang amat lemas
"Aku hanya hafal no kamu dan no arya, aku lebih baik mati dari pada harus meminta bantuan kepada arya" ucap radhika lirih kembali air matanya mengalir
Saat ia akan mengelap air mata di pipinya
Krincinggg
Terjatuh logam yang ada di tangan nya
"Tinggal satu ini logamnya" ucap radhika lemah lalu ia berdiri kembali
"Cuma ini harapan aku" lanjut radhika lalu memasukkan logam itu dan menekan no tujuan
Kini sakti menghentikan mobilnya di depan kantor polisi tempat ia di tahan kemaren, tujuannya untuk menanyakan apa sudah ada kabar tentang laporanya kemaren
Saat ia akan membuka pintu mobilnya
Bibbbb bibbbb
Pandangan sakti tertuju ke ponsel yang tergeletak di jok sampingnya
Entah apa yang membuat langkah nya begitu berat untuk turun dari mobil
Ia tutup kembali pintu itu dan bergegas mengambil ponsel itu
"Halo" jawab sakti
"Sakti,, sakti ini aku radhika" jawab radhika berteriak dari sebrang tlfon
"Ya tuhann radhika kamu kemana aja, saya khawatir rad" balas sakti tak kalah khawatirnya
"Aku gak bisa jelasin disini, sekarang kamu jemput aku di bogor aku tunggu di tepi jalan yang ada wertelnya" ucap radhika cepat
"Di bogor?" Sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu rad" tanya sakti
"Nanti akan aku jelasin sakti tapi tidak di sini, ada yang mau ,,,,," tuttt tutttt tuttt
"Hallo radhika, radhika" teriak sakti dalam panggilan itu namun tak ada jawaban lagi
Sakti mencoba menghubunginya kembali namun tak bisa
"Yahh abis lagi" ucap radhika lemas
Kini ia terduduk di sudut dan memegangi kedua lenganya
"Sakti aku takutt" ucap radhika lagi2 air matanya mengalir keluar tanpa permisi
Di sisi lain
"BOGOR? Ya tuhan sebenarnya apa yang terjadi dengan radhika" ucap sakti tak mengerti
Tanpa pikir panjang ia menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan sangat kencang
Kediaman Arora
"Papa makanlah ini" ucap parul membawakan sebuah piring dan gelas dalam nampan lalu ia letakkan di meja dekat dengan ranjang papanya yang sedang fokus dengan laptopnya
"Iya sayang nanti papa habis kan" jawab mr.arora
"Tidak pokoknya harus papa habiskan sekarang, kalau tidak aku yang akan menyuapimu" balas parul
"Dasar kau ini" ucap mr.arora menonyor pelan kepala putrinya
Entah apa yang beda antara parul dan sakti
Dari perlakuanya saja sudah sangat terlihat jika mr.arora sangat menyayangi parul
Sedangkan perlakuanya terhadap sakti begitu keras berbanding terbalik
Bibbb bibbb
Ponsel mr.arora pun berbunyi keras di atas meja
Parul pun mengambilkan nya dan menatap sekilas layar ponsel itu
"Jinggo siapa pah?" Tanya parul saat melihat layar dengan panggilan masuk atas nama jinggo
"Bisa kau keluar sebentar parul" ucap mr.arora tanpa menjawab pertanyaan parul
"Baik lah" jawab parul lesu dan beranjak keluar dari dalam kamar
"Hallo, sudah ku bilang jangan hubungi saya kalo bukan saya yang menghubungimu duluan" jawab mr.arora dalam panggilan tlfon
"APA? Bagaimana bisa BODOH" lanjut mr.arora dengan nada emosi
"Saya tidak mau tau, kejar sampai dapat dan jangan menghubungi saya dengan kabar buruk, MENGERTI" lanjut mr.arora lalu mengakhiri panggilan tlfon itu

Cinta terlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang