Claire sedang berkumpul dengan seluruh anggota penting keluarga Mchandy di ruang tamu.
" Tante Sharon aku akan mengajak Claire dan Fiona mampir nanti ke rumah Duke . Akan sangat tidak sopan kalau tak membawa Fiona menyapa nyonya Donetha." Ucap Clara
" Kau benar nona Clara. Tapi akan lebih baik aku saja yang kesana dengan anda. Claire..." Fiona menatap ke arah Claire lalu balik menatap ke arah Clara. " Lebih baik tidak usah ikut saja."
Claire tidak keberatan dengan usul fiona. Mengingat Donetha memang bukan seseorang yang suka dengannya.
" Aku rasa tak masalah kau mengajak Claire. " Duke membalas sopan " dia bisa menemanimu dan menjagamu."
" Tapi tuan duke-" Fiona hendak komplain tapi Duke menghentikannya dengan membelai jemari Fiona.
" Tak masalah, Fiona ibuku sangat pengertian dengan kondisimu sekarang."
Fiona menatap kearah Sharon berharap Sharon mungkin bisa menyampaikan beberapa kata untuk membantunya. Namun Sharon hanya menjawab
" Well, kita ikuti saja saran seorang Earl."
Fiona menatap ke arah putrinya. Dengan raut wajah cemas tentunya. Dan Claire hanya mengabaikannya.
Di kediaman Windham. Di sinilah Claire sekarang berada di tengah Clara, Duke, Fiona, dan Donetha. Wanita itu selalu seram di pandang. Semua pelayan saja selalu takut dengan wajah garang nyonya Donetha. Dia tegas berkuasa dan sangat diktator. Kadang mirip sekali dengan sikap Duke. Benar kata orang buah tak jatuh jauh dari pohonnya.
" Jadi, Fiona kau tampak segar sekarang syukurlah."
" Terima kasih sudah mencemaskan keadaan saya nyonya Donetha." Sapa Fiona sopan.
" Maaf mengganggu ketenangan anda bibi Donetha " sebutan bibi hanya khusus di panggil oleh Clara saja.
" Tentu saja tidak. Aku sangat senang melihatmu datang menyapaku." Donetha memberikan senyum seribu Watt nya pada Clara.
Dering suara telepon selular. Memecahkan pembicaraan di antara mereka. Suara itu berasal dari arah Claire. Semua mata tertuju padanya.
Dengan cepat Claire menarik telepon dari sakunya. Tampak wajah kesal nyonya Donetha terlukis jelas saat melihatnya." Maaf, permisi." Claire segera berhembus keluar
Di tengah taman belakang dekat kolam dimana terdapat pohon di tepi kolam. Claire berdiri di sana. Menempelkan telepon ke telinganya.
" Hallo."
" Akhirnya aku menemukanmu." Suara tak asing yang membuat Claire tak percaya
" Qasim."
" Yah ini aku. Terima kasih masih mengingatku"
" Darimana kau tau nomor teleponku?"
" Well, aku selalu punya cara sayang."
Qasim seorang kliennya tiga tahun lalu. Claire bekerja padanya sebagai bodyguard agar mengamankannya dari serangan teroris yang ingin meruntuhkan pemerintahannya. Qasim yang saat itu masih berjabat sebagai Sheiks di negara Padang pasir.
" Tapi bukankah sistem keamanan kami tidak boleh membocorkan hal pribadi kepada klien."
" Kau membuatku hampir mati merindukanmu disana. Bagaimana aku tidak berusaha mencarimu. Aku bahkan sangat cemas dengan keadaanmu sekarang . Terakhir kau menggantikanku menerima sebuah peluru dari Benjamin Franklin yang di letuskan untukku hingga mengenai punggung belakangmu. Bagaimana aku bisa lupa wajah seorang wanita yang memberikan nyawanya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For My Surrender
RandomSetelah di usir dan di ceraikan secara paksa oleh suaminya, Claire wesley di tarik bekerja oleh kakaknya janet sebagai agen rahasia. Sebagai seorang agen handal claire harus menjalani latihan militer yang keras. Lima tahun kemudian, claire wesley ke...