Chapter : Ten

160 5 0
                                    

Terkejut tentu saja. Claire tidak pernah menyangka kalau Qasim memiliki perasaan terhadapnya. Selama ini bagi claire, Qasim layaknya atasan dan tidak lebih.

"Aku tau kau pasti terkejut tapi aku pikir aku harus menyatakan padamu. Kau tak mesti harus memberi jawabanmu sekarang . Kau bisa mempertimbangkan. Aku bukanlah seorang pemaksa. Kita bisa mulai pelan pelan. " Qasim masih menggenggam jemari Claire. Membelainya lembut disana

" Tapi aku bukan seorang bangsawan kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku" dengan aksen sedikit grogi Claire menjawab

Qasim membelai pipi  Claire
" Kau cerdas, lucu, cantik dan apa adanya. Aku tak perlu seorang bangsawan atau lady. Kau hanya perlu menjadi dirimu saja. Aku menyukaimu apa adanya."

" Well, Qasim.. aku rasa aku belum siap untuk membina hubungan lagi. Kau tau aku pernah gagal dan aku takkan mau gagal lagi."

" Aku tau perasaanmu. Kau tak usah khawatir kita pelan pelan saja. Jangan menolakkku. " Kali ini pandangan Qasim menunjukan sebuah kepastian yang membuat Claire luluh.

" Berikan aku waktu berpikir." Clara akhirnya mengambil keputusan itu. Dia berpikir mungkin keputusan ini lebih baik.

" Baguslah." Qasim tersingung senyum yang menampakkan lesung pipi khas miliknya. Tangannya sedikit menurun untuk membelai bibir indah Claire.
" Aku akan terus memantaumu walau kita terpisah jauh."

Pandangannya pelan turun ke bibir Claire. Dia sangat menginginkan Claire. Dia tau itu. Namun terpaksa dia harus menahan diri. Claire pasti akan menghindar jika dia menciuminya.

" Aku tau." Claire sedikit menarik jauh wajahnya. Menyembunyikan ketegangan di balik senyumnya.

Qasim kembali ke posisinya. Dia tak ingin merusak momen indah malam ini bersama Claire
" Setelah ini temani aku jalan jalan ke taman. " Pintanya

" hm.." Claire hanya mengangguk setuju.

.......

Duke berhasil mengantar Clara dan Fiona ke rumah kediaman Mchandy dengan selamat. Jam menunjukan pukul 9 malam dan Claire belum pulang. Batang hidung wanita itu tidak terlihat di manapun. Duke terlihat kusam. Dia belum sempat memandikan dirinya di bathtub kesayangannya. Namun dia belum mau pulang dari sini. Dia hanya kemudian duduk di kursi tamu dengan membuka tutup halaman majalah tanpa konsen membaca. Dia penasaran kemana Claire di larut malam begini.

Reaksi Duke menimbulkan perhatian seorang pelayan yang sedang membersihkan meja. Lupita tidak pernah sekalipun melihat tuan muda Duke bertamu hingga malam menjelang. Apalagi ketika semua penghuni rumah sudah tertidur. Duke bergerak gelisah dengan tingkah tak menentu.

" Kenapa kau menatapku begitu? Pergilah tidur..." Duke terlihat memerintah.

" Tapi nona Claire belum pulang. Aku sedang menunggu teleponnya." Lupita menjawab dengan sedikit rasa takut.

" Aku saja yang menunggu. Kau pergilah tidur."

Tentu saja Lupita segera undur diri dengan senang hati. Setidaknya dia tak usah menunggu terlalu lama.

Sudah jam sepuluh. Tapi belum ada tanda kepulangan Claire. Selama sejam sesekali dia duduk dan sesekali dia berjalan bolak balik. Melirik jam namun Claire tak kunjung muncul.
Akhirnya dia menarik telepon di saku celana dan menekan nomor

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan. Mohon tunggu beberapa saat lagi. Terima kasih...bpiiii....

Duke mencoba dua kali namun hasilnya sama. Akhirnya Duke mencampakan telepon ke atas sofa. Claire..... Walaupun lembur juga, kau harus memperhatikan pelayanmu. Apakah ini caramu memperlakukan semua pelayan di rumahmu. Menunggumu.....Duke tak bisa untuk bersikap tidak jengkel. Jika saja satu jam lagi Claire belum pulang maka dia takkan segan untuk meneriaki wanita itu. Walau Duke tau kalau belakangan ini Claire tidak begitu merespon reaksi Duke. Sekarang wanita itu sudah bisa mengacuhkan Duke. Padahal dulu Claire selalu peka pada dia.

Falling For My SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang