Chapter : one

319 12 0
                                    

Kau takkan pernah melihatku lagi. Aku berjanji. Aku akan melupakan segala luka hatiku padamu. ku biarkan dirimu bahagia dengannya...aku rela.. karena aku mencintaimu. Biarkan saja perasaan itu kupendam di dalam hatiku.

Lima tahun kemudian....

Claire Wesley tidak menyangka  dia harus  kembali ke inggris. Tujuan kedatangannya merupakan tugas negara yg harus dia selesaikan. Selama lima tahun ini, Claire berhasil menjabat sebagai kolonel di dalam kepolisian negara. Dia terkenal karena kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Beberapa akhir pekan ini namanya termasyur hampir di seluruh negri.
Kasus kali ini dia harus meringkus para teroris. Berupa kasus yg cukup beresiko karena menyangkut hubungan dengan kaum bangsawan di negri tak lain Inggris. Kakaknya, Janet mempercayakan kasus ini padanya

Dalam suara gemuruh pesawat, dia sudah tiba di bandara kota London. Dia tau jelas kemana dia harus melangkah agar tiba di kantor pusat. Dia berjalan di sepanjang koridor menuju pintu keluar. Mobil milik perusahaan terparkir di area VIP. Claire cukup mengeluarkan kunci pemberian Janet yg di kirim padanya.
Butuh 45 menit bagi claire tiba di kantor pusat akibat macet. Wanita itu menghembuskan nafas berkali kali. Bagaimana tidak,di sepanjang jalan London ini penuh dengan masa lalu. Masa saat dia sekolah dulu. Dia ingat dia sering menunggu bus sekolah di halte bis. Hampir setiap hari Claire menghabiskan waktunya bermain di sisi setiap jalan. Dekat kafe ataupun supermarket. Bayangan teman masa kecil kembali menghantuinya. Dia ingat, dia Clara dan duke pernah sekali boros sekolah dan mampir di salah satu cafe. Dulu mereka sangat akrab. Bercanda tawa dan bermain bersama. Kemudian mereka akan membuat kegaduhan di sepanjang lantai mall. Bermain kejar kejaran dengan satpam sampai harus di hukum karenanya. Sayang semua harus berakhir menyedihkan.
Suara klakson dari mobil belakang membangunkan Claire dari lamunan. Claire harus menginjak gas pelan untuk melaju selangkah ke depan. Sejenak telepon berdering. Claire mengambil telepon dari samping jok duduknya. Nama Janet tertera jelas di sana.
" Sudah sampai manakah dirimu?"
" Well, aku terjebak macet di sini. Tenanglah mungkin aku akan sampai sebentar lagi."
" Baiklah, jangan lupa kau harus mampir ke ruanganku langsung."
Telepon langsung di tutup sepihak oleh Janet. Kakaknya memang selalu bersikap tegas. Beda dengan dirinya yang masih penuh pertimbangan. kembali dia meletakkan barang segi empat itu di atas jok.
Claire akhirnya sampai. Dia memarkir mobil di sebuah celah yg memang sudah di siapkan untuknya.
Begitu mobil tampak rapi, dia segera melangkah turun. Begitu sampai di gedung tinggi, Claire sudah di sapa selamat siang oleh para pegawai disana. Kayaknya dia cukup terkenal ataukah memang Janet sudah memberitahu mereka

Claire menuju ke salah satu ruang customer service. Wanita berpakaian seragam seksi dengan dada montok memandangnya.

" Ehemmm...." Claire berdeham.
" Bisakah kau beritahu dimana ruangan Janet Sminghton?"
Wanita itu mengambil telepon dan menekan nomor
" Ada seseorang mencari anda nona Sminghton."
" Persilahkan saja." Kemudian telepon di tutup
" Anda bisa menggunakan lift sebelah kiri dan menuju ke lantai 5 dengan nomor ruangan 534" jawabnya singkat.
" Terima kasih." Seulas senyum terpancar di bibir Claire.

Claire meninggalkan ruang customer service. Dirinya berjalan ke lift. Masih melihat sekeliling ruangan dengan padatnya kegiatan orang. Pintu lift tertutup. Sebagian orang berhenti di lantai berbeda hingga mencapai lantai 5, Claire kemudian melangkah keluar lift.

Ruangan 534 berada di posisi paling ujung koridor langsung berhadapan dengan lift. Sangat mudah menemukan ruangan Janet. Ternyata wanita itu masih suka berdiri menghadap jendela. Pantesan saja dia memilih ruangan paling ujung yang memiliki jendela. Pintu langsung terbuka oleh Janet begitu Claire tiba. Padahal Claire baru hendak mengangkat tangan mengetuk pintu.

" Masuklah aku sudah lama menunggumu." Ucapnya sembari berjalan mengitari meja kerja dan duduk di kursi kerja
Claire menutup pintu di baliknya.

" Maaf, kalau membuatmu menunggu lama." Claire memilih duduk di hadapan Janet.
" Ada apa? Kau kelihatan sedikit cemas."

Janet memang sangat cemas. Bagaimana tidak. Dia bahkan sangat antusias jika harus mengatakan hal ini pada claire. Namun, dia juga khawatir. Mengingat dengan susah payah dia mengangkat Claire dari kegelapan hidup. Sekarang dia harus membangkitkan masa lalu Claire kembali.

Janet mengenang masa dua hari lalu...
Peter berjalan cukup paten ke ruang Janet saat itu. Peter mencampakkan sebuah amplop coklat di atas meja kerja Janet. Didalamnya terdapat foto Duke Dela Windham dan Jacob Brown. Dengan lantang Peter memberitahu Janet bahwa sang teroris akan membunuh seorang bangsawan bernama Duke Dela Windham demi mengancam pangeran Viscout Montegro. Jelas sekali aksi Jacob brown tersebut di dasari niat menghancurkan pemerintahan di bawah naungan sang pangeran. Jika kekuasaan sang Earl bangsawan goyang maka mudah bagi teroris menghancurkan pangeran.
"Aku tak tau caramu bagaimana mengatasi hal ini. Pastinya adikmu, Claire akan sangat membantu. Hanya dia yg mampu masuk ke dalam keluarga Windham secara diam diam" Peter menekan katanya.

Janet sempat bertengkar mulut dengan Peter soal ini. Tapi Janet akhirnya mengalah. Peter ada benarnya. Dia butuh Claire.

Sekarang.....
Dia melihat Claire. Janet memang tidak tega. Tapi bisa saja masa lalu tidak akan mempengaruhi masa depan Claire. Dengan menggigit bibir, akhirnya Janet mengeluarkan amplop coklat di hadapan Claire.

Mata Claire berbinar menatap amplop coklat di depannya
" Jadi, inikah tugasku?"
Keceriaan Claire hilang ketika melihat foto terpampang jelas di matanya
" Apa maksud dari ini semua?"
" Aku tau ini berat tapi kami membutuhkanmu."

Janet beranjak berdiri. Menuju ke salah satu lemari wine miliknya. Mengeluarkan dua gelas kaca. Mengisi gelas tersebut dengan anggur perancis mahal. Kemudian satu gelas dia serahkan kepada Claire dan satu gelas untuk dirinya. Habis mencerna cairan pekat merah itu, Janet menghadapkan dirinya di depan jendela kaca besar. Dimana terlihat seluruh pemandangan kota.

" Di dalam amplop juga terselip laporan tentang kondisi dan situasi sebenarnya. Kupikir hanya dirimu yg cocok untuk tugas ini. Lagian kamu juga butuh menjenguk Tante Fiona bukan?"
" Ini gila Janet. Bagaimana mungkin kau pikir aku bisa melakukan tugas ini. Kau tau jelas mereka membenciku."
" Kau bisa menggunakan cara gampang. Kau hanya perlu memata matainya saja. Ayolah..." Janet tau Claire takkan menolak. Lebih tepatnya dia tak bisa menolak.

Claire menangkap maksud Janet.
" Baiklah, lagian ini perintah mana bisa kutolak."
Claire menarik amplop itu kedalam. Genggaman tangan

" Baiklah, aku pergi dulu." Peluk hangat dia tempelkan di pangkuan Janet.

Claire mengerti bahwa dia harus menyelesaikan masa lalunya bukan malah kabur. Apa yg seharusnya di hadapi memang harus dia hadapi. Pelukan ini sebatas untuk membuatnya  jadi lebih kuat.

Falling For My SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang