15th

488 97 11
                                    

Why gue baru sadar nomorinnya ketuker tuker antara Unplanned sama Zuhause.






Siyeon pulang ke rumah pada malam harinya, kebetulan orang tuanya sedang berada di rumah sehingga Jinyoung diajak untuk makan malam disana.

Karena sering bertemu berbagai macam manusia, ayah dan ibu Siyeon tidak canggung mengajak ngobrol Jinyoung yang tipikal orang pendiam meski Siyeon sendiri kaget karena Jinyoung bisa cocok mengobrol dengan ayahnya.


"Jadi nak Jinyoung ini anak tunggal atau bukan?"



Jinyoung menggeleng, sambil mencoba menelan makanannya.


"Engga om, saya anak kedua punya kakak perempuan satu sama adik dua. Laki-laki satu, perempuan satu."

Banyak yang Siyeon baru tahu, Jinyoung memiliki beberapa bisnis kecil-kecilan seperti kedai ice cream dan percetakan. Jinyoung bilang dia adalah anak akselerasi sehingga lulus dua tahun lebih cepat daripada Siyeon meskipun mereka seumuran, dan mengambil kelas cepat bisnis selama dua tahun sebelum menemukan minatnya di arsitektur.


"Nak, kamu gak usah sedih lagi. Sekarang kan ada nak Jinyoung yang nemenin kamu ngegantiin nak Jeno."



Siyeon hanya tersenyum menanggapi ucapan ibunya, lagi lagi Jeno. Karena keluarga Siyeon mengenal Jeno bukan hanya satu hari atau dua hari sehingga keberadaan Jeno sudah diakui, setidaknya begitulah pikiran Jinyoung sekarang.

"Nak Jinyoung, lain kali ajarin Siyeon nyetir ya? Om khawatir kalo dia pulang pergi naik taksi online."


"Saya bisa antar jemput Siyeon ko om, lagian jalur kesini gak terlalu jauh dari apartment saya."





Makan malam kali ini adalah makan malam terbaik bagi Siyeon, bersama papa dan mama, kak Rose dan juga Jinyoung.



Dalam hati kecilnya berdoa makan malam seperti ini akan terus terjadi keesokan hari, ditambah dengan Kak June kekasih dari Kak Rose yang sekarang sedang berada di luar negeri.





"Jadi sampai mana bisnis yang udah kalian rencanain?"



Jinyoung dan Siyeon melirik satu sama lain memberikan waktu satu sama lain untuk berbicara.



"Udah sampe denah, terus tinggal survei ke toko bangunan gitu sama kontak si tukang bangunannya. Jinyoung punya banyak temen kenalan jadi bisa dapet diskon gitu."



Papa Siyeon hanya mengangguk mendengar celotehan anaknya, sedikitnya bangga dengan apa yang dilakukan oleh anak bungsunya ini.



Makan malam telah selesai Jinyoung membantu Siyeon merapikan meja dan mencuci piring, kegiatan keduanya terhenti saat ponsel Siyeon berdering.


"Halo Sam ada apa?"


"..."


"Yang bener?"



"..."



"Iya oke ada mama sama papa ko."



"..."



"Sip."





Siyeon meletakan ponsel di saku celananya kembali, "Siapa?"


"Samuel sepupu gue, katanya di daerah Clovis Regency banjir kiriman dari hulu sungai gitu hampir semeter tingginya. Terus dia mau nginep disini."



"Lah, jalan pulang gue dong Siy. Mampus gue pulang gimana?"


"Nak Jinyoung nginep disini aja malem ini, dikamarnya Siyeon sama Samuel. Biar Siyeon tidur sama kakaknya."





Jinyoung antara ragu dan tidak akhirnya mengangguk menyetujui mengingat besok hari libur dan tidak ada kegiatan apa-apa.




Zuhause

Orang tua Siyeon sudah tidur dan Rose sudah berada di kamarnya sedang menelfon June. Tersisa Jinyoung dan Siyeon di depan televisi besar di lantai dua. Sebenarnya menunggu Samuel datang karena terjebak macet.




"Mau nonton film?"



Jinyoung menoleh ke arah Siyeon yang menawari nonton film dan mengangguk.




"Horror ya?"



"NO JINYOUNG! Disney aja. Gue takut."


Jinyoung tertawa, Siyeon bukan lagi gadis awal belasan tahun tapi dia masih menyukai film disney.





"Ada gue Siyeon lo gak bakalan kenapa-napa."





"No. Kita nonton Moana aja."





Akhirnya meski sudah pernah ditonton Siyeon beberapa kali film Moana itu tetap diputar.




"see the light when the skies meet the see it calls me."





Siyeon mulai bernyanyi, beberapa bait dari ost. Suaranya bukan suara indah yang dimiliki Kak Sejeong dari jurusan seni musik, tapi cukup enak didengar.






Sepanjang film Siyeon mulai mengantuk dan tertidur begitu saja di pundak Jinyoung.




Sama sekali tidak keberatan, Jinyoung membiarkan Siyeon tertidur dipundaknya dengan bayaran memandang wajah cantik Siyeon.



Jika suatu saat ia harus berpisah dengan Somi, dia tidak akan menyesal. Wajah cantik Somi memang tidak bisa ditoleransi oleh siapapun tapi wajah Siyeon lebih terasa damai baginya.




"Woy Siyeon!"



Jinyoung menoleh ke arah tangga yang menampilkan laki-laki berwajah campuran, laki-laki yang wajahnya sangat ia kenal.





tbc




Maaf aku lama banget updatenyaaaaaa aku banyak kegiatan jadi keteteran huhuhu

Zuhause+bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang