26th

294 71 14
                                    






Waktu menunjukan pukul sebelas, Siyeon bergegas membereskan bukunya dan keluar dari kafe.



Hari ini dia ada janji dengan Heejin. Sudah satu bulan sejak Heejin menjenguknya saat sakit dan mereka semakin dekat. Kadang mereka jalan-jalan bersama untuk mencari makanan atau baju bayi yang dianggap lucu.




Berarti sudah satu bulan juga dirinya dan Jinyoung tidak bertemu dan bersikap layaknya orang yang tidak kenal.



Sudah sekitar dua minggu juga Jinyoung diketahui menjalin hubungan dengan Hyunjin. Ya, mereka jadian.





Siyeon baru saja menginjakan kakinya di teras rumah Heejin dan Jeno, saat teriakan itu terdengar dengan jelas.




"MAKSUD LO APAAN MAU NYEBAR SEBENERNYA GUE CUMAN GEJALA TIPES DOANG?"



Itu suara Hyunjin, dari dalam rumah Heejin.




Dengan langkah tergesa Siyeon masuk kedalam, dihadapannya sudah berdiri Heejin dan Hyunjin yang saling berteriak satu sama lain.





"GUE UDAH CAPEK LIAT LO CAPER, DRAMA. LO TAU KALO SIYEON SAMA JINYOUNG ITU DEKET DAN DENGAN SENGAJA LO NGAKU-NGAKU KALO JINYOUNG COWOK LO."




"SEKARANG DIA EMANG COWOK GUE."



"Udah stop."




Siyeon berdiri ditengah-tengah Heejin dan Hyunjin, matanya menatap Hyunjin dengan marah.




"Gak nyangka loh gue, lo kayak gini. Tega ya lo bohongin gue, bohongin Jinyoung. Licik banget."



Nafas Siyeon tersengal, rasa sesak memenuhi dadanya. Sedikit lagi amarah itu akan meledak.





"Terus kalo gue bohongin lo kenapa? Gak peduli juga gue sama perasaan lo. Dan gue gak licik, gue cuman pinter aja. Buktinya sama otak gue sekarang Jinyoung jatuh ke tangan gue."





Siyeon tersenyum miris. Menatap Hyunjin dengan sedikit kasihan.




"Butuh gue telfon Jinyoung sekarang?"




Heejin mulai menyalakan handphonenya, dan memanggil nomor Jinyoung.



"Ngapain sih lo, norak."



Tangan Hyunjin mendorong Heejin begitu saja sampai Heejin terjatuh.



Perlahan, ada air mengalir dari balik dress yang digunakan Heejin.




"Heejin! Ya Tuhan, Hyunjin lo apa apaan sih dorong dorong Heejin segala?"



Siyeon menghampiri Heejin yang kini sudah memegang perutnya kesakitan. Dia bingung harus menghubungi siapa karena dia bahkan tidak punya nomor Jeno dan Jeno sedang tidak ada dirumah.




"Halo?"




Samar-samar suara muncul dari handphone yang Heejin masih genggam.



"Halo? Jinyoung? Ini gue Siyeon, jangan ditutup dulu ini bener-bener urgent."



"Ada apa?"



"Ketuban Heejin pecah, dan gue bingung harua ngehubungin siapa. Lo bisa dateng ke rumah Heejin terus anter ke Rumah Sakit gak?"




"Hah? Iya iya gue kesana. Bentar gue hubungin Jeno sekalian."




"Cepet."




"Iya ini gue lagi gak jauh dari situ ko."





Tak lama Jinyoung datang dan langsung membawa Heejin ke rumah sakit. Siyeon merasa bersalah, semua ini karena dia berambisi untuk membuktikan bahwa Hyunjin bersalah.





Biasanya Siyeon menghindari berdekatan dengan Hyunjin dan Jinyoung. Tapi kini mereka bertiga ada didalam mobil yang sama.



Jinyoung dan Heejin di kursi depan dan dia di kursi belakang. Persetan dengan perasaannya, yang paling utama sekarang adalah keselamatan Heejin.




Siyeon langsung ikut mengantar Heejin kedalam karena Jeno belum juga muncul, sedangkan Jinyoung dan Hyunjin menunggu di luar ruangan.





"Heejin dimana?"




Jeno akhirnya datang saat Siyeon keluar untuk mengurus pendaftaran.




"Di dalem, lo masuk aja. Nanti gue nyusul, gue benerin dulu pendaftaran."





Siyeon berlari melewati Jinyoung dan Hyunjin menuju tempat pendaftaran dan begitu seterusnya hingga berkali-kali. Sampai akhirnya ia berhenti tepat dihadapan mereka berdua.




"Puas lo udah nyelakain Heejin sama anaknya?"




Jinyoung memandang keduanya dengan tatapan bingung.



"Puas lo bohongin gue? Puas lo bohongin Jinyoung? Puas lo bohongin semua orang tentang keadaan lo?"



Siyeon membuka tasnya, memberikan satu amplop kertas dan satu recorder kepada Jinyoung.






"Biar lo tau sendiri gimana busuknya cewek lo."







Setelah itu Siyeon melangkah pergi.







The end.







WKWKWKWKWK ENGGA DEH


CHAPTER SELANJUTNYA END NIH YUHUUUUU AKU SENANG SEKALI.

Zuhause+bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang